Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kurikulum Perguruan Tinggi Belum Sesuai Dengan Industri

Hasanatun Aliyah - Jumat, 10 Mei 2019 - 00:07 WIB

Jumat, 10 Mei 2019 - 00:07 WIB

6 Views

Jakarta, MINA – Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan, kurikulum yang dibuat pendidikan tinggi belum sesuai dengan kebutuhan industri.

Hal itu disampaikan saat menjadi salah satu pembicara pada Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) tahun 2019 yang diselenggarakan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) di Hotel Shangri-La Jakarta pada Kamis (9/5).

“Pendidikan tinggi dalam mendesain kurikulum, harus bekerja sama dengan industri, karena dia akan menjadi user nantinya. Jangan sampai perguruan tinggi mendesain kurikulum atas dasar keinginan sendiri perguruan tinggi, harus berkolaborasi dengan industri,” kata Nasir.

Nasir mengungkapkan agar perguruan tinggi menghasilkan sumber daya manusia yang langsung dapat diterima industri, peran serta industri dalam kurikulum sangat penting.

Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru

Selain peran menciptakan lulusan yang siap masuk ke industri, perguruan tinggi juga berkontribusi bagi ekonomi dan industri melalui hasil penelitian.

Perguruan tinggi memiliki kontribusi penting bagi pertumbuhan ekonomi dan pengembangan industri di Indonesia,” ujarnya.

Ia menjelaskan terdapat dua peran penting pendidikan tinggi bagi ekonomi dan industri indonesia yaitu menyiapkan sumber daya manusia/lulusan yang siap masuk industri dan menghasilkan riset inovatif yang siap dihilirisasi dan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

“Masalah penyiapan sumber daya manusia itu harus ada ritme yang jelas antara pendidikan tinggi dengan industri, sehingga pendidikan tinggi itu tidak boleh lagi hanya meluluskan sarjana atau tenaga ahli saja, tapi ternyata tidak dipakai oleh industri,” ujarnya.

Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia

Nasir menargetkan selalu ada inovasi yang diterapkan pada industri dari seribu penelitian dari perguruan tinggi.

“Kalau kita ada riset seribu, yang akan jadi inovasi berapa? Dari seribu, mungkin seratus (inovasinya). Dari sepuluh persennya itu, yang akan masuk industri berapa? Sepuluh persennya juga. Kalau dari seribu bisa menghasilkan industri sepuluh, itu sudah luar biasa,” paparnya. (L/R10/RI-1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia