Nablus, MINA – Seorang pejuang Palestina Bassam Al-Sayeh, 44, yang mengidap berbagai penyakit kritis, berjuang untuk bertahan hidup di penjara Gilboa, Israel.
Lonceng kematian telah dibunyikan pada Rabu (6/2) karena kondisi kesehatannya yang memburuk, tapi istri dilarang mengunjunginya, demikian Palinfo melaporkan yag dikutip MINA.
“Kesehatan Bassam semakin parah,” kata istrinya, Mona. Ia dilarang otoritas pendudukan Israel untuk mengunjungi suaminya sejak April 2018.
Mona mengatakan, suaminya selalu menjadi sasaran penganiayaan dan tindakan kekerasan sehari-hari oleh otoritas penjara Israel, terakhir atas tuduhan memegang ponsel.
Baca Juga: Oposisi Israel Kritik Pemerintahan Netanyahu, Sebut Perpanjang Perang di Gaza Tanpa Alasan
Bassam telah didiagnosis dengan osteosarkoma dan kanker darah, dan infeksi kritis pada paru-paru dan gangguan kardiovaskularnya.
Dia ditahan tanpa keputusan pengadilan di penjara Israel selama tiga tahun berturut-turut. Penuntutan militer Israel menuntut Bassam dijatuhi hukuman dua kali seumur hidup dan 30 tahun penjara atas tuduhan keterlibatan dalam serangan anti-pendudukan Itamar 2015
Keluarga Sayeh terakhir mengunjunginya pada 16 Januari 2019 untuk mengawasi kondisi kesehatannya, sedangkan istrinya terakhir diizinkan melihat Bassam April 2018.
“Ketika saya pertama kali berbicara dengan Bassam, suaranya tampak terlalu lelah. Dia tidak bisa berdiri atau berjalan, sekarang dia hampir tidak bisa bergerak dan pergi ke toilet menggunakan alat bantu jalan,” tambahnya. (T/SR/P1)
Baca Juga: Hamas Ungkap Borok Israel, Gemar Serang Rumah Sakit di Gaza
Mi’raj News Agency (MINA)