Oleh Imaam Yakhsyallah Mansur
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَإِن مِّنْ أَهْلِ ٱلْكِتَٰبِ إِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِۦ قَبْلَ مَوْتِهِۦ ۖ وَيَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ يَكُونُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا (النساء [٤]: ١٥٩)
Baca Juga: Catatan 47 Tahun Hari Solidaritas Internasional untuk Rakyat Palestina
“Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.” (QS An-Nisa [4]: 159)
Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menjelaskan ayat di atas, bahwa kaum Ahli kitab, yakni Yahudi dan Nasrani, pada akhir hayatnya, mereka akan ditunjukkan kebenaran tentang Nabi Isa Alaihi Salam bahwa ia hanya seorang manusia, makhluk ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sebelum malaikat mencabut nyawanya, Allah Ta’ala akan menunjukkan bahwa Nabi Isa Alaihi Salam bukanlah tuhan. Ia adalah roh yang ditiupkan ke rahim Ibunda Maryam Alaiha Salam yang suci nan mulia.
Isa Alaihi Salam adalah seorang nabi dan rasul dari golongan manusia, yang diutus untuk menuntun manusia menuju keselamatan hidup di dunia dan akhirat dengan mantauhidkan-Nya dan menjalankan syariat-syariat-Nya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-14] Tidak Halal Darah Seorang Muslim
Namun, keimanan Ahli Kitab menjelang ajalnya itu tidak bisa memberi manfaat kepada mereka sedikit pun karena mereka melakukannya ketika nafas sudah di tenggorokan. Allah Ta’ala tidak menerima taubat seseorang ketika nafasnya sudah di tenggorokannya. Penyesalannya tidak lagi berguna dan tidak bisa menyelamatkannya dari siksa akhirat.
وَلَيْسَتِ ٱلتَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ ٱلسَّيِّـَٔاتِ حَتَّىٰٓ إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ ٱلْمَوْتُ قَالَ إِنِّى تُبْتُ ٱلْـَٰٔنَ وَلَا ٱلَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا (النساء [٤]: ١٨)
“Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang”. Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.” (QS An-Nisa [4]: 18)
Ayat di atas memberi pelajaran kepada kaum Muslimin khususnya dan juga manusia pada umumnya, bahwa sebuah kebenaran pasti akan terungkap. Maka sangat penting bagi umat Islam untuk tetap berada dalam kebenaran sesuai perintah agama, meskipun sepertinya tampak sulit terwujud, di tengah kedzaliman dan ketidakadilan.
Baca Juga: Tahun 1930 Tiga Pelajar Indonesia Syahid di Palestina
Keyakinan seorang Muslim bahwa kebenaran pasti akan menang dan kedzaliman pasti akan musnah dapat menjadi sumber kekuatan dan keteguhan hati dalam menghadapi segala bentuk penjajahan dan penindasan.
Dalam menghadapi penjajahan dan penindasan, penting bagi kaum Muslimin untuk menunjukkan solidaritas dan dukungan kepada mereka yang tertindas. Solidaritas kita dan semua hal yang berhubungan dengan hal itu akan menjadi saksi perbuatan seseorang di hadapan Allah Ta’ala, ketika semua manusia mempertanggungjawabkan segala perbuatan yang dilakukannya selama hidup di dunia.
Surat dari ICC untuk Netanyahu
Baru-baru ini, Pengadilan Kriminal Internasional (International Criminal Court/ICC) menerbitkan surat perintah penangkapan terhadap pemimpin penjajah Zionis Israel Benyamin Netanyahu.
Baca Juga: Catatan Pilkada 2024, Masih Marak Politik Uang
Netanyahu menjadi orang yang paling bertanggung jawab atas aksi genosida dan sederet kejahatan kemanusiaan yang terjadi di Palestina, khususnya di Gaza dan Tepi Barat. Tidak hanya itu, Netanyahu juga bertanggung jawab atas serangan brutal pasukannya ke wilayah-wilayah di Lebanon yang menyebabkan ribuan orang meninggal dunia.
