Damaskus, MINA – Lebih dari 100.000 warga Suriah masih tertahan di beberapa negara Uni Eropa setelah beberapa negara menghentikan klaim suaka menyusul jatuhnya presiden Suriah Bashar al-Assad.
Banyak negara, termasuk Jerman yang memiliki populasi orang Suriah terbesar di luar Timur Tengah, membekukan aplikasi beberapa hari setelah kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) mengambil alih Damaskus pada Desember 2024. Middle East Eye melaporkan, Sabtu (26/4).
Ahmed al-Sharaa diangkat sebagai presiden transisi Suriah dan konstitusi sementara dengan rencana lima tahun ditandatangani.
Situasinya bergejolak setelah Israel berulang kali menargetkan Suriah dengan ratusan serangan udara dan merebut sebagian Dataran Tinggi Golan, Suriah.
Baca Juga: Koalisi Global Selenggarakan Konferensi Internasional di Istanbul untuk Kemenangan Gaza
Keadaan diperkeruh dengan adanya kekerasan sektarian yang meletus dalam beberapa pekan terakhir, dan belum sepenuhnya terkendali.
Sanksi internasional terhadap Suriah juga sebagian besar masih berlaku, meskipun Inggris telah mencabut sanksi terhadap kementerian pertahanan dan dalam negeri Suriah serta sejumlah badan intelijennya.
Pendukung dan pencari suaka Suriah memperingatkan bahwa tidak aman untuk kembali ke negara tersebut, tetapi mereka tidak memiliki kejelasan tentang kapan atau apakah proses aplikasinya dapat dilanjutkan.
“Bagaimana Suriah bisa menjadi lebih baik sementara masih dikenai sanksi?” kata Abdulaziz Almashi, pendiri Kampanye Solidaritas Suriah yang berbasis di Inggris, yang telah menerima panggilan dari warga Suriah yang mencari bantuan. []
Baca Juga: Pemerintah Arab Saudi dan Indonesia Sepakat Larang Haji Ilegal, Sanksi Berat Menanti
Mi’raj News Agency (MINA)