Washington, MINA – Lebih dari 300 rabbi di Amerika Serikat mendesak Israel untuk menghentikan penjualan senjata ke Myanmar, di mana pemerintahnya melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang serius terhadap Muslim Rohingya.
Petisi tersebut, yang ditujukan kepada pemerintah Israel, dibuat oleh T’ruah, jaringan rabbi yang berfokus pada hak asasi manusia. Tanda tangan termasuk Rabbi Rick Jacobs, presiden Gerakan Reformasi, dan Rabbi David Saperstein, mantan Duta Besar untuk Kebebasan Beragama di bawah Presiden Obama.
Pemerintah Israel terus menjual senjata ke Myanmar bahkan saat fakta mengejutkan muncul mengenai skala kekejaman yang dilakukan di negara bagian Rakhine oleh negara tersebut. Demiakian yang diberitakan MEMO dan dikutip Mi’ra News Agency (MINA).
Petisi tersebut menyatakan: “Sebagai warga negara Amerika dan sebagai orang Yahudi, kami menolak untuk menerima keterlibatan AS atau Israel dalam melatih atau mempersenjatai militer yang melakukan pembersihan etnis secara brutal terhadap populasi minoritas”.
Baca Juga: Putin Punya Kebijakan Baru, Hapus Utang Warganya yang Ikut Perang
Israel diduga telah melanjutkan penjualan peralatan militernya kepada Myanmar selama berlangsungnya krisis Rohingya terbaru.
Baru-baru ini, dua kapal tempur buatan Israel dipamerkan di sebuah unggahan Facebook Angkatan Laut Myanmar, tulis The Independent yang berbasis di London, Inggris.
“Selamat datang di Angkatan Laut Myanmar,” tulisnya. “Super-Dvora MK III bergerak maju dengan kecepatan 45 knot di perairan Myanmar.”
Namun, unggahan itu kini sudah tidak dapat diakses. Demikian Dhaka Tribune memberitakan yang dikutip MINA.
Baca Juga: Jadi Buronan ICC, Kanada Siap Tangkap Netanyahu dan Gallant
Kapal pengangkut senjata itu memiliki stasiun senjata jarak jauh yang memungkinkan militer memasang senapan mesin berat atau meriam 30mm.
Kapal patroli tersebut dapat digunakan untuk menyerang pengungsi Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh.
Namun, Kementerian Luar Negeri Israel membantah laporan media bahwa pihaknya telah menjual senjata canggih kepada Myanmar dan menolak dugaan keterlibatannya dalam tragedi di wilayah Negara Bagian Rakhine, pusat krisis kekerasan yang banyak membunuh Muslim Rohingya.
Lebih dari 603.000 orang Rohingya telah eksodus dari Myanmar ke Bangladesh sejak tindakan keras militer pada akhir Agustus.
Baca Juga: Rusia Serang Ukraina Pakai Rudal Korea Utara
Eitay Mack, seorang pengacara Israel telah mengajukan petisi ke pengadilan Tinggi Israel untuk melarang penjualan senjata ke Myanmar. (T/P3/RS3)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Badai Salju Terjang Eropa Barat