Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Man Jadda Wa Jada

Bahron Ansori - Ahad, 25 Oktober 2015 - 17:14 WIB

Ahad, 25 Oktober 2015 - 17:14 WIB

1978 Views

MAN JADDA WA JADAOleh Bahron Ansori, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (Mina)

“Hendaklah kalian meminta segala kebutuhan kalian kepada Allah walaupun tali sandalnya terputus, sesungguhnya jika Allah tidak menggampangkan kepadanya, maka hal itu tidaklah gampang baginya.” (HR. At-Tirmidzi, Ath-Thabrani).

Man jadda wa jada artinya bersungguh-sungguh dalam menjalani sesuatu atau dalam meraih sesuatu. Tak kenal putus asa, tak kenal lelah sebelum apa yang menjadi cita-citanya terwujud. Itulah pengertina umum dari man jadda wa jada.

Sedih, bingung, dan marah sering menyelimuti saat-saat kita mengalami kegagalan. Sedih karena merasa bertanggung jawab atas nasib orang-orang yang dikasihi. Mereka kurang makan, kurang bersenang-senang, malah kesedihan yang mereka dapatkan. Kondisi ini tentu menyakitkan, bahkan lebih menyakitkan dibandingkan melihat kesengsaraan diri sendiri.

Baca Juga: Watak Buruk Israel, Berulang Kali Melanggar Perjanjian

Namun tidak perlu khawatir. Itu adalah bagian dari skenario hidup. Meski tidak dibilang semua, banyak orang, pernah mengalami kegagalan. Bahkan, orang-orang besar sekalipun pernah mengalami hal yang sama. Lalu, apa yang harus dilakukan? Agar tak kecewa dengan keadaan, beberapa langkah berikut bisa dilakukan.

Pertama, teruslah berdoa memohon pertolongan dari Allah. Jangan mengatakan “saya telah berdoa”. Teruslah berdoa dan berdoalah terus, karena kadang doa kita tidak langsung dikabulkan atau kita belum benar-benar serius dalam berdoa.

Jika sampai saat ini doa masih belum dikabulkan oleh Allah, artinya kita harus lebih khusyuk dan lebih sering dalam berdoa. Jangan lupa iringi dengan ibadah, karena bisa jadi kita berdoa tetapi kita melupakan ibadah lainnya.

Kedua, tawakal secara totalitas. Bukankah harus berusaha? Ya, tentu saja. Tawakal adalah menyerahkan segala urusan kepada Allah, secara total. Benar-benar tawakal. Berdoa adalah langkah awal untuk bertawakal. Jika kita sudah menyerahkan urusan kepada Allah, maka konsekuensinya kita harus mengikuti bimbingan dan petunjuk Allah. Jika ada ide, gagasan, dan peluang, segeralah sambut.

Baca Juga: Pentingnya Propaganda Perjuangan Palestina, Pelajaran dari Bangsa Indonesia

Bertindaklah dengan segera, jangan diam. Bisa jadi itu adalah petunjuk dari Allah, dan merupakan bentuk pertolongan dari Allah. Bagaimana jika bukan? Kita tidak pernah tahu sebelum dilaksanakan, sebab kita tidak bisa berkomunikasi dengan Allah secara nyata. Satu-satunya cara untuk mengetahui ialah dengan cara mencobanya.

Mencoba melakukannya, dan jangan salah mendefinisikan tawakal. Bagaimana jika salah? Tidak apa-apa, coba saja. Diam tetap terpuruk, oleh karena itu akan jauh lebih baik jika kita mencoba, ada peluang untuk berhasil.

Ketiga, bertindaklah. Jika Anda belum atau tidak merasa mendapatkan petunjuk, tetaplah untuk bertindak. Anda harus keluar mencari solusi. Bertindaklah dengan penuh keyakinan karena Anda sudah bedoa dan bertawakal kepada Allah. Tindakan saat ini berbeda dengan tindakan tanpa doa dan tawakal. Ada beberapa uraian langkah-langkah apa saja yang mesti di hayati bagi siapa saja yang ingin sukses, antara lain sebagai berikut.

Kekuatan Doa

Baca Juga: Fatwa MUI: Umat Islam Indonesia Wajib Mendukung Perjuangan Palestina

Dalam salah satu hadisnya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Doa adalah senjata seorang Muslim, tiang penyangga agama, serta lentera langit dan bumi.” (HR. Al Hakim).

Doa menempati pilar utama untuk mendukung mimpi seseorang agar menjadi kenyataan. Jangan anggap remeh tentang doa. Doa mampu mengundang sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Doa mampu menarik sesuatu yang jauh menjadi dekat.

Doa mampu memberikan ketegaran dan ketenangan bagi para pejuang yang hanya mencari ridhaNya. Doa juga mampu mengubah keadaan buruk menjadi baik. Singkatnya doa benar-benar senjata bagi setiap Muslim, dengan syarat doanya ditujukan hanya kepada Allah. Hebatnya lagi, doa ternyata sangat bermanfaat bagi orang yang tertimpa musibah atau bahkan “belum” tertimpa musibah. Doa bisa menjadi perisai diri agar terhalang dari musibah.

Hal ini jelas seperti disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Kehati-hatian tidak akan menggagalkan takdir, dan doa berguna untuk musibah yang sudah menimpa atau belum menimpa. Jika bala’ menimpa, maka doa akan meng-hadangnya dan akan bertarung sampai hari kiamat.” (HR. Al Hakim).

