Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Maladewa Putuskan Hubungan Dagang dengan Myanmar

Syauqi S - Rabu, 6 September 2017 - 12:18 WIB

Rabu, 6 September 2017 - 12:18 WIB

225 Views ㅤ

Warga Muslim Rohingya berlarian menyelamatkan diri mereka saat desa dan rumah-rumah mereka dibakar oleh militer Myanmar. (Foto: dok> Arakan Times)

Maladewa, MINA – Pemerintah Maladewa sangat menyesalkan krisis kemanusiaan yang menimpa warga Muslim Rohingya di Negara Bagian Rakhine, Myanmar, The Daily Star melaporkan..

“Maladewa sangat prihatin dengan siklus kekerasan baru-baru ini yang mengakibatkan puluhan Muslim Rohingya tewas dan ribuan orang mengungsi,” kata siaran pers yang dikeluarkan  Kementerian Luar Negeri Republik Maladewa pada 3 September.

Pemerintah Maladewa telah memutuskan untuk menghentikan semua hubungan dagang dengan Myanmar, sampai negara Asia Tenggara itu mengambil tindakan untuk mencegah kekejaman terhadap Rohingya.

Negara kepualauan di Samudera Hindia itu meminta Sekjen Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dan Dewan Hak Asasi Manusia PBB untuk menyelidiki pelanggaran berat hak asasi manusia terhadap orang Rohingya di Myanmar.

Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan

Menyusul keputusan pemerintah pembekuan semua hubungan ekonomi dengan Myanmar, Menteri Kesehatan Myanmar Myint Htwe telah membatalkan kunjungan yang dijadwalkan ke Maladewa.

Sumber yang terpercaya mengatakan kepada RaajjeMV, Menteri Myint Htwe sedianya akan tiba di Maladewa  hari Selasa.

Laporan media mengatakan pasukan keamanan Myanmar menggunakan kekuatan yang tidak proporsional, menggusur ribuan warga desa Rohingya, dan menghancurkan rumah mereka dengan mortir dan senapan mesin.

Rakhine telah dilanda ketegangan yang merebak antara populasi Budha dan Muslim sejak kekerasan komunal meletus pada tahun 2012.

Baca Juga: Parlemen Brasil Keluarkan Laporan Dokumentasi Genosida di Gaza

Sebuah tindakan keras yang dilakukan Oktober lalu di Maungdaw, tempat Rohingya menjadi mayoritas, menimbulkan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap kemanusiaan oleh aparat keamanan.

PBB mendokumentasikan pemerkosaan massal, pembunuhan – termasuk bayi dan anak kecil – pemukulan brutal, dan penghilangan paksa. Perwakilan Rohingya mengatakan sekitar 400 orang dibunuh selama tindakan keras tersebut. (T/R11/RS1

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Bank dan Toko-Toko di Damaskus sudah Kembali Buka

 

 

 

Baca Juga: Ratu Elizabeth II Yakin Setiap Warga Israel adalah Teroris

Rekomendasi untuk Anda

Asia