Banyak negara yang mendukung keputusan ICC tersebut. Menteri Pertahanan Italia, Guido Crosetto, menyatakan bahwa Italia akan mematuhi keputusan ICC. Menteri Luar Negeri Belanda, Caspar Veldkamp, menegaskan bahwa Belanda akan mematuhi Statuta Roma 100 persen. Kementerian Luar Negeri Spanyol menyatakan bahwa mereka menghormati keputusan ICC dan akan mematuhi komitmen serta kewajiban mereka terkait Statuta Roma.
Kantor Federal Kehakiman Swiss menegaskan bahwa mereka wajib bekerja sama dengan ICC sesuai dengan Statuta Roma. Demikian pula Perdana Menteri Irlandia, Simon Harris, menyatakan bahwa Irlandia akan mendukung dan mematuhi surat penangkapan yang dikeluarkan oleh ICC. Tidak tinggalan Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, menyatakan bahwa Kanada akan mendukung dan mematuhi surat penangkapan ICC.
Namun ada juga yang menentangnya. Amerika Serikat (AS) adalah salah satu negara yang menolak dan menentang keputusan ICC tersebut.
Baca Juga: Masih Kencing Sambil Berdiri? Siksa Kubur Mengintai Anda
Presiden AS saat ini Joe Biden menyatakan keptutusan ICC untuk menangkap Netanyahu itu keterlaluan. Bahkan ia menuduh, ICC tidak memiliki yurisdiksi atas masalah ini dan mengkritik proses yang digunakan oleh ICC dalam mengambil keputusan tersebut.
Biden beralasan bahwa Israel memiliki hak untuk mempertahankan diri dari ancaman keamanan. Ia juga menekankan bahwa Amerika Serikat akan selalu mendukung Israel dalam menghadapi ancaman tersebut.
Presiden AS selanjutnya, Donald Trump juga dipastikan akan memiliki kebijakan sama dengan Biden, yakni cinta buta kepada Zionis Israel. Hal itu setidaknya terlihat pada menteri-menterinya yang pro Zionis di kabinetnya.
Bukti-bukti netanyahu/">Kejahatan Netanyahu
Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-13] Mencintai Milik Orang Lain Seperti Mencintai Miliknya Sendiri
Pada 9 Oktober, pemerintah Israel telah mengumumkan blokade “total” terhadap Jalur Gaza yang sudah terkepung, termasuk larangan makanan dan air. Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan saat itu bahwa pihak berwenang akan memutus aliran listrik dan memblokir masuknya makanan dan bahan bakar sebagai bagian dari “pengepungan total” terhadap Gaza.
Badan-badan bantuan mengatakan sekitar 96 persen penduduk Gaza menghadapi kekurangan pangan dalam jumlah besar. Menurut UNICEF, sembilan dari 10 anak kekurangan nutrisi yang mereka butuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Setidaknya 37 anak meninggal karena kekurangan gizi atau dehidrasi dalam satu tahun perang.
PBB mengatakan Israel telah memblokir masuknya 83 persen bantuan pangan ke Jalur Gaza sejak perang dimulai. Sekitar 50.000 anak di bawah usia lima tahun memerlukan perawatan segera karena kekurangan gizi pada akhir tahun ini.
Pemerintah Palestina di Gaza mengatakan lebih dari 70.000 orang saat ini berisiko kelaparan dan kehausan yang mematikan di Gaza utara. Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) juga mengkonfirmasi bahwa lebih dari 65.000 orang menderita kondisi kelaparan yang tidak manusiawi di kota-kota utara Jalur Gaza.
Baca Juga: Memilih Pemimpin dalam Islam
Kejahatan selanjutnya adalah berupa pembunuhan, penganiayaan dan tindakan tidak manusiawi lainnya.
Dengan dimulainya serangan darat pada akhir Oktober 2023, Netanyahu mengutip Alkitab dalam pidatonya di televisi: “Anda harus ingat apa yang telah dilakukan orang Amalek terhadap Anda.” Orang Amalek adalah musuh orang Israel menurut Alkitab, dan perintah dalam Alkitab menyatakan bahwa mereka harus dimusnahkan seluruhnya.
Dalam gugatan ke Mahkamah Internasional, Afrika Selatan berpendapat bahwa pernyataan tersebut menunjukkan niat Israel untuk melakukan genosida terhadap warga Palestina.
