Kathmandu, 17 Rajab 1436/6 Mei 2015 (MINA) – Sejumlah korban gempa yang masih berada di tempat pengungsian di beberapa wilayah Nepal, saat ini mengalami kekurangan air bersih, toilet, pembuangan limbah, dan sanitasi.
Hal itu berdasarkan laporan tim lembaga kemanusiaan internasional MER-C bekerjasama dengan WANADRI yang melakukan penilaian kebutuhan (assesment) di wilayah selatan Kathmandu (Bakhtapur, Lalipur dan Bongmati), Selasa (5/5) kemarin.
Ketua Tim MER-C WANADRI untuk Nepal, Saleh Soedrajat mengatakan, seiring krisis berat ketersediaan air bersih dan toilet, jika penyebabnya tidak segera diatasi dikhawatirkan warga setempat menderita diare, kram perut, serta beberapa penyakit lain yang dapat berubah menjadi epidemi.
“Dikhawatirkan jika masalah ini tidak segera teratasi akan timbul wabah penyakit diare di masyarakat setempat,” kata Saleh Soedrajat kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Rabu (6/5).
Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan
Belum Tersentuh Bantuan Medis
Saleh juga menjelaskan beberapa desa di sekitar Distrik Sindupalcowk, seperti Gumba vos, Golche vos, dan Parangtang, belum tersentuh bantuan medis.
Sindhupalcowk terletak daerah timur laut Kathmandu. Untuk mencapai ke wilayah tersebut dibutuhkan waktu enam jam perjalanan darat (mobil) dari Kathmandu, dan untuk mencapai desa-desa tersebut diperlukan waktu tiga jam perjalanan mobil dari Sindhupalcowk.
Sementara, pemerintah Nepal hanya memberikan akses bagi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk dua wilayah saja yaitu Lalithpur dan Satungal.
Baca Juga: Ratusan Ribu Orang Mengungsi saat Topan Super Man-yi Menuju Filipina
“Hal ini sangat memungkinkan tim dari NGO lain, seperti MER-C untuk dapat mencapai wilayah sekitar Distrik Sindupalcowk. Selain memiliki tim dokter yang cukup, mereka merupakan lembaga yang tidak secara langsung berada di bawah BNPB,” ujar Saleh.
Sebelumnya, LSM Medecins Sans Frontieres mengatakan, peninjauan awal lewat udara menyimpulkan 65 desa di sekitar Kathmandu, ibukota Nepal, mayoritas hancur oleh gempa 7,8 skala ritcher yang disusul banyak gempa lebih kecil.
PBB mengatakan dalam sebuah laporan, diperkirakan delapan juta orang di 39 distrik telah terkena dampak gempa. Akses air dan sanitasi di kamp-kamp pengungsian di Kathmandu dan Bhaktapur menjadi masalah yang menjadi perhatian utama lembaga itu.
Sebanyak 160.786 rumah hancur dan 143.673 rumah telah rusak. UN OCHA memperkirakan 2,8 juta jiwa mengungsi dan lebih dari 3,5 juta jiwa yang membutuhkan bantuan pangan. Sekitar 70.000 rumah hancur dan 530.000 lainnya rusak.
Baca Juga: Filipina Kembali Dihantam Badai
Berdasarkan data Pemerintah Nepal, korban meninggal hingga berita ini ditulis berjumlah 7.365 jiwa, sementara itu 13.923 jiwa mengalami luka-luka.
Jumlah korban meninggal tertinggi tercatat di wilayah Sindhupalchowk (2.560 orang), Kathmandu (1.622 orang) dan Nuwakot. Bantuan negara-negara sahabat pun masih mengalir ke Nepal, termasuk Indonesia.(L/R03/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Iran, Rusia, Turkiye Kutuk Kekejaman Israel di Palestina dan Lebanon