Jakarta, MINA – Fasilitator Nasional Interfaith Rainforest Initiative (IRI) Indonesia, Hayu Prabowo, mengungkapkan bahwa lebih dari 95 persen bencana yang terjadi di Indonesia berkaitan langsung dengan krisis iklim yang semakin parah akibat deforestasi.
Hal itu disampaikannya dalam Lokakarya Panduan Ajaran Agama dan Buku Rumah Ibadah yang digelar IRI Indonesia bersama Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) di Jakarta, Ahad (3/8).
Menurut Hayu, data ilmiah telah menunjukkan dampak nyata deforestasi terhadap krisis iklim yang memicu banjir, longsor, kekeringan, hingga kebakaran hutan.
“Sains memberi kita data dan teknologi, tapi untuk menggerakkan masyarakat kita butuh kekuatan nilai-nilai agama,” ujarnya.
Baca Juga: Mardani: Kesakitan Warga Palestina adalah Kesakitan Kita Semua
Hayu menegaskan, gerakan lintas agama menjadi kunci dalam mendorong kebijakan berbasis sains dan etika spiritual demi keberlanjutan hidup.
“Perubahan perilaku untuk menyelamatkan lingkungan membutuhkan suara moral yang kuat. Nilai-nilai agama dapat menjadi pendorong gerakan nyata,” katanya.
Wakil Ketua Umum Bidang Pendidikan dan Luar Negeri MATAKIN, Ws. Chandra Setiawan, menambahkan, rumah ibadah memiliki peran strategis bukan hanya sebagai tempat ritual, tetapi juga pusat edukasi, advokasi, dan aksi nyata untuk menjaga kelestarian hutan dan keadilan ekologis.
Senada dengan itu, Js Sun Vera, yang terlibat dalam penyusunan panduan, menegaskan bahwa ajaran agama dapat menjadi inspirasi gerakan lingkungan.
Baca Juga: Fadli Zon: Mari Bersatu Menyelamatkan Palestina dari Krisis Kemanusiaan
“Panduan ini bukan sekadar buku, melainkan alat membangun kesadaran kolektif bahwa menjaga hutan adalah ibadah,” ujarnya.
Lokakarya tersebut diikuti oleh pengurus pusat, wilayah, dan daerah MATAKIN. Para peserta membahas strategi integrasi pesan pelestarian hutan ke dalam khutbah, pendidikan, serta program komunitas.
IRI Indonesia berkomitmen mendukung implementasi panduan ini melalui pendampingan, distribusi materi, dan pelacakan dampak.
Lokakarya dan sosialisasi panduan tersebut merupakan salah satu misi gerakan lintas agama IRI Indonesia yang selalu menegaskan bahwa penyelamatan hutan tidak hanya merupakan isu ekologis, tetapi juga krisis moral dan spiritual.
Baca Juga: Ada Kemungkinan Presiden Prabowo Datang Saksikan Pacu Jalur di Kuansing
Dengan lebih dari 10 juta hektare hutan primer hilang dalam dua dekade terakhir, IRI Indonesia menegaskan penyelamatan hutan tropis bukan hanya isu ekologis, melainkan juga krisis moral dan spiritual.
Gerakan lintas agama diharapkan menjadi garda terdepan menjaga kelestarian hutan dan memperjuangkan keadilan ekologis bagi seluruh makhluk hidup.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Kemlu RI Desak Dunia Bertindak Atasi Kelaparan di Gaza