Hyderabad, MINA – Mantan Ketua Komisi Pemilihan Umum S Y Quraishi pada Selasa (20/11) mengatakan, bahasa Urdu bukan milik agama mana pun dan menghubungkannya dengan komunitas Muslim adalah salah.
Dalam pidatonya di pertemuan ketujuh Universitas Urdu Nasional Maulana Azad (MANUU) di Hyderabad, negara bagian Telangana, Quraisy berkata, “Urdu terhubung dengan Muslim dan Islam … ini sangat salah .. Bahasa Urdu lahir di India. Urdu telah tumbuh di India. Bahasa ini bukan milik agama apa pun … orang-orang dari agama yang berbeda mengikutinya … kita harus ingat ini.”
Mengingat bahwa India adalah negara paling beragam di dunia, katanya, “Kita telah memiliki atmosfer sekuler selama 5.000 tahun terakhir. India adalah sekuler karena Hindu adalah sekuler.” Demikian Business Standard melaporkan yang dikutip MINA.
Mengenai status pendidikan komunitas Muslim, Quraishi mengatakan, suatu hal yang sangat ganjil bahwa komunitas yang paling fokus pada pendidikan kini memiliki lebih banyak buta huruf.
Baca Juga: Gunung Berapi Kanlaon di Filipina Meletus, 45.000 Warga Mengungsi
Mengekspresikan keprihatinannya atas keterbelakangan pendidikan di kalangan Muslim, ia menggarisbawahi kebutuhan mendesak untuk mengkajinya.
Menekankan pentingnya demokrasi dan kekuatan suara, Quraishi, yang merupakan ketua komisi pemilihan dari Juli 2010 hingga Juni 2012, mengatakan, itu “disayangkan” bahwa orang yang berpendidikan tidak menggunakan hak pilih mereka.
“Ini bukan masalah harga diri. Ini masalah rasa malu dan karenanya kami memulai program pendidikan pemilih. Setiap suara dihitung dan pada hari pemungutan suara,” ujarnya.
Aksara Bahasa Urdu memiki keimiripan dengan huruf Arab dengan sedikit modifikasi, mirip seperti huruf Arab melayu atau Jawi.
Baca Juga: Pengadilan Belanda Tolak Gugatan Penghentian Ekspor Senjata ke Israel
Urdu merupakan bahasa resmi di Pakistan, meskipun penutur aslinya hanya 8% dari seluruh penduduk. (T/R11/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Macron Resmi Tunjuk Francois Bayrou sebagai PM Prancis