Oleh Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency)
Saat Lebaran (Hari Raya Idul Fitri) tiba, tidak lepas dari makanan khas nan istimewa ketupat. Tradisi ketupat lebaran sudah menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia.
Apa makna ketupat lebaran? Dan kapan tradisi membuat ketupat ini dimulai?
Ada yang mengira-ngira, tradisi membuat ketupat sudah ada sejak masuknya Islam ke tanah Jawa, sekitar tahun 1400-an.
Makna Ketupat
Dalam bahasa Jawa, ketupat disebut kupat . Kata kupat berasal dari suku kata ku = ngaku (mengakui) dan pat = lepat (kesalahan). Sehingga ketupat menjadi simbol mengakui kesalahan.
Baca Juga: Tak Ada Tempat Aman, Pengungsi Sudan di Lebanon Mohon Dievakuasi
Boleh jadi, tradisi kupatan sudah ada pada zaman pra-Islam Nusantara, sebagaimana tradisi selamatan yang juga sudah ada dan berkembang di Indonesia. Namun tradisi kupatan kemudian memperoleh sentuhan baru di zaman penyebaran Islam oleh Walisongo di dalam kerangka untuk menghadirkan tradisi yang akomodatif atau akulturatif di dalam masyarakat Jawa dan Nusantara pada umumnya.
Dari sisi bahasa, kupatan (bahasa Jawa) kiranya berasal dari kata Kaffatan (Bahasa Arab) yang memperoleh perubahan bunyi dalam ucapan Jawa menjadi kupatan. Sama dengan kata barakah (bahasa Arab) menjadi berkat (bahasa Jawa) atau salama (bahasa Arab) menjadi selamet (bahasa Jawa).
Maka secara istilah, dapat dinyatakan bahwa kupatan adalah simbolisasi dari berakhirnya bulan puasa dan menandai terhadap kesempurnaan atau kaffatan di dalam kehidupan individu dan masyarakat. Jadi tradisi kupatan sebagai penanda terhadap keislaman manusia yang sudah sempurna.
maka, kupatan adalah simbolisasi seseorang yang sudah memasuki Islam secara sempurna. Indikasinya adalah :
- Sudah melaksanakan puasa sebagai tazkiyat al-nafs (pensuci jiwa).
- Melaksanakan zakat sebagai tazkiyat al-mal (pembersih harta).
- Hablum minannas dalam wujud saling silaturrahmi untuk meminta maaf kepada sesama manusia.
Selain itu, ada juga yang bilang, ketupat atau kupat berasal dari kata laku papat . Laku artinya perbuatan , papat artinya empat . Kempat perbuatan yang hanya dilakukan pada bulan Ramadhan sampai 1 Syawal itu adalah: puasa Ramadhan, tarawih, zakat, dan salat Ied.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Tradisi menyajikan ketupat pada hari Lebaran, bukan hanya ada di Indonesia. Di Malaysia, Brunai, Singapura, Filipina, juga Kepulauan Cocos (di Australia) ternyata ketupat juga dibuat saat merayakan Lebaran.
Makna Lebaran
Ketupat atau kupat, bermakna juga Laku Papat artinya empat tindakan dalam perayaan Lebaran.
Empat tindakan tersebut adalah: lebaran, luberan, leburan dan laburan.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Lebaran, bermakna usai, sudah, menandakan berakhirnya waktu puasa. Berasal dari kata lebar yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar.
Luberan, atau melimpah. Sebagai simbol ajaran bershadaqah untuk kaum miskin. Pengeluaran zakat fitrah menjelang lebaran pun selain menjadi ritual yang wajib dilakukan umat Islam, juga menjadi wujud kepedulian kepada sesama manusia.
Leburan, Maknanya adalah habis dan melebur. Maksudnya pada momen lebaran, dosa dan kesalahan kita akan melebur habis karena setiap umat Islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.
Laburan, berasal dari kata labur atau kapur. Kapur adalah zat yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding.
Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin satu sama lain.
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Adapun ketupat sekarang ada yang dibungkus dengan plastik. Padahal asalnya dibungkus dengan anyaman janur, daun kelapa yang masih muda. Janur itu sendiri dari kata jannah (syurga) dan nur (cahaya). Diharapkan memancarkan cahaya syurga setelah berpuasa Ramadhan sebulan penuh.
Saling berbagi ketupat lebaran hakikatnya saling memaafkan segala kesalahan dan melimpahkan kebaikan sesama. (P4/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh