Jakarta, MINA – Aksi Global March to Gaza yang saat ini sedang berlangsung, menjadi simbol kuat perlawanan masyarakat sipil internasional terhadap blokade tidak beradab yang dilakukan Israel atas Jalur Gaza.
Aksi ini beriringan dengan misi kapal kemanusiaan yang sebelumnya ditahan oleh Israel, menunjukkan bahwa gelombang solidaritas global terhadap rakyat Palestina terus mengalir tanpa henti.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, menyatakan bahwa Global March to Gaza ini bukan sekadar bentuk keprihatinan terhadap kebijakan politik blokade yang mematikan, tetapi juga manifestasi keberanian moral untuk menentang kezaliman Israel dan sekutu utamanya, Amerika Serikat.
“Blokade ini adalah tindakan tidak beradab. Israel telah mengorbankan dan membunuh warga sipil, menghancurkan seluruh kehidupan di Gaza, dan terus berupaya menguasai seluruh wilayah Palestina,” tegas Sudarnoto dalam keterangannya pada Senin (16/6).
Baca Juga: Diplomat Veteran AS Peter M. Haymond Resmi Pimpin Misi Diplomatik di Jakarta
Ia menyampaikan apresiasi mendalam kepada seluruh peserta Long March yang dengan keteguhan dan keberanian berusaha menembus blokade tersebut demi menyampaikan bantuan kemanusiaan dan solidaritas global bagi Gaza.
“Setiap pihak yang memiliki keberpihakan kepada nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan, wajib memberikan dukungan penuh terhadap long march ini,” ujarnya.
Namun, menurut Sudarnoto, perjalanan Global March to Gaza menghadapi tantangan serius. Mesir dan Libya dilaporkan telah menghentikan dan bahkan mendeportasi sejumlah peserta, khususnya yang berasal dari luar negeri. Delegasi kapal kemanusiaan yang sebelumnya ditahan juga mengalami nasib serupa.
Meski penghalangan ini merupakan kewenangan masing-masing negara, Sudarnoto menilai seharusnya Mesir dan Libya memahami urgensi krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung di Gaza.
Baca Juga: Bendera Bulan Bintang Berkibar di Kantor Gubernur Aceh
“Justru dalam situasi darurat kemanusiaan seperti ini, seharusnya Mesir dan Libya memberikan pelayanan dan kemudahan agar Long March ini dapat dilanjutkan,” tandasnya.
Ia juga mencurigai adanya tekanan dari Israel terhadap kedua negara tersebut agar Long March dihentikan. Oleh sebab itu, ia mendorong Indonesia untuk mengambil langkah diplomatik sebagai penengah dan motor penggerak pembukaan blokade Gaza.
“Langkah bagus jika Indonesia dapat tampil sebagai mediator yang mendorong dibukanya blokade. Dan kesempatan itu ada, yaitu melalui Global March to Gaza ini,” pungkasnya.
Global March to Gaza yang penuh risiko ini, menurut Sudarnoto, tidak berbeda dengan upaya perjuangan lainnya yang berhadapan langsung dengan kekuatan militer Israel.
Baca Juga: BRIN Pimpin Pertemuan AMMSTI dan COSTI Bahas Kolaborasi Riset dan Inovasi
Oleh karenanya, aksi ini membutuhkan perlindungan internasional serta pengakuan sebagai bagian dari perjuangan sah menegakkan keadilan dan hak-hak rakyat Palestina. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Cuaca Jakarta Senin Ini Berawan, Potensi Hujan Ringan Sore Hari