Oleh: Onny Firyanti, Ketua Maemuna Center (MAE_C)
Rakyat Palestina, baik yang tinggal di tenda-tenda pengungsian atau hidup di Jalur Gaza yang diblokade sejak 2007 lalu, saat ini menghadapi masalah yang cukup serius, yaitu krisis air bersih sebagai akibat dari pendudukan berkepanjangan yang dilakukan oleh Zionis Israel.
Blokade yang semakin massif, krisis energi yang semakin parah, terbatasnya pasokan listrik yang dibutuhkan untuk mengoperasikan instalasi rumah sakit dan mesin pengolahan limbah, minimnya air tanah, tingginya polusi air, kurangnya peralatan dan bahan untuk sterilisasi air olahan, serta mahalnya harga air bersih menjadi penyebab utama krisis air yang terjadi di Palestina.
Otoritas pengelola air dan lingkungan di Gaza mengatakan ada penurunan tingkat tinggi yang terus-menerus air tanah di sebagian besar wilayah Jalur Gaza.
Baca Juga: RSF: Israel Bunuh Sepertiga Jurnalis selama 2024
Menurut lembaga itu, Israel bertanggung jawab penuh atas krisis air di Jalur Gaza dan penipisan air tanahnya. Israel juga mencegah aliran lateral alami air di sepanjang perbatasan timur selama musim hujan melalui berbagai lembah.
Sementara itu, penelitian yang dilakukan organisasi HAM Eropa, Euro-Med Monitor menyatakan 97 persen air di Jalur Gaza tidak layak minum karena pencemaran yang serius.
Euro-Med Monitor mengatakan, krisis listrik membuat situasi “lebih buruk” karena merusak pengoperasian sumur air dan pabrik pengolahan limbah, menyebabkan sekitar 80 persen limbah yang seharusnya bisa didaur ulang, dibuang ke laut begitu saja, atau dibiarkan meresap ke tanah.
Polusi juga terjadi di Laut Gaza. Menurut Kementerian Pertanian dan Otoritas setempat mengatakan, kualitas lingkungan Palestina sudah sampai pada tingkat darurat untuk segera diatasi. Tingkat polusi air laut telah mencapai 60 persen, dan tidak layak untuk dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi dan berenang.
Baca Juga: Al-Qassam Sita Tiga Drone Israel
Menurut laporan itu, tingkat polusi meningkat dari 20% pada periode 2012-2013 menjadi 60% per 2021.
Blokade Israel selama bertahun-tahun di Gaza menyebabkan kurangnya peralatan dan bahan sterilisasi, sehingga tidak mampu menghasilkan air olahan dengan standar internasional.
Otoritas pendudukan Israel juga mencegah masuknya bahan-bahan yang diperlukan untuk pemeliharaan dan pengembangan instalasi pengolahan yang ada, termasuk menghambat penyelesaian pembangunan beberapa pabrik pengolahan limbah.
Bagaimana di Lokasi Pengungsian?
Baca Juga: Parlemen Inggris Desak Pemerintah Segera Beri Visa Medis untuk Anak-Anak Gaza
Krisis air ini juga di alami para pengungsi Palestina di luar negeri. Terbaru yang dilaporkan Palestinian Information Center, para pengungsi di kamp Khan Dannoun di Damaskus mengeluhkan kenaikan harga air yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kondisi kehidupan yang sulit di pengungsian membuat mereka tidak dapat menanggung kenaikan harga air.
Air bersih bisa sampai di tempat pengungsian mereka hanya dua jam per dua pekan, dan ini sama sekali tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarga pengungsi.
Krisis air harusnya menjadi perhatian yang serius bagi masyarakat internasional, karena hal ini mengakibatkan ancaman serius bagi kesehatan penduduk Palestina. Mereka terpaksa mengkonsumsi air yang tidak layak sejak lahir, sehingga mengalami keracunan perlahan. Air yang mereka minum dan gunakan sehari-hari tercemar polusi sedangkan mereka tidak punya pilihan lain.
Siapa peduli dengan hal itu? (A/R7/P1)
Baca Juga: Paus Fransiskus Terima Kunjungan Presiden Palestina di Vatikan
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Israel Serang Kamp Nuseirat, 33 Warga Gaza Syahid