Serangan brutal Israel sampai saat ini masih terus menimbulkan korban sipil.
Baca Juga: Saat Dua Syaikh Palestina Ziarah ke Makam Imaam Muhyiddin Hamidy
Pesawat-pesawat tempur penjajah membom seluruh blok perumahan di sekitar Rumah Sakit Kamal Adwan di Jalur Gaza utara, yang mengakibatkan terbunuhnya warga sipil tersebut.
Kejahatan lain yang ditudingkan ke Netanyahu adalah dengan sengaja mengarahkan serangan terhadap penduduk sipil.
Pada Juli lalu, Dokter Yahudi Amerika Mark Perlmutter, yang kembali dari Gaza, mengatakan bahwa tentara Israel dengan sengaja membunuh anak-anak dengan tembakan penembak jitu. “Kami memiliki dokumen yang membuktikan adanya penargetan sistematis terhadap anak-anak dan tindakan kejahatan perang terhadap mereka,” ujarnya dilansir Aljazirah Arabia.
Dokter Amerika tersebut menambahkan bahwa dia telah melihat anak-anak ditembak mati oleh penembak jitu di Jalur Gaza. “Saya punya dua (pasien) anak yang ditembak dengan sangat presisi di dada, saya tidak bisa meletakkan stetoskop saya di jantung mereka dengan lebih akurat, dan langsung di sisi kepala, pada anak yang sama. Tidak ada balita yang tertembak dua kali secara tidak sengaja oleh ‘penembak jitu terbaik dunia’. Dan itu adalah tembakan yang tepat sasaran,” katanya.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-12] Tinggalkan yang Tidak Bermanfaat
Pada 12 November ini, seorang dokter bedah Inggris yang bekerja selama sebulan di Gaza, Nizam Mamode, juga mengaku melihat sejumlah anak-anak dengan luka tembak di kepala. Nizam menyebut anak-anak tersebut dengan sengaja menjadi sasaran penembak jitu Israel.
“Kami melihat sejumlah anak dengan luka tembak di kepala, satu tembakan di kepala. Tidak ada luka lain. Jadi jelas, mereka dengan sengaja menjadi sasaran penembak jitu Israel dan itu terjadi setiap hari,” kata Mamode dalam sebuah sesi Komite Pembangunan Internasional di House of Commons Inggris.
Mamode, yang bekerja di Rumah Sakit Nasser di Gaza dari pertengahan Agustus hingga pertengahan September 2024. Ia mengatakan bahwa 60-70 persen orang yang mereka rawat di Gaza adalah wanita dan anak-anak. Saat ditanya tentang pengalamannya merawat wanita dan anak-anak yang terluka, ia menyebutkan luka-luka di kepala akibat tembakan penembak jitu.
Penargetan warga sipil ini sudah dilakukan sejak awal serangan Israel ke Gaza. Pada 31 Oktober 2023, misalnya, serangan udara Israel terhadap gedung apartemen enam lantai yang menampung ratusan orang di Gaza tengah menewaskan sedikitnya 106 warga sipil, termasuk 54 anak-anak. Serangan itu mengenai anak-anak yang bermain sepak bola, penduduk yang mengisi daya ponsel di toko kelontong di lantai dasar, dan keluarga pengungsi yang mencari perlindungan.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-11] Ragu-ragu Mundur!
Human Rights Watch yang menyelidiki kasus dan menyimpulkan serangan tersebut jelas merupakan tindakan yang melanggar hukum humaniter dan termasuk dalam kejatahan perang dan kemanusiaan.
Dengan sederet bukti nyata dan kesaksian atas aksi kejahatan yang dilakukan oleh Netanyahu, masihkah ada yang membelanya? Masihkah ada yang menyatakan bahwa Netanyahu hanya membela diri dan merasa berhak melakukan kejahatan itu?
Maka jika masih ada yang menyatakan bahwa Netanyahu tidak boleh diadili adalah salah. Para pembela dan sekutu Netanyahu pasti akan menyesal seperti penyesalan Ahli Kitab sebelum matinya, sebagaimana disebut dalam ayat di atas. []
والله أعلمُ بالـصـواب
Mi’raj News Agency (MINA)