Sandoway, 26 Dhulqa’dah 1435/21 September 2014 (MINA) – Sebuah lagu anti-Muslim menyulut ketegangan di Sandoway, kota Arakan yang membuat pemerintah setempat gagal mengamankan tindakan terhadap pemilik stasiun bus yang terus memutar lagu tersebut menggunakan pengeras suara di terminal.
Lagu anti-Muslim yang berjudul “Membangun Pagar Dengan Tulang” berisikan lirik menyeru boikot bisnis terhadap Muslim terus dimainkan setiap hari sejak 11 September oleh seorang Budhis, kata seorang tokoh agama yang berpangkat tinggi berbicara dengan syarat anonim kepada Democratic Voice of Burma yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Adapun lyrik dari lagu tersebut berisi, “Kami akan setia terhadap ras kita, bahasa dan agama. Kami akan membeli barang hanya dari toko-toko dari keyakinan kita sendiri,” katanya.
Dia mengatakan tidak mengetahui persis nama pencipta lagu tersebut, namun lagu tersebut sangat populer. Pemilik stasiun bus adalah anggota dari kelompok nasionalis Buddha berafiliasi dengan 969. Ia ditangkap tahun lalu setelah massa membakar desa Thabyuchaing dan Than. Sementara ia dan teman lainnya menjadi tahanan, kota.
Baca Juga: Diboikot, Starbucks Tutup 50 Gerai di Malaysia
“Sekarang mereka telah dibebaskan dan kembali membuat masalah yang sama,” katanya.
Sumber lokal lain yang tidak ingin disebutkan namanya karena sensitivitas isu tersebut, mengatakan bunyi keras dari pengeras suara stasiun bus itu bisa didengar di kantor polisi lokal di dekatnya, serta departemen administrasi kecamatan kantor dan pendidikan.
“Tapi tidak ada yang mengambil tindakan apapun terhadapnya,” katanya.
Pada saat yang sama, kata dia, rumor beredar bahwa ekstrimis Buddha Arakan berencana untuk mengusir semua Muslim dari Sandoway, secara resmi dikenal sebagai Thandwe.
Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan
Petugas keamanan mengatakan melihat ketegangan yang terus meningkat mereka telah memperketat keamanan.
“Saat ini, situasi relatif stabil. Namun banyaknya rumor yang menyebar, jadi kami meningkatkan keamanan, “kata seorang petugas melalui telepon.
Saat ditanya mengenai lagu anti-Muslim tersebut, dia mengatakan baik dia maupun rekan-rekannya telah mendengar lagu kebangsaan anti-Muslim yang dimainkan.
Seorang tetua desa mengatakan, beberapa mobil dan becak juga memainkan lagu-lagu anti-Muslim di jalan-jalan kota.
Baca Juga: Ratusan Ribu Orang Mengungsi saat Topan Super Man-yi Menuju Filipina
Seorang guru lokal dan mantan tahanan politik, Maung Myint, mengatakan, “Sejarah manusia secara umum dikembangkan selama bertahun-tahun, namun jenis tindakan ini adalah kebalikan dari sifat manusia. Saya melihat orang-orang yang melakukan kebijakan-kebijakan destruktif sebagai musuh negara.”
Sandoway menjadi kota multikultural yang damai selama berabad-abad dan memiliki Kaman [mayoritas Muslim kelompok etnis yang terutama berada di negara bagian Rakhine dari Myanmar populasi Muslim.
Namun, setelah gelombang kekerasan massa antara Muslim dan Buddha di negara bagian Arakan dimulai pada Juni 2012, kota ini terjadi tiga hari kerusuhan komunal yang dimulai pada 29 September 2013 yang menyebabkan lima orang tewas dan lima lainnya terluka. Media pemerintah melaporkan, setidaknya 114 rumah, tiga bangunan keagamaan dan satu gudang bensin dibakar, sementara 482 orang kehilangan tempat tinggal.(T/P004/R11)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Filipina Kembali Dihantam Badai