KWPSI Hadirkan Penulis Buku Erdogan Bahas Turki dan Kebangkitan Islam

Banda Aceh, 18 Muharram 1438/19 Oktober 2016 (MINA) – Presiden Persatuan Wadah Pencerdasan Umat Malaysia, Ustaz Dr. Ahmad Azam Abdul Rahman, dijadwalkan mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat (KWPSI), di Rumoh Aceh Kupi Luwak Jeulingke, Banda Aceh, Rabu (19/10) malam.

Dalam pengajian yang dilangsungkan pukul 20.30 Wib atau usai shalat Isya tersebut, akan membahas tema terkait “ dan Kebangkitan Islam”. Ahmad Azam sendiri merupakan penulis buku terkenal, “Erdogan Bukan Pejuang Islam?”‎.

Sekjen KWPSI, Muhammad Saman menjelaskan‎, pihaknya sengaja mengundang khusus Ustaz Ahmad Azam hadir ke Aceh, yang salah satu agendanya adalah menjadi pemateri pada pengajian rutin pekanan KWPSI di Rumoh Aceh Kupi Luwak.

Saat ini Ahmad Azam sendiri telah tiba ‎di Banda Aceh melalui Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM) Blang Bintang Aceh Besar, setelah terbang dari Malaysia.

Ia didampingi aktivis Pusat Kebudayaan Aceh Turki (PuKAT), Thayeb Loh Angen, Teuku Farhan dan Teuku Zulkhairi.

“Alhamdulillah, Ustaz Ahmad Azzam ‎mau memenuhi undangan kita untuk hadir ke Aceh dan mengisi pengajian KWPSI. Mudah-mudahan beliau nanti memberikan kepada kita dengan berbagi ilmu dan pengalamannya tentang fenomena kebangkitan dunia Islam saat ini di Turki,” ujar Muhammad Saman, sebagaimana keterangan pers KWPSI yang diterima MINA.‎

Disebutkan, Aceh yang kini sedang berupaya menerapkan syariat Islam secara kaffah dalam berbagai sektor kehidupan, layak mencontoh Turki yang kini bangkit dan maju dengan menjalankan Islam secara serius dan sungguh-sungguh.

Padahal dulunya, Turki merupakan sekuler setelah jatuhnya kesultanan Ottoman, yang menyebabkan penghapusan kekhalifahan Islam. Kemal Ataturk sebagai pendiri Turki sekuler, memperkenalkan sejumlah reformasi yang mengurangi peranan Islam di negara itu. Madrasah ditutup, jilbab dan pakaian keagamaan dilarang, azan dirubah dari bahasa Arab ke bahasa Turki, dan penerapan undang-undang sekuler lainnya.

Turki menjadi negara sekuler untuk beberapa dekade, dan berlanjut hingga dewasa ini. Di bawah pimpinan Presiden Recep Tayyip Erdogan, Turki, memutarbalik berbagai undang-undang yang di terapkan oleh Ataturk.

Erdogan kembali membumikan Islam di Turki. Erdogan mengembalikan kejayaan Islam di Turki paling tidak dengan tujuh cara seperti pembangunan belasan ribu masjid, larangan pemakaian hijab di masa Turki sekuler dihapuskan, satu juta siswa terdaftar di Sekolah Imam Hatip, sebuah lembaga pendidikan yang dirancang untuk memberikan pendidikan agama dan melatih calon imam-imam di Turki.

Selanjutnya, Turki mengintruksikan sekolah-sekolah untuk memperkenalkan wajib belajar pendidikan agama. Turki menghapuskan peraturan dimana anak-anak harus berusia minimal 12 tahun, untuk mempelajari Alquran. Pada tahun 2013 Turki meluncurkan sebuah program, dimana anak-anak prasekolah diperkenalkan dan diajarkan Al-Quran.

Pembatasan penjualan dan iklan alkohol (miras) serta perluasan perbankan Islam (Bank Syariah) yang mengalami pertumbuhan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Dalam pernyataannya di media-media, Ahmad Azam mengatakan, Presiden Turki, Recep tayyip Erdogan, telah menjadi orang paling berpengaruh di dunia, dan paling masyhur, di antara Presiden Rusia, Vladimir Putin dan AS, Barack Obama.

Pengaruh Erdogan tersiarkan secara luas di seluruh dunia, ia telah berhasil melakukan transformasi Turki modern, dan negara lemah menjadi negara kuat bidang ekonomi, militer, dan sebagainya. Yang membuat Erdogan dan bangsa Turki berada di atas rata-rata negara lain di dunia saat ini adalah, Erdogan dan Turki berhasil melawan propaganda dunia yang memburukkan Islam.

Negara dua benua ini mampu kembali menjadi pembela negara Islam yang tertindas, menjadi pempimpin di kawasan Timur Tengah yang muslim, sekaligus menjadi mitra penting yang diperhitungkan oleh kekuatan dunia yang tidak menyukai Islam. (L/R05/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)