Jakarta, MINA – Lembaga Ocean and Fisheries Partnership Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID Oceans) dan Yayasan Masyarakat dan Perikanan Indonesia (MDPI), telah mengumumkan kemitraan baru untuk menurunkan penangkapan ikan ilegal.
Menurut siaran pers Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta yang diterima MINA, Selasa (21/8), melalui kemitraan ini, kedua pihak akan mengembangkan sistem yang inovatif untuk mempromosikan perikanan berkelanjutan dan melestarikan keanekaragaman hayati laut.
Dengan lokasi uji coba di Bitung, sistem elektronik baru untuk dokumentasi dan penelusuran (CDT) hasil tangkap ikan akan membantu para nelayan besar dan kecil untuk mempromosikan rantai pasokan makanan laut yang adil dan mematuhi etika serta memenuhi standar impor tingkat kawasan maupun internasional.
“Produk makanan laut yang bisa dilacak asal usulnya dan menerapkan praktik perikanan berkelanjutan semakin diminati oleh konsumen di pasar internasional dan juga merupakan prioritas Pemerintah AS,” ujar Todd Sorenson, Deputy Director of USAID’s Regional Development Mission untuk Asia.
Baca Juga: Prediksi Cuaca Jakarta Akhir Pekan Ini Diguyur Hujan
“Efek berbahaya penangkapan ikan ilegal berdampak bagi banyak orang dan mengancam ekosistem berharga yang menjadi andalan persediaan makanan internasional dan perikanan lokal.”
Indonesia, daerah penangkapan ikan paling beragam dan kaya di dunia, merupakan pengekspor utama produk tuna di dunia. Pada tahun 2015, Indonesia memanen lebih dari 1,3 juta ton tuna – hampir 25 persen dari total tangkapan di seluruh dunia.
Tetapi Kementerian Kelautan dan Perikanan dan berbagai kelompok pemerhati lingkungan memperkirakan bahwa penangkapan ikan ilegal merugikan Indonesia hingga miliaran dolar. Dalam kemitraan baru mereka, USAID Oceans dan MDPI akan berfokus pada rantai pasokan tuna dan perikanan yang penting ini.
Kemitraan ini akan meningkatkan koordinasi antara pemerintah nasional dan provinsi dan berfokus pada keadilan kerja dan jender dalam pengelolaan perikanan serta meningkatkan keberlanjutan secara keseluruhan. Sistem CDT akan membantu mengumpulkan dan melakukan validasi data utama produk tuna, termasuk legalitas dan pergerakannya, dari tempat penangkapannya hingga sampai ke konsumen akhir. Pada akhirnya, upaya ini akan membantu Pemerintah Indonesia memenuhi standar rantai pasokan yang etis dan adil sesuai mandat U.S. Seafood Import Monitoring Program yang baru diterapkan dan menurunkan penangkapan ikan IUU di perairan Indonesia.
Baca Juga: Menag Tekankan Pentingnya Diplomasi Agama dan Green Theology untuk Pelestarian Lingkungan
MDPI, yang memiliki keahlian dalam penelusuran dan praktik perikanan keberlanjutan di Indonesia, bekerja sama erat dengan mitra dari industri seperti PT Blue Ocean Grace International, PT Nutrindo dan Anova, LLC. Para mitra tersebut telah bersepakat untuk melakukan uji coba teknologi CDT yang baru yang menjadi tanda adanya komitmen untuk memerangi penangkapan ikan IUU.
“Hambatan bagi perikanan skala kecil untuk melakukan penelusuran dalam rangka memenuhi permintaan pasar internasional cukup besar,” demikian kata Blane Olson, direktur Anova Technical Services LLC. “Tetapi, dengan menggabungkan keahlian dan pengalaman teknis para mitra dalam kemitraan publik-swasta, kami dapat mendukung komunitas perikanan ASEAN mencari solusi.”
Hubungan erat antara MDPI dengan Pemerintah Indonesia akan mendukung inisiatif kemitraan dan selaras dengan program USAID Sustainable Ecosystems Advanced (SEA) di Indonesia. Program SEA berfokus di provinsi yang berbeda, memperkuat komitmen USAID kepada Pemerintah Indonesia untuk bersama-sama mencapai prioritas maritim; MDPI juga merupakan mitra SEA. Selain itu, USAID Oceans dan MDPI bekerja sama dengan International Pole and Line Foundation dan Asosiasi Perikanan Pole & Line serta Handline Indonesia untuk mengembangkan Aliansi Keberlanjutan Tuna Pesisir Indonesia yang mendukung koordinasi di antara berbagai inisiatif untuk memerangi IUU di Indonesia.
USAID Oceans merupakan salah satu dari berbagai inisiatif AS yang mendukung ASEAN dan 10 negara anggotanya. AS bermitra dengan ASEAN untuk mendukung integrasi ekonomi, memperluas kerja sama maritim, memupuk para pemimpin baru, mempromosikan kesempatan bagi perempuan, dan mengatasi tantangan lintas negara.
Baca Juga: Menhan: 25 Nakes TNI akan Diberangkatkan ke Gaza, Jalankan Misi Kemanusiaan
Melalui kerja sama antara USAID dengan ASEAN, Amerika Serikat membantu mengatasi akar penyebab kemiskinan dan membantu stabilitas serta meletakkan dasar bagi kemakmuran dan keamanan. Amerika Serikat dan ASEAN merayakan 40 tahun kemitraan pada tahun 2017, menandai kerjasama yang semakin mendalam di bawah Kemitraan Strategis AS-ASEAN. (R/R11/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: BMKG: Waspada Gelombang Tinggi di Sejumlah Perairan Indonesia