Doha, MINA – Seruan mengejutkan datang dari Ibtihal Aboussad, mantan insinyur AI di Microsoft yang dipecat usai memprotes keterlibatan perusahaan teknologi raksasa itu dalam genosida terhadap warga sipil di Gaza.
Lewat sebuah pernyataan video yang viral di media sosial dilaporkan Morocco World News dikutip MINA, Sabtu (12/4), Aboussad menyerukan boikot global terhadap seluruh produk Microsoft – mulai dari Xbox hingga Copilot – sebagai bentuk penolakan terhadap keterlibatan perusahaan dalam mesin perang penjajah Zionis Israel.
“Saya tidak bisa lagi diam. Kami tidak akan mendukung perusahaan ini secara finansial atau menggunakan produknya sampai mereka memegang prinsip-prinsip kemanusiaan,” kata Aboussad, lulusan Universitas Harvard berdarah Maroko, dalam video yang menyebar luas di berbagai platform digital itu.
Protes Aboussad menjadi perhatian dunia setelah ia secara dramatis menginterupsi presentasi CEO Microsoft AI, Mustafa Suleyman, dalam acara ulang tahun ke-50 Microsoft di Redmond, Washington, Amerika Serikat, 4 April 2025, sebuah acara yang dihadiri oleh tokoh-tokoh besar seperti Bill Gates dan mantan CEO Steve Ballmer.
Baca Juga: Badan Nuklir IAEA Diminta Netral dalam Perundingan Teheran-Washington
Tak lama setelah protes itu, Microsoft memecat Aboussad dengan alasan “pelanggaran tugas yang disengaja”. Namun, dukungan terhadapnya justru mengalir dari berbagai penjuru dunia — termasuk dari gerakan perlawanan Palestina, Hamas, yang memuji keberanian Aboussad sebagai bentuk solidaritas nyata terhadap rakyat Gaza.
Dalam email yang dikirimkan kepada jajaran pimpinan Microsoft, termasuk CEO Satya Nadella dan Mustafa Suleyman, Aboussad menjelaskan bahwa tindakannya adalah bentuk tanggung jawab moral setelah mengetahui peran Microsoft dalam mendukung militer Israel.
“Saya angkat suara hari ini karena setelah mengetahui bahwa organisasi saya mendukung genosida terhadap rakyat saya di Palestina, saya tidak melihat pilihan moral lain,” tulisnya. “Saya tidak menandatangani kontrak kerja untuk menulis kode yang melanggar hak asasi manusia.”
Selama 3,5 tahun berkarier di Microsoft, Aboussad bekerja dalam pengembangan platform AI. Namun menurut investigasi Associated Press, teknologi dari Microsoft dan OpenAI telah digunakan dalam sistem militer Israel untuk memilih target pengeboman di Gaza dan Lebanon — sebuah praktik yang disebut-sebut melibatkan pelacakan data dari pengawasan massal dan kecerdasan buatan.
Baca Juga: Gubernur California Gugat Pemerintahan Trump atas Kebijakan Tarif Impor
Teknologi Jadi Senjata
Laporan AP tersebut mengungkap lonjakan hampir 200 kali lipat penggunaan teknologi AI Microsoft oleh militer Israel sejak menjelang serangan 7 Oktober 2023. Data yang disimpan di server Microsoft dilaporkan melampaui 13,6 petabyte, dan digunakan untuk menyasar panggilan telepon, pesan suara, serta komunikasi warga Palestina lainnya.
“Microsoft berkontribusi langsung pada pembunuhan jurnalis, dokter, anak-anak, dan keluarga sipil melalui teknologi AI dan layanan cloud yang disediakan kepada militer Israel,” tegas Aboussad dalam pernyataannya.
Seruan Aboussad untuk memboikot produk Microsoft datang di tengah meningkatnya kritik publik terhadap keterlibatan perusahaan-perusahaan teknologi dalam proyek militer, khususnya yang berhubungan dengan pelanggaran hak asasi manusia.
Baca Juga: Menlu Inggris Dikritik Keras Gegara Adakan Pertemuan Tertutup dengan Menlu Israel
Pada Februari lalu, lima karyawan Microsoft dilaporkan dikeluarkan dari rapat bersama Satya Nadella karena memprotes kontrak pertahanan perusahaan. Meski Microsoft mengklaim menyediakan ruang dialog terbuka, mereka menyatakan bahwa segala bentuk protes tidak boleh mengganggu jalannya operasional perusahaan.
Boikot dan Perlawanan dari Dalam
Aboussad kini menyerukan aksi global, bukan hanya kepada konsumen, tetapi juga kepada pekerja teknologi lain yang menghadapi dilema etis serupa.
Ia mendorong para profesional untuk berbicara dan menolak menjadi bagian dari sistem yang memperdagangkan teknologi demi keuntungan perang.
Baca Juga: ICC Tuntut Hongaria, Mengapa Tidak Tangkap Netanyahu
“Jika Anda bekerja di perusahaan yang melanggar prinsip-prinsip kemanusiaan, saya mohon, angkat suara Anda,” katanya.
Dalam pernyataan video tersebut, ia juga menyebut beberapa produk Microsoft yang menurutnya layak diboikot: Xbox, AI Copilot, hingga Candy Crush — sebagai simbol komersialisasi dari perusahaan yang, menurutnya, berlumuran darah korban.
Menurut data terbaru yang dirilis oleh kelompok HAM dan lembaga internasional, sejak 7 Oktober 2023, serangan militer Israel ke Jalur Gaza telah menyebabkan lebih dari 166.000 korban jiwa, baik korban meninggal maupun luka-luka, mayoritas perempuan dan anak-anak. Lebih dari 11.000 orang dilaporkan masih hilang, diduga terkubur di bawah reruntuhan atau ditahan tanpa kejelasan.
Seruan Aboussad menambah tekanan terhadap Microsoft yang kini menjadi target boikot internasional, termasuk dari gerakan Boycott, Divestment, Sanctions (BDS). Mereka menuntut agar perusahaan-perusahaan seperti Microsoft menghentikan semua bentuk kerja sama dengan militer Israel, yang dianggap melanggar hukum internasional dan hak asasi manusia.
Baca Juga: Pengacara Terkemuka Inggris: Israel Lakukan ‘Penghancuran Kemanusiaan’ di Gaza
Dengan keberaniannya, Ibtihal Aboussad bukan hanya membuka tabir keterlibatan teknologi dalam perang, tapi juga mengingatkan dunia bahwa di balik kecanggihan AI, ada tanggung jawab kemanusiaan yang tak bisa dinegosiasikan.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Brasil Buka Pusat Kebudayaan Palestina