
Kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh. (Foto: UNHCR)
Dhaka, MINA – Lembaga-lembaga dunia yang terlibat dalam bantuan di kamp-kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh, berupaya mengamankan tanah perbukitan yang berisiko longsor di saat musim hujan Monsoon tiba.
Sebagian besar pengungsi Rohingya asal Myanmar tinggal di bangunan tipis dari bambu dan plastik bertengger di bukit yang dulu berhutan.
Bangladesh adalah wilayah yang dilanda angin topan. Kamp pengungsi Rohingya dikelompokkan di bagian negara yang mencatat curah hujan tertinggi.
Menurut Departemen Meteorologi Bangladesh, hujan biasanya dimulai pada bulan April dan puncaknya pada bulan Juli, demikian Dhaka Tribune melaporkan.
Baca Juga: Ratusan Warga Swedia Demo Tolak Rencana Trump Kendalikan Gaza
Sebanyak 23.000 pengungsi tinggal di lereng yang berisiko mengalami tanah longsor.
Juru bicara UNHCR Caroline Gluck mengatakan pada Jumat (9/3), lembaganya, Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) dan Program Pangan Dunia (WFP), menggunakan buldoser ke tingkat 123 hektar di kamp Kutupalong-Balukhali utara untuk membuat daerah tersebut lebih aman.
Sementara IOM menempatkan peralatan pembuangan sampah dan kru kerja di seluruh kamp, mencoba memperbaiki jalan dan menstabilkan lereng.
Sekretaris Manajemen Bencana Bangladesh Shah Kamal mengatakan, Pemerintah bekerja sama dengan PBB akan memindahkan 133.000 orang yang tinggal di daerah berisiko tinggi.
Baca Juga: AS Tingkatkan Serangan terhadap Cabang Al-Qaeda Hurrasud-Din
Risiko tanah longsor telah diperburuk oleh keluarga pengungsi yang membutuhkan kayu bakar untuk memasak. Pepohonan ditebang oleh para pengungsi, juga menggali akar kayu bakar, membuat tanah lereng menjadi lebih lemah dan rawan longsor. (T/RI-1/RS3)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: India Pertimbangkan Terima Duta Besar Taliban karena Alasan Tiongkok