Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Konsep Khilafah Berbeda Dengan Demokrasi

Rudi Hendrik - Ahad, 29 Januari 2017 - 12:56 WIB

Ahad, 29 Januari 2017 - 12:56 WIB

498 Views

insists.jpeg" alt="" width="1280" height="960" /> Foto: Ismi/MINA

 

Jakarta, 30 Rabi’ul Akhir 1438/29 Januari 2017 (MINA) – Muslim dinilai harus mengerti bahwa konsep menegakkan Khilafah dengan tujuan berdirinya sebuah negara sangat berbeda.

Pernyataan disampaikan Pendiri Sirah Community Indonesia (SCI) Asep Sobari pada saat berbicara dalam acara stadium general yang diselenggarakan di Aula Insists, Sabtu (28/1).

“Kita sesuaikan tujuan bernegara bagi manusia itu apa? Artinya, kalau tujuannya itu kapitalis, ya dengan demokrasi tercapai. Tapi kalau tujuannya Baldatun toyyibatun was Robbin ghofuur (kemakmuran negeri yang diridhai Allah, red) nggak akan tercapai karena memang sudah berbeda tujuan dasarnya,” ujarnya kepada puluhan peserta yang hadir.

Baca Juga: Longsor di Salem, Pemkab Brebes Kerahkan Alat Berat dan Salurkan Bantuan

Menurut pria yang juga pengurus Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) itu, adanya Khilafah akan jauh lebih bisa mendamaikan.

“Kalau saya dengan sepenuh keyakinan ya Khikafah jauh bisa lebih damai, tinggal dibandingkan aja kok,” katanya.

Ia mengatakan, menegakkan Khilafah bukanlah sesuatu yang mustahil.

Khilafah adalah sebuah sistem yang pernah dijalankan dan itu bukan hanya satu tahun dua tahun, kenapa sesuatu yang pernah terjadi apa tidak mungkin terjadi lagi?” ujarnya.

Baca Juga: Tausiyah Kebangsaan, Prof Miftah Faridh: Al-Qur’an Hadits Kunci Hadapi Segala Fitnah Akhir Zaman

Kemungkinan itu ia sadari bisa dilihat dari negara-negara yang sekarang membangun demokrasi, padahal demokrasi dilahirkan dari ide-ide Yunani kuno yang sempat terkubur sejak empat ratus tahun lalu dan kini terulang kembali.

“Mereka aja mungkin dari ide-ide nya Yunani, lah Khilafah ini kan belum lama, terakhir Turki Utsmani, belum ada 200 tahun,” tegasnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, di sisi lain maraknya isu yang melahirkan konflik akibat kemunculan ISIS menyebabkan masyarakat phobia terhadap Islam terutama kata ‘Khilafah’.

Menurut Asep, di sinilah dibutuhkannya kajian tentang Khilafah Rosyidah yang sesuai dengan konsep kedamaian yang diajarkan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasalam.(L/Ism/M07/RE1/RS3)

Baca Juga: Pembukaan Silaknas ICMI, Prof Arif Satria: Kita Berfokus pada Ketahanan Pangan

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda