Jakarta, MINA – Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia (DMI) akan mengadakan Konferensi Internasional Komunitas Masjid ASEAN pada Rabu, 20 Juli 2022.
Pelaksanaan konferensi sehari ini digelar secara hybrid berpusat di Gedung DMI Jakarta. Konferensi ini merupakan bagian dari rangkaian Milad ke-50 DMI Tahun 2022 dan diikuti delegasi dari 10 negara anggota ASEAN.
“Ini akan menjadi konferensi internasional komunitas masjid yang pertama untuk kawasan Asia Tenggara,” ujar Hayu S. Prabowo selaku ketua panitia pelaksana konferensi dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin (18/7).
Hayu menjelaskan, konferensi ini akan membahas empat agenda strategis. Pertama, membuka komunikasi dan kolaborasi komunitas masjid ASEAN sesuai spirit kesepakatan ASEAN Community.
Baca Juga: Doa Bersama Menyambut Pilkada: Jateng Siap Sambut Pesta Demokrasi Damai!
Kedua, imbuhnya, meningkatkan kesadaran komunitas masjid se-ASEAN bahwa masjid mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendukung pembangunan berkelanjutan melalui program masjid ramah lingkungan (EcoMosque).
“Ketiga, memberdayakan komunitas digital talent masjid se-ASEAN untuk berkolaborasi dan bersinergi dalam memasuki era Digital Communication untuk keperluan manajemen digitak masjid dan dakwah. Dan, keempat, pertukaran pengertian dan langkah praktis Islam Wasathiyah oleh komunitas masjid se-ASEAN,” urainya.
Hayu mengatakan, konferensi ini bertujuan untuk membentuk komunitas ASEAN sesuai dengan kesepakatan Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang beranggota 10 negara untuk memberlakukan ASEAN Community (Komunitas ASEAN) mulai Desember 2018 lalu.
Dia menambahkan, komunitas/masyarakat ASEAN meliputi tiga pilar, yaitu komunitas ekonomi, polhukam, serta sosial budaya.
Baca Juga: Cuaca Jakarta Berpotensi Hujan Sore Hari Ini
“Komunitas Sosial Budaya ASEAN meliputi semua kelompok sosial-budaya, termasuk kelompok keagamaan yang di dalamnya ada komunitas masjid,” kata Hayu.
Menurutnya, sebenarnya Komunitas Masjid (umat Islam) juga tidak bisa dilepas dari pilar komunitas politik dan keamanan, karena Islam adalah agama yang kaffah dan rahmatan lil alamin, yang fokus pada perdamaian dan kesejahteraan umat manusia.
Jumlah muslim di ASEAN merupakan yang terbesar (42%) dibanding umat agama lain. Ada tiga negara ASEAN yang penduduk muslimnya mayoritas (lebih dari 50%penduduk), yaitu: Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam.
Selain itu ada tiga negara yang penduduk muslimnya minoritas tapi cukup besar (antara 6-16% penduduk), yaitu: Singapura, Thailand dan Filipina.
Baca Juga: Dr. Nurokhim Ajak Pemuda Bangkit untuk Pembebasan Al-Aqsa Lewat Game Online
“Oleh karena itu, komunitas masjid di ASEAN memiliki peran penting dalam merespons berbagai tantangan dinamika sosial, ekonomi dan lingkungan masyarakat muslim ASEAN,” pungkas Hayu.
Sehubungan dengan itu diusulkan menyelenggarakan Konferensi Internasional Komunitas Masjid ASEAN secara daring dan luring.
Tujuan utama pertemuan ini adalah untuk saling bertukar informasi dan pemikiran dalam menggalang solidaritas komunitas dan membangun sinergi serta kolaborasi masjid se-ASEAN.
Lingkup diskusi terkait peran masjid dalam mengatasi isu lingkungan hidup, serta pemanfaatan teknologi digital untuk kepentingan komunitas masjid serta sosialisasi Islam Wasathiyah.
Baca Juga: Cinta dan Perjuangan Pembebasan Masjid Al-Aqsa Harus Didasari Keilmuan
Secara umum, fungsi masjid tidak hanya untuk kegiatan ibadah rutin saja, tapi juga masuk pada ranah muamalah.
Oleh karena itu peran masjid tidak hanya untuk menyampaikan pesan keagamaan saja, tetapi juga merealisasikan perbuatan kebaikan sebagai cerminan spiritual keagamaan dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat yang majemuk.
Guna mendukung fungsi masjid dalam bidang ekonomi, sosial, kemasyarakatan dan kepedulian terhadap lingkungan hidup tersebut, perlu dilakukan pembangunan kapasitas dan penguatan kelembagaan masjid, baik secara nasional dan dengan negara-negara sahabat.
Sehubungan dengan Presidensi Indonesia di G20 yang mengusung tema: “Recover Together, Recover Stronger” tahun ini, mengindikasikan perlunya dukungan semua pihak, termasuk komunitas masjid dalam mencapai kesejahteraan sosial.
Baca Juga: Lewat Wakaf & Zakat Run 2024, Masyarakat Diajak Berolahraga Sambil Beramal
Masalah perubahan iklim, ekonomi dan pandemi Covid-19 telah menjadi perhatian dunia, termasuk G20 yang merupakan 20 kelompok ekonomi terbesar dunia.
Sebagai Presiden G20, Indonesia telah menetapkan tiga program pokok yaitu: ekonomi digital, lingkungan hidup dan penanggulangan pandemi global (Covid-19).
Ketua Umum PP DMI, Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 H.M. Yusuf Kalla akan menyampaikan pidato kunci pada pembukaan konferensi ini.
Setelah sesi diskusi panel dengan topik ‘Kerja Sama Kemasjidan ASEAN’ dengan pembicara wakil-wakil dari Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand dan Vietnam.
Baca Juga: Prof Abd Fattah: Pembebasan Al-Aqsa Perlu Langkah Jelas
Sesi berikutnya menghadirkan pembicara Prof. KH. Nasaruddin Umar dan YBrs Tn Hj Mohd Shah Hasim membahas Islam Wasathiyah, DR. Hayu Prabowo dan YBrs Tn Mohd Fadzil Bin Abu Kasim (EcoMosque), Bunyan Saptomo dan YBhg Dato Mohd Khay Bin Ibrahim (ASEAN Masjid Community), dan Arief Hartawan dan YBhg Datuk Hj Ab Jamal Bin Ton Hj Sakaran (Digital Masjid).
Wakil Ketua DMI dan Wakil Presiden Dunia Islam Melayu Komjen Pol (Purn) Dr (HC) Drs. H. Syafruddin MSi akan menyampaikan sambutan pada saat penutupan konferensi.(L/R1/R2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: MUI Tekankan Operasi Kelamin Tidak Mengubah Status Gender dalam Agama