Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lokakarya Penanganan Gizi Anak Sejak Dini Perangi Stunting

Hasanatun Aliyah - Selasa, 9 Juli 2019 - 10:41 WIB

Selasa, 9 Juli 2019 - 10:41 WIB

2 Views

Jakarta, MINA – Organisasi bidang pangan dan gizi kerja sama menteri-menteri pendidikan se-Asia Tenggara atau Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) Regional Centre for Food and Nutrition (RECFON) mengadakan lokakarya penanganan gizi anak sejak dini untuk memerangi stunting.

“Sebetulnya yang menjadi konsen kita karena negara kita termasuk angka stuntingnya masih sangat tinggi sekali, kemudian pemerintah menjadikan itu sebagai prioritas, di semua pihak diajak untuk bekerja sama,” kata Direktur SEAMEO RECFON dr. Muchtaruddin Mansyur kepada MINA, Senin (8/7).

Ia melanjutkan, kemudian RECFON sendiri melihat kegiatan-kegiatan di Kementerian Pendidikan dan Budaya (Kemendikbud), Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Kementerian Sosial (Kemensos) mempunyai tujuan sama, namun kurang koordinasi dan kerja sama.

Ia berharap dengan acara ‘Workshop on Early Childhood Care, Nutrition and Education Working Group’ berlangsung pada 8-9 Juli 2019 di Gedung SEAMEO RECFON, Komplek Universitas Indonesia (UI) Salemba, Jakarta Pusat melibatkan Kemenkes, Kemendikbud, Kemensos, masyarakat, guru dan pemerhati pendidikan dan kesehatan anak mampu bekerja sama.

Baca Juga: MUI Tekankan Operasi Kelamin Tidak Mengubah Status Gender dalam Agama

“Ketika itu tidak parsial maka tidak efektif dan efesien. Kuncinya adalah koordinasi dan berizin kegiatan satu sama lain, dari situlah dapat menstimulasi sama-sama. Dengan workshop inilah kita buat supaya semua yang terlibat bisa mengeroyok sama-sama atau memerangi stunting maka akan lebih mudah,” ujarnya.

Menurutnya, RECFON melihat penanaganan stunting tidak semudah membalikkan telapak tangan. Mustahil penanganan penurunan lebih dari 10 persen dari sepuluh tahun, karena stunting ini menetap, jika yang lahir tidak stunting namun tidak mengurangi jumlah stunting yang sudah ada.

“Ada dua pendekatan yang harus dilakukan, pertama bagaimana menyiapkan bayi-bayi Indonesia terlahir berat badannya tidak beresiko stunting dan kedua pendekatan kepada yang sudah lahir beresiko stunting dengan mitigasi sejak dini supaya tidak memberikan efek buruk pada koknitifnya, syukur kalau bisa dikejar misalnya dengan memperbaiki gizi dan pola hidup anak tersebut,” tambahnya.

Ia menambahkan, dalam hal ini guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) juga harus berperan dengan memberikan pemahaman kepada anak yang beresiko stunting untuk mengonsumsi makanan yang bergizi. (L/R10/RI-1)

Baca Juga: Prof. El-Awaisi Serukan Akademisi Indonesia Susun Strategi Pembebasan Masjidil Aqsa

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda