Rabat, 7 Shawwal 1436/23 Jul1 2015 (MINA) – Menteri Urusan Luar Negeri dan Kerjasama Luar Negeri Maroko, Mbarka Bouaida, mengatakan, lebih dari 70.000 warga Maroko telah “hilang” di Libya sejak awal revolusi di negara itu pada Februari 2011.
Bouaida, wanita diplomat utama Maroko itu, mengatakan, kepada parlemen Selasa (21/7),Maroko sudah sangat prihatin sejak situasi mulai memburuk di Libya, dengan keselamatan warganya, seraya menambahkan bahwa “dari 120.000 orang Maroko yang dulu diketahui tinggal di Libya, kurang dari 50.000 orang dilaporkan masih ada”.
Bouaida mengatakan, komite bersama antar kementerian terdiri dari Menteri Dalam Negeri, Menteri Luar Negeri, Menteri Urusan Orang Asing dan Urusan Migrasi, telah dibentuk untuk menindaklanjuti masalah tersebut. Demikian Middle East Monitor (MEMO) seperti yang diberitakan Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Kamis (23/7).
Menurutnya, Maroko telah membuka dua kantor di perbatasan antara Libya dan Tunisia untuk menlayani wargta Maroko yang ingin pulang, setelah ditutupnya dua konsulat kerajaan itu di Libya masing-masing Tripoli dan Benghazi.
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
Bouaida menambahkan, Maroko telah mengimbau semua warganya untuk kembali ke negara mereka sendiri dan Pemerintah Maroko telah mengalokasikan anggaran khusus untuk memudahkan perjalanan kepulangan mereka.
Mengomentari pernyataan wanita menteri itu, seorang anggota Parlemen Maroko dari Partai Uni Sosialis yang beroposisi, mengatakan, “ada hampir 5.000 orang warga Maroko terjebak di perbatasan Ras Jadeer di Tunisia”. (T/P002/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah