Moskow, MINA – Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, kemarahan terhadap kartun anti Islam dan terjadinya pembunuhan di Prancis baru-baru ini membuktikan bahwa multikulturalisme di Barat telah gagal.
Dengan mempertimbangkan seputar perdebatan kebebasan berbicara dan beragama, Putin mengatakan, benturan budaya adalah masalah eksistensial di negara-negara Barat.
Dalam sebuah wawancara dikutip dari RT pada Ahad (20/12) Putin mengatakan, ada sebuah keseimbangan yang baik antara mengekspresikan diri dan menghina perasaan seluruh kelompok orang.
“Di mana batas antara kebebasan yang satu dengan kebebasan yang lain,” tanya Putin. “Mereka yang bertindak sembarangan, menghina hak dan perasaan orang beragama, harus selalu ingat akan ada reaksi balik yang tak terhindarkan. Tetapi, di sisi lain, ini tidak boleh agresif,” tambahnya.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Pekan lalu, Putin menginstruksikan Kementerian Luar Negeri Rusia untuk memulai diskusi melalui organisasi internasional tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan mereka yang menghina kepercayaan orang-orang beragama, dan memimpin kebencian serta konflik antaragama.
Tujuh pria asal Chechnya didakwa di Prancis atas dugaan interaksi mereka dalam pembunuhan dan pemenggalan guru sekolah Samuel Paty di Paris pada Oktober.
Jaksa penuntut mengatakan, Paty menjadi sasaran Abdullakh Anzorov yang berusia 18 tahun karena mempertunjukkan kartun Nabi Muhammad SAW di kelasnya dalam pelajaran tentang kebebasan berbicara.
Presiden Prancis Emmanuel Macron kejadian kontroversi di seluruh dunia Islam setelah insiden tersebut.
Dia memberikan penghormatan kepada Paty sebagai pahlawan yang pendiam dan wajah Republik. Sejumlah negara Muslim mengumumkan boikot produk Prancis, dengan beberapa demonstrasi turun ke jalan untuk mengukur patung Macron itu sendiri.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Kepala Republik Chechnya yang orang Muslim di Rusia, Ramzan Kadyrov, mengutuk serangan tersebut.
Namun dia kedekatan orang-orang untuk tidak memprovokasi umat atau melukai perasaan religius mereka.
“Muslim memiliki hak untuk beragama, dan tidak ada yang akan mengambilnya,” ujarnya. (T/RE1/RS3)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas