Oleh Bahron Ansori, jurnalis MINA
Guru adalah tonggak untuk membangun sebuah peradaban dan perubahan. Tanpa seorang guru, mustahil ada peradaban apalagi perubahan. Tanpa seorang guru, mustahil ada kaderisasi dan pelanjut perjuangan. Tanpa guru juga, dunia ini menjadi gelap sebab tidak ada yang melanjutkan dalam proses menginpirasi banyak manusia.
Guru adalah lilin. Cahayanya mampu menyinari alam sekitar yang tadinya gelap gulita. Guru adalah kawah candra dimuka yang melaluinya segala ilmu dan kebaikan bisa didapatkan. Guru semacam apakah yang bisa diharapkan menjadi ujung tombak pembangun sebuah peradaban dan perubahan yang lebih baik?
Disarikan dari berbagai sumber, setidaknya ada lima ketrampilan (skill) utama yang harus dimiliki oleh seorang guru. Jika kelima skill ini bisa diamalkan oleh seorang guru, insya Allah proses kaderasisinya, proses pengajarannya akan berhasil. Lima skill itu antara lain sebagai berikut.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Pertama, seorang guru harus punya mindset dan konspetual skill yang benar. Artinya seorang guru harus benar menyadari dan menyadari dengan benar bahwa setiap profesi pendidik atau pengasuh itu adalah penerus para Nabi. Sungguh mulia bukan?
Karena itu bisa dibilang tugas utama seorang pendidik dan pengasuh adalah berdakwah (menyampaikan, mengajak orang lain atau anak didik menjadi lebih baik). Sebab tugas guru adalah berdakwah, maka yang perlu dipersiapkan oleh diri antara lain; keikhlasan, ilmu, bantuan teman-teman sholeh (berjamaah, tidak sendirian) juga tidak berpecah-belah.
Diperlukan juga kesabaran dalam mendidik, pengorbanan, perjuangan untuk menegakkan amar makruf nahyi munkar dengan proporsional.
Kedua, seorang guru harus memiliki spiritual skill yang baik. Spiritual atau iman yang baik dan lurus sangat penting dimiliki seorang guru. Apa saja termasuk spiritual skill ini?
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Seorang guru bermanhaj lurus dan faham agama dengan baik adalah bagian dari spiritual skill. Anak didik akan menjadi sumber daya manusia yang berkualitas baik jika gurunya memiliki spiritual atau keimanan yang baik juga. Sebaliknya tentu sesuatu yang mustahil melahirkan manusia-manusia unggul secara iman jika gurunya saja jauh dari agama.
Mengajar bukanlah pekerjaan ringan. Karena itu seorang guru harus selalu berdoa kepada Allah untuk semua urusannya. Lalu bertawakal kepada Allah adalah puncak dari segala pengaduan. Mulailah segala aktifitas dengan berdoa. Doakan pula anak didik agar mudah menerima pelajaran yang diberikan. Ini juga bagian dari spiritual skill.
Hal lain yang juga harus diperbaiki oleh seoran guru adalah lisannya. Usahakan lisannya selalu basah dengan zikrullah. Baca selalu istighfar dan zikir-zikir lain untuk membersihkan jiwa agar bisa selalu tenang dan sabar dalam mendidik anak didik.
Spiritual skill lainnya yang harus dimiliki dan dibangun oleh seorang pendidik adalah menjadikan qiyamul lail (shalat malam) dan membaca al Qur’an sebagai rutinitas tanpa henti. Selama hayat masih di kandung badan, maka kedua amalan tersebut jangan pernah ditinggalkan.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Juga bangun selalu niat baik untuk berbakti kepada kedua orang tua, bersedekah setiap ada kesempatan walaupun tidak harus selalu dengan harta. Dan yang tak kalah penting dari spiritual skill ini adalah bertekad untuk menjauhi segala bentuk kemaksiatan. Juga menjaga diri dari yang syubhat.
Ketiga, sosial skill. Seorang pendidik harus memiliki keahlian yang bagus dalam membangun kehidupan bermasyarakat. Jangan ekslusif apalagi mengasingkan diri dari masyarakat. Bagaimana mungkin masyarakat akan menerima dakwah kita jika kita menjauh dari kehidupan bermasyarakat.
Bergaullah dengan masyarakat dengan akhlak mulia dan adab yang baik. Kedepankan selalu bersikap jujur dan adil. Jangan memihak kepada keburukan apalagi membelanya mati-matian. Mulailah kembangkan persamaan di masyarakat dan perkecil sebisa mungkin perbedaan. Apalagi jika perbedaan-perbedaan itu sifatnya teknis.
Bersikaplah luwes, lemah lembut (layyin), ramah dan murah senyum (qarib), tenanglah menghadapi aneka situasi yang menegangkan (hayyin) dan berusahalan untuk selalu memudahkan setiap urusan orang lain (sahl).
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Bagun juga sikap penuh empati, peduli dan suka memberi alias tidak boleh cuek kepada orang lain. Berusahalah untuk selalu ikhlas jika diatur dan dinasehati oleh pimpinan dan teman sejawat. Bersikap luwes dan tidak kaku, penuh kasih sayang juga hidup secara sederhana adalah bagian dari spiritual skill yang harus dimiliki oleh seorang pengajar dan pengasuh.
Keempat, seorang guru juga harus mempunyai practical skill. Dalam hal ini seorang guru harus bisa menjadi inspirator, motivator sekaligus instruktur bagi anak didiknya.
Dia juga harus bisa membangun kedekatan, keakraban dan memberikan perhatian lebih kepada setiap anak didik tanpa harus memilah milih. Mendengar setiap keluh kesah anak didik. Berfikir sebelum bicara, dan tentu saja tegas namun tetap mengedepankan sopan santun.
Kelima, komitmen skill. Seorang guru harus punya komitmen yang kuat untuk maju dan besar bersama. Berusaha semaksimal mungkin untk mengupgrade diri dengan berbagai skill dan ilmu agar bisa membangun komitmen yang kuat.
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Di antara ciri komitmen kuat dari seorang pendidik dan pengasuh adalah dia berusaha selalu maksimal dan konsisten dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Guru yang konsisten dan maksimal menjalankan tugas dan fungsinya inilah kelak yang mampu melahirkan para generasi terbaik.
Dari rasa komitmen yang tumbuh ini pula seorang pendidik dan pengasuh diharapkan bisa membangun berbagai koneksi dengan berbagai pihak untuk memajukan lembaga dimana dia bernaung. Jadi, sejatinya tidak mudah menjadi seorang guru, wallahua’lam. (A/RS3/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh