Maungdaw, MINA – Masjid Agung Maungdaw, Myanmar yang bersejarah, yang berusia hampir 200 tahun, telah dibuka kembali pada Jumat (12/9) setelah ditutup selama hampir 13 tahun.
Dilansir dari Arakan News Agency (ANA) pada Senin (15/9), warga setempat mengatakan bahwa pembukaan kembali ini membawa kelegaan bagi masyarakat setempat.
“Masjid ini adalah bagian dari identitas kami, masuk kembali ke dalam setelah sekian lama membawa emosi yang mendalam,” kata seorang tetua setempat kepada ANA.
Masjid yang juga dikenal sebagai Masjid Monshi ini, berusia sekitar 200 tahun. Masjid ini ditutup pada 2012 setelah kekerasan komunal, dengan pemerintahan Myanmar yang berkuasa secara berturut-turut mempertahankan larangan tersebut.
Baca Juga: Draf KTT Arab-Islam: Agresi Israel Ancam Proses Perdamaian
Militer Myanmar sempat membukanya kembali pada April 2024, tetapi ditutup kembali setelah milisi Arakan menguasai penuh Maungdaw pada Desember lalu.
Masjid ini dibuka kembali dalam sebuah upacara yang diselenggarakan oleh milisi Arakan Buddha dan afiliasi medianya.
Namun, perayaan tersebut masih dibayangi oleh kekhawatiran yang berkelanjutan karena warga Rohingya terus mengalami pembatasan pergerakan, penahanan sewenang-wenang, dan penyitaan properti. Kebebasan dasar, termasuk kepemilikan dan penggunaan ponsel, masih sangat dibatasi oleh milisi.
Milisi menghadapi tuduhan melakukan pembantaian, penghilangan paksa, dan secara sistematis menempatkan penduduk Rakhine di desa-desa Muslim Rohingya.
Baca Juga: Qatar Lanjutkan Upaya Mediasi Meski Israel Tolak Gencatan Senjata
Praktik-praktik tersebut digambarkan oleh para pengamat sebagai upaya untuk menghilangkan keberadaan etnis Rohingya secara permanen dari wilayah tersebut.
Pembukaan kembali Masjid Agung Maungdaw menyoroti realitas kompleks yang dihadapi komunitas Rohingya di bawah kendali Milisi Arakan Buddha. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Taliban Bahas Normalisasi Hubungan dengan AS