Laporan: Tidak Ada Hubungan Antara ISIS dan ARSA

. (Freemalaysiatoday)

Petaling Jaya, Malaysia, MINA – Tidak ada bukti saat ini yang menunjukkan gerilyawan Rohingya di Rakhine telah bergabung dengan kelompok Islamic State (), meskipun organisasi teror tersebut pada akhirnya bisa menggunakan krisis di Myanmar untuk mengobarkan perang di front yang baru.

Hal itu terungkap dalam sebuah laporan seperti dilansir Free Malaysia Today, Selasa (24/10), seperti dikutip MINA.

ASEAN Today mengatakan ISIS terlacak melakukan aktivitas atau gerakan di Myanmar meskipun mereka memiliki tujuan untuk membuka ‘front kedua’ di Asia Tenggara.

“Faksi-faksi IS (ISIS) tidak merekrut misi Rakhine manapun. Menurut analis, IS tidak meminta para pengikutnya untuk datang ke wilayah tersebut,” ujar Asean Today.

Ini terlepas dari kekhawatiran baru-baru ini di Malaysia mengenai apakah warga negera jiran itu telah memasuki Myanmar untuk membantu Tentara Penyelamat Rohingya Arakan (ARSA) dalam bentrokan dengan pasukan keamanan.

Bulan lalu, Kepala Anti-Terorisme Bukit Aman Ayob Khan Mydin Pitchay mengatakan beberapa orang Malaysia, yang didukung oleh ISIS, sedang melancarkan ‘jihad’ di Myanmar untuk berperang melawan pemerintah di sana atas nama Rohingya di Rakhine.

Dia diberi laporan yang mengatakan konflik Rohingya digunakan sebagai senjata utama oleh ISIS untuk memengaruhi dan merekrut anggota baru untuk terlibat dalam aksi terorisme.

Ayob Khan juga mengatakan kedekatan Myanmar dengan Malaysia mendorong milisi ISIS untuk terjun di Rakhine, menambahkan Myanmar lebih dekat ke Malaysia daripada Suriah dan Filipina Selatan, dan karena itu digunakan sebagai opsi lain untuk ‘jihad’.

ASEAN Today mengakui ISIS di masa lalu mengklaim akan mendirikan sebuah pangkalan di Bangladesh untuk memerangi pemerintah Myanmar atas nama Rohingya. Laporan itu mencatat sepanjang 2014, ISIS menyebut Rakhine sebagai ‘wilayah kritis untuk jihad’.

“Namun, hal itu mengemuka pada saat kelompok tersebut masih sangat aktif dan mengontrol banyak wilayah di Irak dan Suriah daripada saat ini. Sekarang mereka telah kehilangan ibu kota yang diproklamirkan sendiri; prioritasnya bisa berubah,” kata laporan tersebut.

Laporan itu juga menunjukkan ketika kelompok seperti Al-Qaeda dan Front Pembela Islam (FPI) menyerukan untuk ambil tindakan di Myanmar, ISIS malah tidak melakukan hal yang sama.

“ARSA sendiri secara eksplisit mengatakan tidak memerlukan bantuan dari kelompok teroris internasional,” tambah laporan itu.

Namun laporan tersebut memperingatkan bahwa menyusul pertempuran yang akan segera berakhir di Kota Marawi, Filipina Selatan, ISIS dapat mengalihkan fokusnya ke Myanmar.

ASEAN Today menambahkan akibat kehilangan wilayah di Irak dan Suriah, ISIS bisa menunggangi krisis di Rakhine untuk mengumpulkan basis pendukungnya.

“Semakin lama konflik berlanjut dan semakin banyak sumber daya yang dibutuhkan ARSA, semakin besar kemungkinan mereka meminta bantuan dari kelompok lain yang lebih mapan dengan lebih banyak sumber daya,” ujar ASEAN Today. (T/R11/RS3)

 

Miraj News Agency (MINA)

Wartawan: Syauqi S

Editor: Bahron Ansori

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.