Baca Juga: Pemuda Australia Ini Bersyahadat di Masjid Raya Baiturrahman Aceh

Kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, setiap doa yang dipanjatkan seorang Muslim, maka akan diijabah oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan syarat doa tersebut tidak dilakukan dengan tergesa-gesa. Yang dimaksud doa yang dipanjatkan dengan tergesa-gesa adalah si empunya doa mengatakan begini, “Aku sudah berdoa tapi tidak dikabulkan.”

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengatakan, “Doa seorang hamba akan terkabulkan selagi ia tidak tergesa-gesa, yaitu saat ia berkata, ‘Aku sudah berdoa tapi tidak dikabulkan.” (HR. Bukhari).

Khalifah Umar bin Khathab pernah berkata terkait dengan doa ini. Katanya, “Kalian tidak menang karena jumlah kalian banyak, akan tetapi kemenangan kalian datang dari langit.” Maksud ungkapan Khalifah kedua itu adalah dalam peperangan, kaum muslimin bisa menang, karena ibadah yang senantiasa yang mereka lakukan secara ikhlas kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Doa-doa mereka diijabah oleh Allah, sehingga mereka mendapatkan kemenangan.

Dalam kesempatan yang lain, Umar berkata, “Aku tidak membawa semangat dikabulkannya doa, akan tetapi aku membawa semangat untuk selalu berdoa. Jika aku dikaruniai kesempatan untuk berdoa, maka sesungguhnya aku dikaruniai terkabulnya doa.” (Ibnu Qoyyim Al Jauziyah, Penawar Hati yang Sakit). Berdoa, adalah harapan yang dibangun kepada Sang Pencipta seluruh alam, yakni Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Baca Juga: Tanda-tanda Kiamat yang Sudah Terjadi

Imam Ahmad menyebutkan sebuah atsar dalam kitab “Az Zuhd”, “Aku, Allah tidak ada Allah selain Aku. Jika Aku ridha kepada seseorang maka akan Aku beri berkah (segala macam kebaikan) dan keberkahanKu tidak ada batasnya. Jika Aku marah, laknatKu sampai tujuh turunan.” (HR. Ahmad).

Apa yang bisa kita petik dari sepenggal keterangan di atas? Sungguh, jika kita mau muhasabah (introspeksi) dengan jujur dan penuh keikhlasan, mungkin kita belum termasuk seperti Umar bin Khathab yang tidak mengharapkan doa-doanya dikabulkan. Yang ia harapkan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah diberinya karunia untuk selalu bersemangat dalam berdoa. Dengan diberi karunia untuk selalu berdoa, bagi Umar, justru doa-doanya sudah dikabulkan oleh Allah Yang Maha Mengabulkan segala doa.

Lalu bagaimana dengan kita …

Jujur, bisa jadi kita masih jauh…masih jauh dari mempunyai semangatnya berdoa… Dalam setiap doa-doa yang kita panjatkan, kita selalu berharap agar doa-doa kita segera dikabulkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dalam setiap doa-doa yang kita panjatkan, kita masih menyimpan berjuta harapan agar apa yang menjadi asa kita selama ini dikabulkan.

Baca Juga: Mewaspadai Palestine Washing

Sadarkah kita…bahwa cara kita berdoa dengan harapan agar doa-doa kita segera dikabulkan merupakan suatu ketidakbaikan? Mengapa demikian? Karena seharusnya, sebagai seorang hamba, tugas kita hanya berdoa, berdoa dan terus berdoa…

Masalah dikabulkan atau tidak, itu bukan urusan kita. Dikabulkan atau tidak adalah urusan Dzat Yang Maha Tinggi. Dialah yang berhak mengabulkan setiap doa hambaNya. Di tanganNyalah segala pengabulan. Dia pasti akan mengabulkan doa setiap hamba yang mendoa hanya kepadaNya.

Jadi, meski secara zahir, kita merasa doa-doa kita belum dikabulkan, tapi sadarilah bahwa dengan istiqomahnya kita berdoa dalam situasi apa dan bagaimanapun, ini sudah merupakan satu bukti dikabulkannya doa-doa kita…

Ingat, doa yang dipanjatkan setiap hamba kepada Rabb alam semesta ini pasti dikabulkan olehNya. Jika doa-doa kita tidak dikabulkan saat ini juga, berarti akan dikabulkanNya kelak di akhirat. Tetapi, jika tidak juga dikabulkan di akhirat, pasti Dia sudah memberikan kita kebaikan sebagai pengganti terkabulnya doa-doa yang kita panjatkan.

Baca Juga: Ini Keistimewaan Bulan Sya’ban, Nasihat dan Amalan Rasulullah SAW yang Sayang Dilewatkan

Jadikanlah doa-doa yang kita panjatkan adalah doa-doa yang penuh dengan bobot keimanan…. Jadikanlah setiap doa yang kita panjatkan kepadaNya adalah doa-doa yang banyak mengandung kemaslahatan bagi Islam dan Muslimin, bukan hanya sekedar doa untuk diri pribadi dan keluarga atau golongan.

Karena itu, berdoalah, dan jangan pernah berhenti berdoa. Karena dengan Istiqomah-nya kita berdoa, sesungguhnya itu satu bukti doa-doa kita telah dijawab oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Wallahu’alam.(R02P2/)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Gus Baha Ungkap Keterbatasan Manusia Sekaligus Menjadi Kelebihannya

 

 

Baca Juga: Tingkatkan Amalan di Bulan Syaban, untuk Persiapan Ramadhan

Rekomendasi untuk Anda

Kolom