Gaza, MINA – Organisasi amal yang berbasis di Jalur Gaza mengatakan, lebih dari 1.000 warga Palestina tewas akibat blokade Israel yang sedang berlangsung di daerah pantai.
Koordinator organisasi tersebut, Ahmad Al-Kurd mengatakan, lima bayi prematur yang lahir dalam beberapa hari terakhir meninggal karena kurangnya perawatan medis yang tersedia.
“Dari 1.000 korban blokade tersebut, 450 meninggal akibat jatuhnya situasi kesehatan di Gaza, seperti kurangnya pasokan medis dan krisis rujukan medis untuk perawatan di luar,” ujar Kurd, Ahad (25/2). Demikian laporan Al-Jazeera yang dikutip MINA.
Warga Gaza terus menghadapi situasi putus asa karena blokade dengan kekurangan air dan listrik, serta kurangnya obat-obatan dan dokter tidak dapat melakukan operasi.
Baca Juga: Tim MER-C Lakukan Disaster Triage di Gaza Utara
Kurd mengatakan, penggunaan listrik alternatif oleh penduduk Jalur Gaza sejak 2006 menyebabkan kematian 100 orang.
“Penggunaan lilin, kayu bakar atau generator mengakibatkan kebakaran di rumah yang merenggut nyawa anak-anak dan orang dewasa,” tuturnya.
Selanjutnya, jumlah pekerja yang terbunuh di ladang pertanian, perikanan dan terowongan komersial sudah mencapai 350 orang.
Kurd menggambarkan Jalur Gaza sebagai penjara terbesar di dunia.
Baca Juga: Gubernur Sinai: Rafah Akan Segera Dibuka Kedua Arahnya
“Gaza adalah daerah bencana di semua wilayah. Kesehatan, lingkungan, sosial, dan energi,” ujarnya.
Menurutnya, harus segera ditemukan solusi untuk krisis pemadaman listrik yang berlangsung antara 18-20 jam sehari.
“Pemerintah Palestina harus menyediakan kebutuhan di Jalur Gaza mengenai pasokan medis, bantuan sosial, membayar gaji pegawai pemerintah, dan memberikan tekanan untuk membuka penyeberangan perbatasan,” pungkas Kurd. (T/R05/RI-1)
Baca Juga: Hamas: Palestina Harus Bersatu untuk Pertahankan Tepi Barat
Mi’raj News Agency (MINA)