Mantan PM Australia Peringatkan Pemindahan Kedubes ke Yerusalem

Bali, MINA – Mantan Perdana Menteri Malcolm Turnbull memperingatkan pemindahan kedutaan negaranya ke Yerusalem dapat mengkhawatirkan hubungan dengan Indonesia.

Turnbull berbicara kepada wartawan setelah bertemu Presiden Indonesia Joko Widodo pada Konferensi Kelautan Kita Ke-5 di Nusa Dua, Bali, Senin (29/10).

Ia juga mengatakan Australia harus tetap dengan kebijakan lebih dari 40 tahun bahwa kedutaannya harus di Tel Aviv. Demikian Arab News melaporkan.

Ia berbicara dengan Presiden Jokowi untuk membahas kesepakatan perdagangan bebas bilateral.

“Presiden menyatakan kepada saya, kekhawatiran yang sangat serius di Indonesia tentang prospek Kedutaan Besar Australia di Israel jika dipindahkan dari Tel Aviv ke Yerusalem,” kata Turnbull kepada Australian Broadcasting Corp.

“Tidak ada pertanyaan bahwa pergerakan itu terjadi, itu akan disambut dengan reaksi yang sangat negatif di Indonesia,” ujarnya.

“Ini adalah negara mayoritas Muslim terbesar di dunia, jadi kita harus sangat jernih tentang hal itu dan kita harus mempertimbangkan kepentingan nasional dan kepentingan Australia di kawasan ketika kita. Jadi, pertimbangkan keputusan seperti ini,” tambahnya.

Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan, memang belum ada keputusan yang dibuat soal lokasi kedutaan.

Morrison mengirim pendahulunya untuk mewakili Australia pada konferensi perubahan iklim di Bali, karena hubungan pribadi yang dekat antara Turnbull dengan pemimpin Indonesia.

Turnbull mengatakan dia yakin bahwa kesepakatan perdagangan bebas antara Australia, sebuah negara dengan 25 juta orang, dan Indonesia, tetangga dekat dengan populasi lebih dari 260 juta orang, akan ditandatangani dalam beberapa pekan ke depan.

Morrison, sekutu lama Turnbull yang menentang menggantikannya dalam pemilihan pemimpin parlemen pemerintah, melontarkan gagasan menggeser kedutaan sebelum pemilihan sela di pemilih Sydney dengan populasi Yahudi yang besar.

“Australia akan selalu membuat keputusan tentang kebijakan luar negeri berdasarkan kepentingan kami, dan kami akan melakukannya sebagai negara yang berdaulat,” kata Morrison kepada wartawan.

“Kami akan berkonsultasi, kami akan mendengarkan orang lain. Namun saya akan selalu mengutamakan kepentingan kami,” tambahnya.

Morrison mengatakan, Australia tetap berkomitmen untuk mencari solusi dua negara.

Ketika Morrison menjadi perdana menteri, ia melakukan perjalanan luar negerinya ke Indonesia, negara pendukung setia , dan menjadi tanda penting bagi Australia dalam menempatkannya pada hubungan bilateral. (T/RS2/R01)

Mi’raj News Agency (MINA)