Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lewat Video Satu Menit, Dua Pelajar Indonesia Terima Beasiswa di Australia

Septia Eka Putri - Jumat, 30 September 2016 - 17:37 WIB

Jumat, 30 September 2016 - 17:37 WIB

462 Views ㅤ

Jakarta, 28 Dzulhijjah 1437/30 September 2016 (MINA) – Melalui video satu menit, dua mahasiswa Indonesia, Fitri Suci Puspita Sari dan Alfian Mahardika, berkesempatan untuk belajar selama lima bulan di Negara Bagian Queensland, Australia.

Dalam video satu menit yang diikutkan dalam kompetisi yang diberi nama “Semester Terbaik di Luar Negeri” itu menceritakan keinginan mengapa mereka ingin belajar di Australia. Pemenang kompetisi yang digelar Pemerintah Negara Bagian Queensland tersebut melalui Trade and Investment Queensland (TIQ) tersebut mendapatkan tiket pesawat, akomodasi, biaya kuliah, dan pengalaman berlibur.
Pengumuman pemenang yang diadakan di Kedutaan Besar Australia di Jakarta pada hari ini, Jumat (30/9), sekaligus pelepasan pemenang yang akan berangkat ke Australia dihadiri oleh kedua orang tua pemenang, turut hadir Duta Besar Australia untuk Indonesia, Paul Grigson, pihak TIQ serta jajarannya.

Duta besar Asutralia, Paul Grigson menyatakan, apresiasi yang tinggi kepada pemenang yang telah berhasil melewati kompetisi ini.

“Selamat kepada dua pelajar Indonesia Alfian dan Fitri, video satu menit ini sangat bagus sekali, kalian cerdas.. semoga acara ini bermanfaat dan bisa meningkatkan kemampuan bahasa serta ilmu-ilmu yang didapatkan dari belajar di sana nantinya bisa dikembangkan, manfaatkan kesempatan ini,” ujar Dubes Paul.

Baca Juga: Wamenag Sampaikan Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Guru dan Perbaiki Infrastruktur Pendidikan 

Fitri Suci Puspita Sari seorang alumni Universitas Sriwijaya Palembang, Sumatera Selatan ini membuat video yang melibatkan komunitasnya.

Fitri merupakan salah satu pengurus Save Street Child. Save Street Child adalah komunitas berjejaring yang peduli terhadap permasalahan anak jalanan. Dibentuk oleh anak muda, dikelola oleh anak muda dan bersifat independen, desentralis, juga kreatif, sesuai semangat muda. Save Street Child bukan merupakan underbow dari Organisasi besar manapun, dan mandiri secara finansial

“Saya mengangkat kegiatan sosial saya di Kota Palembang, di sana saya berkecimpung di komunitas sosial pendidikan anak jalanan, kita membuka kelas belajar, jadi adik-adik di sana diajarkan setiap hari Minggu untuk membantu mereka belajar baik itu akademis atau non akedemis, jadi kenapa saya membuat video ini dan mempunyai keinginan yang besar untuk belajar di Australia? nantinya setelah saya kembali, ilmu tersebut bisa saya bagi-bagi dan saya terapkan kepada komunitas saya, ini akan menambah wawasan dan strategi belajar bahasa Inggris untuk anak didik saya,” jelas Fitri kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

“Anak didik saya berusia 5-12 tahun, program ini sesuai dengan apa yang saya ambil selama enam bulan nanti, kebetulan saya belajar di sana enam bulan dan mengambil program pendidikan dan pelatihan bahasa anak usia dini di Brisbane, di sana saya akan bertemu dengan beberapa komunitas dan lembaga juga untuk belajar dan saling tukar informasi. Jadi sesuai dan sangat cocok untuk anak-anak didik saya. Untuk harapan ke depan, pastinya saya mau anak didik di komunitas tertarik dan termotivasi juga guna mengembangkan mimpi-mimpi mereka dan melihat lebih baik ke depan serta dapat menguasai Bahasa Inggris,” jelasnya.

Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun

Sebaliknya, Alfian Mahardika seorang mahasiswa Universitas Al-Azhar Indonesia membuat video durasi satu menit yang menceritakan motivasi belajar bahasa dan memperagakan beberapa budaya Indonesia.

“Saya termotivasi untuk terus belajar, di samping saya juga berkecimpung di dunia jurnalis, saya harus bisa meningkatkan potensi Bahasa Inggris dan dengan itu semua saya akan bisa lebih mengembangkan dan memperkenalkan budaya Indonesia di mata dunia. Saya tidak akan lupa Indonesia, setelah saya menimba ilmu di negara lain, secepatnya akan kembali dan membangun Indonesia ini. Saya pun nanti akan belajar di Brisbane juga sama dengan fitri, hanya saja saya akan fokus ke program bahasa,” ungkapnya.

Manager Pengembangan Bisnis TIQ, Irma Irsyad mengatakan, Program TIQ muncul dari ide untuk merebut perhatian orang Indonesia, di mana 24 % orang Indonesia berkeinginan untuk belajar di Australia.

“Program ini pertama sekali diluncurkan dan mensyaratkan video yang berdurasi satu menit untuk menceritakan kenapa ingin belajar di Asutralia. Program ini menjadi salah satu kesempatan untuk belajar secara gratis serta meningkatkan keinginan mencari kesempatan bekerja dan belajar. Beasiswa TIQ diberikan kepada orang cerdas dan kreatif yang mau berusaha dan bekerja keras,” ujar Irma. (L/P007/R05)

Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Asia
Internasional
Internasional
Internasional