Berlin, MINA – Brandeilig, sebuah lembaga inisiatif dari kelompok HAM FAIR Internasional menyatakan, lebih dari 800 masjid di Jerman telah menjadi sasaran ancaman dan serangan sejak 2014, tetapi, dalam sebagian besar kasus, kejahatan itu tidak diselidiki dengan benar.
Anadolu News Agency melaporkan, kelompok tersebut, yang telah mendirikan pusat pelaporan pertama di Jerman untuk serangan terhadap masjid, mencatat hampir 840 insiden serangan, perusakan dan ancaman antara tahun 2014 hingga 2022.
Ekstremis sayap kiri dan pengikut kelompok teror YPG/PKK berada di balik beberapa serangan yang menargetkan masjid, sementara sebagian besar dilakukan oleh ekstremis sayap kanan atau kelompok neo-Nazi, menurut laporan tersebut.
Sebagaimana laporan Middle East Monitor (MEMO), Jumat (17/6), analisis terperinci tentang kejahatan pada 2018 mengungkapkan bahwa para pelaku masih belum dapat ditangkap, sehingga memicu serangan lebih lanjut terhadap situs ibadah Muslim oleh kelomp[ok neo-Nazi atau ekstremis sayap kiri.
Baca Juga: ICC Perintahkan Tangkap Netanyahu, Yordania: Siap Laksanakan
Tercatat sebanyak 120 serangan terhadap masjid pada 2018, hanya sembilan kasus di mana pelakunya dapat diidentifikasi.
“Tingkat ini menimbulkan kekhawatiran,” para ahli Brandeilig menekankan dalam pernyatan resminya.
Mereka menunjukkan bahwa dalam setidaknya 20 kasus, termasuk serangan pembakaran, dimaksudkan untuk menyebabkan kematian atau menciderai yang parah.
“Secara umum, petugas polisi tiba di tempat kejadian dengan sangat cepat dan segera memulai penyelidikan. Namun demikian, hampir tidak ada insiden yang bisa diselesaikan hingga hari ini,” kata para ahli.
Baca Juga: Iran dan Arab Saudi Tegaskan Komitmen Perkuat Hubungan di Bawah Mediasi Tiongkok
Sosiolog dan ilmuwan politik, Yusuf Sari, mengatakan kepada Anadolu Agency: “Menurut pendapat kami, salah satu temuan terpenting adalah bahwa komunitas masjid tidak menginformasikan hal ini, meskipun mereka telah diserang berkali-kali sebelumnya.”
Selain itu, lanjut dia, setengah dari serangan berasal dari sayap kanan dan, dalam banyak kasus, pelakunya belum tertangkap.Artinya, pelaku masih menjadi ancaman bagi umat Islam.
“Penting juga untuk dicatat bahwa masyarakat sering dibiarkan sendiri setelah serangan dan tidak menerima bantuan, baik spiritual maupun material,” kata Sari.
Dia memberikan saran solusi untuk masalah yang disebutkan dalam laporan dan menjelaskan harapannya dari pihak berwenang Jerman, “Sebagai langkah pertama, bahaya saat ini bagi umat Islam harus diterima.”
Baca Juga: Kemlu Yordania: Pengeboman Sekolah UNRWA Pelanggaran terhadap Hukum Internasional
Secara umum, Yusuf Sari mengharapkan pihak berwenang untuk berbuat lebih banyak dalam memerangi rasisme anti-Muslim. Solidaritas dengan komunitas Muslim harus meningkat, dan komunitas masjid harus didukung, termasuk dukungan keuangan, setelah serangan.
“Tapi salah satu yang terpenting adalah pengungkapan kasus dan penangkapan pelaku, jika tidak maka akan menjadi insentif bagi pelaku,” ujarnya.
Dia menambahkan bahwa mereka mengamati peningkatan jumlah serangan terhadap masjid dan umat Islam.
Perlu Perubahan
Baca Juga: Parlemen Arab Minta Dunia Internasional Terus Beri Dukungan untuk Palestina
“Kehadiran tersangka dalam jumlah yang sangat kecil sangat mengkhawatirkan,” kata Yusuf Sari, menyebutkan bahwa mengejutkan bahwa pihak berwenang Jerman telah menangkap sejumlah kecil pelaku hingga saat ini.
“Sesuatu perlu diubah, terutama pada saat ini, jika kita ingin menangani gerakan sayap kanan dan mencegah orang-orang terluka parah di masa depan,” katanya.
“Serangan terhadap masjid tidak boleh diremehkan dalam keadaan apa pun. Kami berharap bahwa kami telah memberikan kontribusi kecil untuk masalah rasisme anti-Muslim dengan laporan kami. Kami ingin meningkatkan solidaritas dengan komunitas masjid dan kami berharap serangan terhadap Muslim di Jerman akan berkurang,” tambah Sari.
Jerman, negara berpenduduk lebih dari 83 juta orang, memiliki populasi Muslim terbesar kedua di Eropa Barat, setelah Prancis. Di antara hampir 5,3 juta Muslim di negara itu, 3 juta berasal dari Turki.(T/R1/P1)
Baca Juga: Ribuan Warga Yordania Tolak Pembubaran UNRWA
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Wasekjen MUI Ingatkan Generasi Muda Islam Tak Ikuti Paham Agnostik