Oleh : Suyanto, Reporter Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Kemajuan sains dan teknologi (saintek) telah memberikan kemudahan-kemudahan dan kesejahteraan bagi kehidupan manusia. Hal itu merupakan sarana bagi kesempurnaan manusia sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi.
Allah telah mengaruniakan anugerah kenikmatan kepada manusia yg bersifat saling melengkapi yaitu anugerah agama dan keni’matan sains teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua sosok yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Ilmu adalah sumber teknologi yang mampu memberikan kemungkinan munculnya berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide. Adapun teknogi adalah terapan atau aplikasi dari ilmu yang dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yang lebih canggih dan dapat mendorong manusia untuk berkembang lebih maju lagi. Sebagai umat Islam kita harus menyadari bahwa dasar-dasar filosofis untuk mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa dikaji dan digali dalam Alquran.
Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari
Sebagai contoh adalah firman Allah dalam surat Al-Anbiya ayat 80, yang artinya : “Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur [kepada Allah]”. (Q.S. Al-Anbiya [21]: 8).
Dari keterangan itu jelas sekali bahwa manusia dituntut untuk berbuat sesuatu dengan sarana teknologi. Hal ini tidak mengherankan jika pada abad ke-7 M telah banyak lahir pemikir Islam yang tangguh, produktif dan inovatif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tetapi sangat disayangkan bahwa kemajuan-kemajuan itu tidak sempat ditindaklanjuti dengan sebaik-baiknya sehingga tanpa sadar umat Islam akhirnya melepaskan kepeloporannya.
Barat Kuasai Saintek?
Baca Juga: Daftar Hitam Pelanggaran HAM Zionis Israel di Palestina
Bangsa Barat dengan mudah mengambil dan mentransfer ilmu dan teknologi yang dimiliki dunia Islam dan sehinggu sampai saat ini bangsa Baratlah yg menjadi pelopor dan pengendali ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bangsa Barat berhasil mengambil khazanah ilmu pengetahuan yang telah dikembangkan lebih dahulu oleh kaum muslimin. Bangsa Barat mengembangkan sains dan teknologi di atas paham materialisme tanpa mengindahkan lagi nilai-nilai Islam sehingga terjadilah perubahan total sampai akhirnya terlepas dari sendi-sendi kebenaran.
Para ilmuwan Barat mendewa-dewakan rasionalitas. Mereka menuhankan ilmu dan teknologi sebagai kekuatan hidupnya. Mereka juga menyangka bahwa dengan ilmu dan teknologi, mereka dapat mencapai apa saja yang ada di bumi ini. Sehingga tokoh-tokoh mereka merasa mempunyai hak untuk memaksakan ilmu pengetahuan dan teknologinya itu kepada semua yang ada di bumi agar mereka bisa mendikte dan memberi keputusan terhadap segala permasalahan di dunia.
Peradaban Modern
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23] Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran
Manusia modern selalu mempunyai apapun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka mempunyai mobil untuk dikendarai kemanapun mereka sukai. Mereka mempunyai beraneka ragam makanan untuk dicicipi dan disantap untuk memenuhi nafsu makan.
Mereka mempunyai segudang informasi yang mampu mereka gunakan setiap saat untuk memenuhi keingintahuan mereka akan apapun di alam semesta ini. Manusia tidak lagi hidup di dalam masa dan ruang yang tertutup. Manusia telah hidup di era di mana ketergantungannya terhadap teknologi tidak mampu lagi untuk dikembalikan.
Kehidupan manusia modern terlihat nyaman dari luar. Manusia mampu berpergian lebih jauh dari yang pernah nenek moyang mereka lakukan. Manusia mampu untuk menghasilkan jauh lebih banyak energi daripada (bahkan) bapak dan kakek mereka hasilkan.
Manusia mampu untuk mencari ribuan bahkan jutaan informasi cukup hanya dari tempat tidur. Manusia mampu mengkonsumsi beragam jenis makanan daripada yang pernah dinikmati bahkan daripada manusia sepuluh ataupun dua puluh tahun yang lalu.
Baca Juga: Sejarah Palestina Dalam Islam
Manusia telah mencapai sebuah titik di mana peradaban mereka tidak mampu lagi untuk mundur, bahkan hanya untuk selangkah. Bayangkan saja bagaimana hari esok kita jika tiba-tiba seluruh pompa bensin di kota kita berhenti untuk beroperasi.
