Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Madrasah Gambia Selenggarakan Seminar Anti-Kekerasan Gender

Ali Farkhan Tsani - Rabu, 20 Juli 2016 - 17:06 WIB

Rabu, 20 Juli 2016 - 17:06 WIB

367 Views

Photo: Daily Observer

Gambia, 15 Syawwal 1437/20 Juli 2016 (MINA) – Madrasah dan Sekolah Islam di Gambia, negara bagian barat Afrika, menyelenggarakan Seminar Anti Kekerasan bertema “Penyembunyian Berita tentang Kekerasan Gender di Lembaga yang Terpinggirkan” di Kawasan West Coast, laporan Daily Observer, Selasa (19/7/2016).

Acara yang diikuti 200 peserta di negara itu dalam rangkaian empat hari pelatihan, didorong oleh fakta bahwa lembaga Madrasah dan Sekolah Islam sering tidak termasuk dalam sebagian besar dari inisiatif pendidikan.

Oumie Sissoho, Koordinator The Girl’s Agenda mencatat bahwa ada alasan utama untuk isolasi madrasah adalah karena dianggap adanya perbedaan dalam kurikulum dan bidang yang menjadi perhatian subjek.

“Kegiatan semacam ini penting untuk meningkatkan kapasitas dan keterlibatan sekolah Islam dan untuk memberikan wawasan advokasi tentang kekerasan berbasis gender,” ujar Sissoho.

Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru

Sissoho juga mendesak seluruh peserta dari pihak pengelola dan pengajar untuk terus berpartisipasi secara penuh dan mengingatkan satu sama lain tentang peran mereka dalam pembangunan nasional.

“Kita bersama-sama bisa membuat perubahan positif dalam masyarakat kita,” katanya.

Pada sessi lain, Fatou Kinteh, Utusan PBB untuk Bantuan Masyarakat UNFPA (The United Nations Population Fund), mengatakan lembaganya berfokus pada advokasi untuk hak asasi manusia, pemberdayaan pemuda dan pendidikan untuk menghentikan kekerasan dalam semua aspek.

Menurutnya, isu-isu seperti pendidikan yang komprehensif, kekerasan perempuan, kawin paksa, partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan keluarga berencana dan tata kelola lainnya, adalah isu-isu penting yang harus diberikan banyak hal.

Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia

“Kami percaya bahwa pemberantasan kekerasan berbasis gender di Gambia adalah tanggung jawab bersama. Generasi muda layak untuk terlibat, untuk melindungi dan memberdayakan warga, serta untuk melawan segala bentuk diskriminasi,” ujar Kinteh.

Manajer Program Dewan Pemuda Nasional NYC (The National Youth Council ) Alhagie Jarju menetapkan para peserta pelatihan sebagai duta anti-kekerasan gender.

Gambia merupakan negara di Afrika bagian Barat dengan jumlah penduduk per 2015 mencapai 1,8 juta orang, dan 95 persennya menganut agama Islam.

Presiden Gambia, Yahya Abdul-Aziz Jemus Junkung Jammeh secara resmi telah memproklamirkan negara yang ia pimpin sejak 22 Juli 1994 itu menjadi negara Republik Islam Gambia.

Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September

Deklarasi tersebut ia sampaikan di akhir kampanye politik di Desa Brufut yang terletak 15 kilometer sebelah barat Ibu Kota Banjul, Jumat (11/12/2015).

Menurut Yahya Jameh, keputusan itu diambil mengingat Islam merupakan agama mayoritas di negaranya, seperti dilansir Aljazeera. (T/P4/R05)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Roma Sitio Raih Gelar Doktor dari Riset Jeruk Nipis

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Internasional