Tripoli, MINA – Lebih dari 600 migran yang berharap mencapai Eropa dari Libya telah dihentikan sejak Jumat, kata Angkatan Laut Libya, di saat Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) memperingatkan bahwa Libya “bukan pelabuhan yang aman.”
Tiga kelompok migran ilegal dicegat di laut pada hari Jumat dan Sabtu oleh penjaga pantai Libya dan unit yang bertugas mengamankan pelabuhan, kata Angkatan Laut dalam sebuah pernyataan, yang dirilis Ahad (2/5), Nahar Net melaporkan.
Dikatakan, 638 orang yang sebagian besar adalah warga negara-negara Afrika sub-Sahara mencoba mencapai Eropa. Mereka dibawa ke pangkalan angkatan laut di ibu kota Tripoli sebelum menyerahkan mereka ke pasukan anti-imigrasi yang dijalankan oleh Kementerian Dalam Negeri.
Angkatan Laut mengatakan, kelompok pertama yang terdiri dari 334 migran, yang berada di atas empat perahu karet, “diselamatkan” pada hari Jumat (30/4).
Baca Juga: Erdogan Umumkan ‘Rekonsiliasi Bersejarah’ antara Somalia dan Ethiopia
Dua kelompok lainnya, sebanyak 132 dan 172 orang, didampingi secara terpisah pada hari Jumat dan Sabtu.
Angkatan Laut tidak mengatakan apakah kapal-kapal itu tenggelam atau mengalami masalah teknis.
Badan-badan internasional telah berulang kali mengecam pemulangan migran yang dicegat di laut ke Libya, karena situasi kacau di negara itu dan kondisi yang buruk di pusat-pusat penahanan.
IOM mengulangi kekhawatirannya pada Sabtu malam.
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
“Hari ini, 172 migran, termasuk wanita dan anak-anak, telah dikembalikan ke Libya oleh penjaga pantai,” katanya.
“Tim kami memberikan bantuan darurat kepada lebih dari 600 migran yang dicegat selama 48 jam terakhir,” tambahnya. “Kami tegaskan bahwa Libya bukanlah pelabuhan yang aman.”
Libya adalah jalur utama bagi para migran yang mencoba mencapai Eropa melalui Mediterania. Para pedagang manusia berkembang pesat dalam pelanggaran hukum setelah penggulingan penguasa Moammar Gadhafi pada 2011. (T/RI-1/P2)
Baca Juga: Rwanda Kirim 19 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
Mi’raj News Agency (MINA)