Pada tanggal 16 April 2017, Pembangkit Listrik Gaza ditutup karena kekurangan bahan bakar. Gaza kehilangan 60 megawatt listrik atau sekitar tiga puluh persen energi yang biasanya tersedia di Jalur Gaza. Sebelum penutupan ini, listrik yang tersedia ke Gaza sudah kurang dari separuh perkiraan kebutuhan (210 MW diberikan sebagai pengganti permintaan 450 MW).
Palestine News Network (PNN) melaporkan, krisis saat ini memiliki dampak yang serius bagi sektor kesehatan, air dan sanitasi, serta akan berdampak secara kumulatif bagi kondisi kemanusiaan. Sementara Otoritas Palestina telah menginformasikan kepada Otoritas Israel,mereka tidak akan lagi menghormati tagihan apapun untuk tambahan 120 MW listrik yang disediakan oleh Perusahaan Listrik Israel, dampak dari kebijakan terakhir belum masuk dalam catatan ini.
Dampak Kemanusiaan Sebagai Konsekuensi Jika Krisis Bahan Bakar Terus Berlanjut. Setidaknya bagi pelayanan kesehatan akan berdampak:
– Rumah sakit tidak dapat bekerja secara maksimal.
Baca Juga: Tak Ada Tempat Aman, Pengungsi Sudan di Lebanon Mohon Dievakuasi
– Hanya layanan yang paling penting yang berlanjut, seperti unit perawatan intensif dan unit perawatan intensif neonatal; layanan lainnya ditunda.
– Operasi tertentu ditunda, dan ini dapat meningkatkan risiko komplikasi pada pasien.
– Pasien dipulangkan sebelum waktunya sebelum dilakukan operasi.
– Sterilisasi dan layanan pembersihan berkurang, sehingga menimbulkan resiko infeksi.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
– Jumlah pasien yang dirujuk keluar Gaza meningkat.
– Peralatan kesehatan akan cepat rusak akibat fluktuasi konstan arus listrik.
– Seiring waktu, jika pasokan bahan bakar menyusut, beberapa rumah sakit diperkirakan akan ditutup dan bahan bakar lebih diutamakan untuk rumah sakit pusat yang memiliki pelayan lebih besar. Hal ini akan mempengaruhi kualitas kesehatan wanita hamil, lanjut usia dan mereka yang menderita penyakit kronis.
Sementara dampak bagi ketersediaan air bersih dan sanitasi serta pengolahan limbah padat:
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
-Pengolahan limbah air yang biasa beroperasi akan dipersingkat, dan hal itu mengurangi kualitas limbah secara rutin dibuang ke laut dan meningkatkan tingkat polusi. Lebih dari 100.000 meter kubik limbah mentah atau efluen sekarang dibuang ke laut setiap hari.
– Lebih dari 55 stasiun pompa air limbah berada di daerah berpenduduk padat saat ini mengalami peningkatan risiko banjir, luapan, dan kontaminasi, karena pasokan listrik yang tidak dapat diprediksi dan kekurangan perawatan.
– Tingkat produksi tanaman desalinasi 48 (skala kecil) sekarang dikurangi menjadi 15 persen dari kapasitas maksimum 20.000 meter kubik per hari.
– Persediaan air berkurang, atau menjadi sekali pasokan dalam empat hari untuk 35 persen dari populasi.
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
– Jumlah air yang dipasok sekarang turun dari 90 liter per kapita per hari menjadi 40-50 liter per kapita per hari.
– Meningkatkan ketergantungan pada pasokan air pribadi dan tidak terkontrol sehingga akan menurunkan standar kebersihan, yang dapat menyebabkan penurunan kualitas kesehatan.
– Dan masih banyak risiko kesehatan lainnya yang bisa muncul saat musim panas dimulai.
Konsekuensi tambahan lainnya jika persedian bahan bakar berlanjut dan pembangkit listrik ditutup:
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
– Layanan dari 40 tempat operasi bedah, 11 gedung operasi kebidanan, lima pusat hemodialisis, dan bagian kegawatdaruratan rumah sakit yang membantu hampir 4.000 pasien setiap hari akan terganggu atau dihentikan.
– Jika itu terjadi maka akan mengancam jiwa bagi 113 bayi baru lahir di unit perawatan intensif neonatal, 100 pasien di perawatan intensif dan 658 pasien yang memerlukan hemodialisis 2-3 kali sepekan, termasuk 23 anak.
– Pendinginan untuk penyimpanan darah dan vaksin akan beresiko.
– Rumah sakit swasta akan membatasi layanan mereka atau mengenakan biaya layanan yang lebih tinggi.
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
– Pasokan air berkurang menjadi sekali setiap empat hari untuk 70 persen populasi.
– Operasi dari 48 pabrik desalinasi akan berkurang sampai di bawah 15 persen atau berhenti berfungsi.
– Pencemaran lingkungan dan risiko kesehatan masyarakat akan meningkat, mengancam lokasi dan orang-orang yang berada di dekat laut dan stasiun pemompaan air limbah.
Penggunaan pasokan bahan bakar bantuan dibatasi
Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel
Untuk menjaga tingkat minimum kontinuitas layanan kritis, penyedia layanan sekarang mengandalkan generator cadangan. Dengan dukungan dari donor, UNRWA, OCHA, UNICEF, dan WHO mengatur pemasukan serta pendistribusian bahan bakar darurat ke186 fasilitas kesehatan, air dan sanitasi prioritas agar generator cadangan ini tetap beroperasi. Melalui program ini:
– 32 rumah sakit dan layanan kesehatan yang penting agar tidak mengalami gangguan listrik yang dapat mengakibatkan hilangnya nyawa. Hal ini masih memungkinkan hingga 1,3 juta orang terus memanfaatkan layanan kesehatan kritis;
– 124 fasilitas penyediaan air minum bersih; Limbah mentah dicegah meluap ke jalanan; dan beberapa pengolahan air limbah terus berlanjut. Sedikitnya 910.000 orang mendapatkan keuntungan dari kelanjutan layanan pengolahan air ini dan 1,4 juta orang mendapatkan keuntungan dari pengelolaan limbah padat.
Kebutuhan pendanaan dan bahan bakar bila pembangkit listrik Gaza benar-benar tidak beroperasi, seperti sekarang, dibutuhkan US $ 10 juta per tahun untuk mendukung fasilitas prioritas. Pendanaan ini menyediakan rata-rata 1,4 juta liter per bulan, dibagi pelayanan kesehatan (675.000 liter per bulan); layanan air dan air limbah (400.000 liter per bulan); dan pengelolaan sampah (200.000 liter per bulan). (T/B05/R01)
Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)