Lembaga Wakaf Islam Yordania Protes Pembatasan Muslim Ke Al-Aqsha

Al-Quds, 15 Muharram 1438/16 Oktober 2016 (MINA) – Lembaga Wakaf Islam yang bertugas melakukan pengawasan dan penjagaan Masjid mengajukan protes keberatan atas pembatasan oleh keamanan Israel bagi kaum Muslim yang hendak berkunjung ke Al-Aqsha.

Dr Yusef Matche, salah satu anggota Wakaf  mengatakan, umat Islam ke Al-Aqsha adalah untuk beribadah di masjid miliknya, dan sejarah secara ini adalah hak warga Palestina serta hak kaum Muslim seluruh dunia.

“Kami menolak pembatasan itu, sementara orang-orang dari agama lain, khususnya Yahudi bebas mengunjunginya, bahkan dengan pengawalan pihak keamanan,” ujar Yusef.

“Pembatasan yang diberlakukan pada warga Palestina dan Muslim adalah sudah melampaui batas,” lanjutnya kepada Alternative News beberapa hari lalu, yang diberitakan Kantor Berita Islam MINA.

Sebelumnya, tur Yahudi sayap kanan untuk liburan mengadakan ritual di sisi Tembok Ratapan dalam kawalan pasukan keamanan Israel. Sementara di luar gerbang, Israel menahan 15 warga Palestina yang mengadakan aksi protes. Mereka diinterogasi dan dilarang selama 15 hari dari mengunjungi Al-Aqsa.

Selain mengadakan pembatasan, dan melarang beberapa pemuda, Israel juga memberlakukan tiga hari penutupan umum pada warga Palestina dari Tepi Barat dan Jalur Gaza pada perayaan ritual Yahudi Rosh Hashanah.

“Kunjungan Yahudi Israel secara berkala ke kompleks Al-Aqsha jelas bermaksud untuk mengubah status quo di daerah itu yang bisa menimbulkan dampak global,” tutur Yusef Matche, anggota Wakaf Yordania.

Padahal, seluruh kawasan kompleks Al-Aqsa, termasuk yang disebut Tembok Barat dan Kubah Ash-Shakhrah adalah tempat suci ketiga dalam Islam.

Menurutnya, meskipun tur Yahudi cenderung mengalami puncak selama liburan hari-hari besar Yahudi, sayap kanan Israel memiliki agenda politik untuk selalu masuk ke kawasan Al-Aqsha sepanjang tahun.

Media lokal menyebutkan, sekitar 1.164 Yahudi Israel melakukan tur ke Al-Aqsha pada bulan September.

Yusef Matche menambahkan bahwa pemerintah Israel terus melakukan proses pembangunan sinagog, dan mengatakan,”Jika kita biarkan, langkah demi langkah, akan terjadi perubahan drastis.”

Padahal, lanjutnya, tahun-tahun sebelumnya, Israel mengajukan permintaan tertulis ke Lembaga Wakaf sebelum mengawal non-Muslim masuk ke kompleks Al-Aqsha. Namun, sekarang polisi Israel langsung saja mengawal non-Muslim ke Al-Aqsha tanpa memberitahu pihak Wakaf.

Sebelumnya juga, Lembaga Wakaf memiliki kebebasan untuk melakukan beberapa perbaikan sarana dan prasarana  masjid. Namun saat ini, “jika kita akan mengganti lampu atau keran air saja, itu harus disetujui oleh polisi Israel,” ujarnya.

Singkatnya, “Sesuatu yang harus kami kerjakan satu jam bisa memakan waktu seminggu, dan jika bisa dilakukan seminggu, itu akan mengambil satu bulan,” paparnya.

Ia menyatakan kekhawatirannya jika hal ini terus berlangsung tanpa ada reaksi berarti dari dunia Islam dan jika kunjungan umat Muslim dunia semakin berkurang, sementara kunjungan Yahudi semakin bertambah.

“Kami merasakan semakin berada di bawah penjajahan,” tambahnya.

“Kami semakin tertekan, situasinya juga semakin rapuh. Kami merasa sehari-hari semakin terdesak oleh Israel, sementara dunia Islam saat ini begitu sibuk dengan isu-isu lain di wilayah masing-masing,” kata Matche.

Namun demikian, “apa pun yang akan terjadi kami akan terus berusaha mempertahankannya,” lanjutnya. (T/P4/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

http://alternativenews.org/index.php/features-02/221-dangerous-politics-behind-israeli-visits-to-al-aqsa-mosque