Kairo, 17 Dzulqa’dah 1436/31 Agustus 2015 (MINA) – Liga Arab telah menunda tanpa batas waktu, pertemuan tingkat menteri pertahanan dan kepala staf militer negara-negara anggota liga, untuk membahas pembentukan Pasukan Gabungan Arab, terutama sekali karena terdapat ketidakcocokan antara konsep Arab Saudi dengan konsep Mesir.
Pertemuan yang dijadwalkan 27 Agustus 2015 itu telah ditunda “tanpa batas” waktu untuk kedua kalinya.
Organisasi 22 anggota negara Arab itu mengatakan penundaan menyusul permintaan dari Arab Saudi, yang didukung Bahrain, Kuwait, Qatar, UEA dan Irak, demikian Middle East Monitor (MEMO) melaporkan sebagaimana dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
“Sekretaris Jenderal Liga Arab memutuskan untuk menunda pertemuan berikut konsultasi dengan presiden,” ungkap juru bicara Liga Arab.
Baca Juga: Dua Tentara Cadangan Israel Ditangkap Atas Dugaan ‘Mata-Mata Iran’
Sebuah sumber diplomatik di Liga Arab mengungkapkan sebelumnya kepada Quds Press, penundaan diikuti perbedaan antara Mesir dan Arab Saudi. Hal itu berhubungan dengan “mekanisme dukungan, markas, mandat dan tida ada campur tangan asing dalam urusan internal negara-negara Arab.”
Oman dan Irak telah menolak untuk bergabung dengan pasukan yang diusulkan, sementara Aljazair telah menyatakan keberatan, mengatakan bahwa hal itu melanggar perjanjian pertahanan bersama Arab.
Pada Mei 2015, kepala staf militer Arab bertemu dan sepakat untuk membentuk kekuatan militer Arab bersama seperti yang diusulkan selama pertemuan puncak Liga Arab pada Maret.
Kepala staf dan pejabat militer dari 20 negara Arab menghadiri pertemuan itu, sementara Aljazair, yang tidak mendukung kekuatan dalam KTT Maret, diwakili delegasi Liga Arab. Kursi Suriah masih tetap kosong.
Baca Juga: POPULER MINA] Trump Usul Relokasi Warga Gaza ke Indonesia dan Pertukaran Sandera
Pasukan gabungan itu dimaksudkan untuk memerangi ancaman keamanan ke wilayah Arab, terutama yang berasal dari “organisasi teroris,” sebagaimana diatur dalam resolusi KTT. Pasukan itu dibentuk untuk “pertahanan” dan tidak menyerang.
Hari sebelum KTT Maret dan keputusan pasukan gabungan, beberapa negara Arab bergabung dengan koalisi yang dipimpin Arab Saudi yang meluncurkan serangan udara terhadap posisi pemberontak Houthi di Yaman. (T/R05/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Turkish Airlines Kembali Terbang ke Suriah setelah 11 Tahun