Bayangkan jika di hari esok tiba-tiba seluruh kedai makanan dan minuman di kota-kota berhenti untuk berdagang. Atau dapat juga dibayangkan jika besok internet di seluruh dunia berhenti dan semua informasi, transaksi, dan kehidupan virtual menghilang secara tiba-tiba.
Era Informasi Digital
Era informasi digital adalah sebuah era yang begitu mencenggangkan. Sekarang ini, manusia setiap hari membuat informasi yang bahkan lebih banyak daripada yang dilakukan nenek moyangnya selama lebih dari 5000 tahun. Era informasi menjadi sebuah masa di mana setiap individu mempunyai kebebasan dan keleluasaan dalam pencarian informasi.
Baca Juga: Pelanggaran HAM Israel terhadap Palestina
Tidak ada yang dibatasi dan tidak ada yang mampu membatasi (kecuali memang pemerintah anda membatasi beberapa konten, namun anda tetap mampu membuka informasi tersebut).
Era informasi menjadi sebuah batu loncatan tersendiri dibandingkan milestone lain di dalam peradaban manusia. Belum ada yang tahu apa yang benar-benar akan dihasilkan peradaban ini nantinya. Namun perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat, kemajuan sektor ekonomi secara booming, dan penyebaran ilmu pengetahuan secara simultan telah menjadi bukti yang lebih dari cukup untuk membuktikan bahwa informasi memberikan konstribusi signifikan pada peradaban manusia.
Teknologi Informasi telah mengambil alih beberapa aspek kehidupan yang tadinya hanya dapat dilakukan dengan menggunakan piranti fisik. Dalam aspek finansial misalnya, uang yang tadinya harus kita bawa kemana-mana dalam bentuk kertas dan koin, sekarang digantikan dengan menggunakan piranti plastik yang kita sebut sebagai credit card, debit card, maupun e-money. Kekayaan kita tidak lagi dilihat dari tumpukan koin, lembar-lembar uang, dan emas namun dihitung dari sekumpulan angka yang ada pada database bank.
Sekarang kita masih menemukan (banyak menggunakan) uang dalam bentuk fisik. Namun barangkali beberapa dekade ke depan, uang dalam bentuk fisik barangkali benar-benar akan dihapuskan. Jika memang semua toko, kedai, maupun jasa telah menerima pembayaran secara online, maka tak ada lagi kebutuhan untuk membawa uang fisik ke mana-mana. Lagipula untuk memproduksi uang fisik, dibutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Baca Juga: Peran Pemuda dalam Membebaskan Masjid Al-Aqsa: Kontribusi dan Aksi Nyata
Jika uang fisik telah benar-benar dihapuskan, maka manusia akan benar-benar bergantung pada informasi yang tersebar di dunia maya. Kita tidak tahu di mana data kita berada, kita tidak tahu di mana data kita ditempatkan, namun ketika kita membutuhkannya, maka data tersebut akan tersedia di device yang ada di genggaman tangan.
Perubahan Alam
Bumi adalah tempat yang tenang namun menggandung potensi yang sangat berbahaya. Dalam beberapa tahun saja, loncatan lidah matahari telah sering melesat hingga atmosfer planet biru ini. Tidak ada yang salah dengan loncatan lidah matahari (solar flare).
Kejadian itu terjadi setiap saat. Namun yang berbahaya adalah, sekarang kita mempunyai teknologi yang sangat rentan terhadap perubahan kosmik tersebut. Jika sampai ada sebuah solar flare yang cukup besar radiasinya, maka seluruh peralatan elektronis yang pernah kita kenal akan pensiun seketika. Begitu juga dengan seluruh informasi, data, dan aplikasi yang ada di dalamnya.
Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga
Ketika seluruh informasi hancur, maka hancur sudahlah peradaban maju yang kita kenal beberapa dekade terakhir ini. Barangkali ada 80% lebih informasi yang disimpan dalam bentuk digital dibandingkan dalam bentuk fisik. Ketika 80% data ini atau lebih menghilang, apakah peradaban manusia masih mampu bertahan seperti sebelumnya?
Sekali lagi barangkali kita masih mampu bertahan hidup, namun kehidupan yang manusia yang dikenal akan jauh berbeda dibandingkan dengan sebelumnya. (T/P009/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)