Jakarta, MINA – Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup & Sumber Daya Alam Majelis Ulama Indonesia (LPLH-SDA MUI) tengah menggagas forum diskusi secara daring mengenai Ramadhan ramah lingkungan atau EcoRamadhan dan masjid virtual.
Kajian ecoRamadhan yang dilaksanakan melalui platform digital Zoom Meeting dan disiarkan melalui Youtube sejak awal bulan puasa ini mengambil topik utama “Jaga Bumi – Cegah Pandemi”. Diskusi dilakukan sekitar 60 menit yang digelar mulai pukul 05:30 WIB pagi.
Moderator akan memandu diskusi dengan judul yang diusulkan oleh narasumber terdiri dari para ulama dan pakar lingkungan dengan topik terkait dengan tema utama. Peserta yang hadir pun cukup beragam dari berbagai daerah.
Ketua LPLH-SDA MUI, Dr. Hayu Prabowo, menjelaskan, program ecoRamadhan adalah suatu program diluncurkan MUI dan Dewan Masjid Indonesia (DMI) sejak lebih dari lima tahun lalu sebagai bagian dari program masjid ramah lingkungan (ecoMasjid).
Baca Juga: Syubban Jambi Kibarkan Bendera Palestina di Puncak Gunung Dempo
Pandemi virus corona atau Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) berdampak terhadap tradisi dan kebiasaan di bulan Ramadhan. Pandemi virus corona membuat suasana Ramadhan jadi berbeda tahun ini.
Menurutnya, Pandemi ini menjadi sebuah keadaan atau musibah yang menunjukkan pentingnya media baru dalam dakwah. Meski dituntut menjaga jarak atau physical distancing, tidak ada alasan bagi urusan dakwah atau mencari ilmu agama khususnya berkaitan dengan pemuliaan lingkungan.
“Ramadhan merupakan momen yang tepat bagi umat muslim untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan baik itu melalui amalan dalam kesalehan sosial dan alam. Apalagi kejadian wabah ini sudah tercatat terjadi beberapa kali yang dicatat oleh para ulama muslim terdahulu. Maka kita perlu melihat baik dari aspek ilmiah serta aspek keagamaan,” ujar Hayu kepada MINA melalui sambungan telepon, Selasa (12/5).
Dia mengatakan, Forum Diskusi Online EcoRamadhan bertujuan untuk menjelaskan tentang prespektif ajaran Islam terhadap perlindungan lingkungan hidup dan perubahan iklim.
Baca Juga: Ulama Palestina: Ujian Pertama untuk Bebaskan Al-Aqsa adalah Shubuh Berjamaah
Juga meningkatkan pemahaman dan partispasi masyarakat dalam menjalankan perannya sebagai khalifah di bumi yang menjaga kelangsungan kehidupan di muka bumi.
“Saat ini kita berada dalam suasana yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang memberikan kesadaran betapa rapuhnya kita terhadap masalah jauh dari kita, di bagian dunia lain, pada spesies lain. Covid-19 menyadarkan dan memperlihatkan pada kita dampak besar ditimbulkan dari perusakan alam,” imbuh Hayu.
Dia meyakini umat manusia sekarang merasakan biaya sebenarnya dari kehancuran alam, dan penyebaran penyakit yang berdampak bencana dunia seperti yang sedang dialami.
“Oleh karenanya, untuk kepentingan jangka panjang, kita perlu membuat perkiraan risiko yang mungkin kita hadapi untuk dapat menjaga kesehatan manusia. Kita perlu menjaga kesehatan satwa, kesehatan lingkungan hidup sehingga mendapatkan Bumi yang sehat untuk seluruh penghuninya,” lanjutnya.
Baca Juga: UAR Korwil NTT Ikuti Pelatihan Water Rescue
Menurut Hayu, penanganan krisis lingkungan yang bermuara pada krisis moral tersebut, perlu ditangani dengan pendekatan moral. Agama bukan hanya ibadah ritual semata, melainkan ia menjadi sarana dan sekaligus kekuatan dalam membangun dan menanamkan nilai-nilai kebaikan dan pembaharuan kehidupan umat, baik sekarang maupun pada masa yang akan datang.
Selain dilaksanakannya Forum Diskusi Online EcoRamadhan, lanjut dia, LPLH-SDA MUI juga menggagas penyaluran bantuan perlengkapan pendukung untuk masjid dan pelaksanaan masjid virtual.
“Penyaluran bantuan berupa paket santunan, pelaksanaan pelatihan bagi dai juga membangun jaringan relawan Ecomasjid melalui online dan hosting untuk masjid virtual,” katanya.
Hayu berharap penyaluran bantuan bisa memberikan motivasi kepada seluruh warga untuk bersama-sama memuliakan masjid ramah lingkungan di wilayah masing-masing, terutama saat Ramadhan ini.(L/R1/P1)
Baca Juga: Cuaca Jakarta Diguyur Hujan Kamis Ini
Mi’raj News Agency (MINA)