Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masjid Wanita, Ciri Khas Islam di Cina

Syauqi S - Senin, 26 Juni 2017 - 13:44 WIB

Senin, 26 Juni 2017 - 13:44 WIB

3202 Views ㅤ

Setiap hari ratusan perempuan menghadairi kegiatan keagamaan di Masjid NiuJie. (Foto: Dunya TV)

Beijing, 2 Syawal 1428/26 Juni 2017 (MINA) – Masjid Wanita Niujie, sebuah ciri khas Islam di Cina, bukan hanya menjadi tempat ibadah bagi komunitas Muslim setempat, tapi sangat populer di kalangan wanita Muslim asing yang mengunjungi Ibu Kota Beijing.

Selama bulan suci Ramadan, ratusan wanita menghadiri kegiatan keagamaan setiap hari di masjid tersebut, yang terletak di Distrik Xicheng, Beijing.

“Mesjid khusus wanita di Cina adalah penggambaran agama terbaik dengan karakteristik Cina. Ini adalah bangunan penanda yang menunjukkan rasa hormat kami terhadap wanita,” kata Liu Jun, Direktur Masjid Niujie, kepada Global Times.

“Selain menjadi wadah bagi wanita Muslim untuk beribadah dan mempelajari agama, masjid khusus wanita saat ini juga memiliki identitas baru – sebuah platform untuk menempa komunikasi internasional,” tambahnya seperti dimuat laman dunyanews.tv Ahad (25/6) yang dikutip MINA.

Baca Juga: Jamaah Ashabul Kahfi Australia Doa Bersama untuk Ulama Aceh Tu Sop

Masjid khusus wanita pertama di Beijing dibangun pada 1921 di Shouliu Hutong, Xicheng. Masjid tersebut hancur pada tahun 1997 di tengah gelombang pembongkaran bangunan yang dianggap bobrok oleh pemerintah daerah.

Pada tahun 2005, pemerintah membangun kembali Mesjid Niujie yang baru, dekat lokasi lama dan Masjid Niujie.

Liu mengatakan wanita Muslim didorong untuk berperan besar dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan.

Menurut Liu, di beberapa komunitas Muslim di Cina dan di luar negeri tidak memiliki masjid khusus wanita dan wanita umumnya menunaikan salat di rumah

Baca Juga: Lima Orang Tewas Imbas Kekerasan Etnis di Manipur India

Tidak ada data resmi tentang jumlah masjid khusus wanita di Cina.

Profesor Shui Jingjun dari Akademi Ilmu Sosial Henan menulis dalam bukunya bahwa masjid-masjid semacam itu pertama kali didirikan di dataran tengah Cina yang meliputi bagian Provinsi Henan, Hebei, Anhui, Shanxi, dan Shandong.

Daerah Otonomi Ningxia Hui juga hanya memiliki masjid khusus wanita.

 

Baca Juga: Israel Sengaja Targetkan Aktivis Turkiye-Amerika

Perpaduan Budaya

Liu mengatakan kemunculan masjid khusus perempuan merupakan hasil dari perpaduan antara tradisi Cina dan Islam.

Dia menjelaskan bahwa komunitas muslim tunggal terbesar di Cina adalah Hui, yang sebagian besar mengklaim keturunan dari pedagang Arab yang datang Ke Cina sejak 13 abad yang lalu dan menetap di Cina, menikah dengan penduduk setempat.

Campuran etnik itu tercermin dalam praktik keagamaan mereka. “Jadi kita memiliki karakteristik budaya Han, yang inklusif,” kata Liu.

Baca Juga: Prancis Tangkap Perawat yang Bertugas di Rumah Sakit Gaza

Masjid wanita tidak hanya tempat bagi perempuan Muslim belajar tentang agama mereka, tapi juga sumber penting bagi wanita buta huruf, terutama manula, untuk belajar pengetahuan dasar.

Selama era Revolusi Kebudayaan, semua jenis praktik keagamaan dilarang. Baru pada tahun 1980an, agama kembali terlihat di tengah publik dan para imam perempuan kembali muncul.

Belakangan umat Muslim Cina belajar tentang Alquran dari situs-situs di internet dan buku Islam. Tapi dia merasa keberadaan masjid khusus wanita dan imam perempuan masih diperlukan.

Baca Juga: Serangan Udara Junta Myanmar Tewaskan 11 Warga Sipil

Menurut Liu dan Wang, dalam dua tahun terakhir, mereka telah melihat semakin banyak wanita Muslim muda yang datang ke masjid untuk salat, banyak di antara mereka adalah mahasiswa.

Liu mengaitkan pertumbuhan antusiasme kaum muda mempelajari Islam yang juga didorong oleh peberkembangan agama ini yang pesat di media sosial, yang telah membuat anak-anak muda merasa kian dekat dengan iman mereka.

Ketika Muslim pertama kali datang ke Cina pada masa Dinasti Tang (618-907), mereka menjadi tamu kehormatan. Tapi selama Dinasti Ming (1368-1644), orang-orang Muslim Cina tidak disukai oleh penguasa dan menjadi target represi.

Di bawah penganiayaan, komunitas Muslim harus memanfaatkan sumber daya mereka untuk menjaga kelangsungan budaya mereka. Selama periode sulit itu, wanita Muslim harus membantu memikul tanggung jawab untuk menyebarkan iman yang mereka anut.

Baca Juga: Ilmuwan Jepang Rancang Kulit Wajah Robot Agar Bisa Tersenyum

Jadi pada awal abad ke-17, sekolah agama yang didirikan khusus untuk mendidik perempuan Muslim muncul. Pada akhir Dinasti Qing (1644-1911), sekolah-sekolah ini berkembang menjadi masjid khusus wanita. (R11/RS1)

Miraj Islamic News Agency/MINA

Baca Juga: Macron Tunjuk Michel Barnier Jadi Perdana Menteri Baru Prancis

Rekomendasi untuk Anda

Tausiyah
Asia
MINA Millenia
MINA Sport
MINA Health
Asia
Indonesia