Mantan Presiden Austria: Keputusan Austria Menentang Resolusi PBB Adalah Kesalahan

Mantan Presiden Austria Heinz Fischer berbicara pada pertemuan Valdai Disussion Club di Sochi, Rusia, pada 27 Oktober 2016. (Photo: Mikhail Svetlov/Getty Images)

, MINA – , mengatakan keputusan Austria yang menentang untuk segera melakukan kemanusiaan di Jalur pada pertengahan Desember adalah sebuah kesalahan. Demikian dikutip dari MEMO, Selasa, (16/1).

“Dengan jawaban ‘tidak’, Austria memberikan suara bersama dengan dan Amerika Serikat, namun berbeda dengan Jerman, Perancis, Inggris Raya, Swiss, Swedia, Finlandia, Australia, Selandia Baru, Kanada dan negara-negara UE lainnya, kecuali Rerpublik Ceko. Hal ini menimbulkan banyak keterkejutan dan keheranan, baik di Austria maupun dunia internasional,” ujarnya.

Resolusi tersebut merupakan hasil upaya intensif PBB dan berisi banyak tuntutan yang sangat penting dan benar, tambah Fischer.

Fischer juga berpendapat Israel mempunyai hak untuk “membela diri” setelah pada 7 Oktober, Pejuang Gaza melakukan Aksi Perlawanan Lintas Batas yang menewaskan lebih dari 1200 tentara dan pemukim ilegal pendudukan Israel, namun hal itu harus ada batasnya.

“Namun ada batasan dan hukum internasional yang harus dipatuhi untuk membela diri,” kata Fischer mengacu pada serangan militer Tel Aviv di Jalur Gaza, yang telah menimbulkan jumlah syahid lebih dari 24.000 warga Palestina dan menghancurkan hampir seluruh Gaza.

“Seorang ibu Palestina menangisi anaknya yang terbunuh, sama seperti seorang ibu Israel menangisi anaknya. Jika saya memikirkan hal ini, menurut saya PBB benar ketika menyerukan kepatuhan terhadap hukum internasional dan hak asasi manusia. Apalagi ketika masyarakat, khususnya warga sipil, tidak bisa mengungsi dari Jalur Gaza,” tambahnya.

Israel menyatakan perang terhadap Pejuang Gaza Palestina setelah serangan lintas batas pejuang pada 7 Oktober, yang diyakini telah menewaskan 1.200 orang dan menyandera 240 orang lagi.

Namun, sejak saat itu, Haaretz mengungkap bahwa helikopter dan tank tentara Israel, pada kenyataannya, telah membunuh banyak dari 1.139 tentara dan warga sipil yang dituduhkan oleh Israel telah dibunuh oleh Perlawanan Palestina.

Pengeboman Israel terhadap Gaza, sejauh ini, telah menimbulkan lebih dari 24.000 orang syahid, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak, dan membuat 1,9 juta orang dari lebih dari 2,2 juta penduduk di wilayah kantong tersebut kehilangan tempat tinggal. Serangan-serangan tersebut juga menyebabkan kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan.

Ketua WHO, Tedros Ghebreyesus, mengatakan pada Ahad, bahwa orang-orang di Gaza hidup di neraka dan tidak ada tempat yang aman. (T/B03/RS2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: hadist

Editor: Ali Farkhan Tsani

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.