London, MINA – Laporan media Inggris mengatakan, meskipun perang genosida selama 16 bulan di Gaza terus berlanjut, beberapa analis Israel mengakui bahwa Israel telah gagal mencapai apa yang disebut sebagai tujuan perang, dengan mengatakan bahwa Hamas “masih berkuasa.”
Dilansir dari Press TV, Senin (3/2), dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh Financial Times, Michael Milshtein, mantan perwira intelijen Israel yang dikutip mengatakan, perang “tidak memaksa Hamas runtuh atau membebaskan para sandera.”
Ada “pencapaian taktis, tetapi tidak ada arahan strategis. Hamas masih berkuasa, dan masih menjadi aktor dominan di Gaza. Titik.”
Pernyataan itu muncul saat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan bertemu dengan Presiden AS Donald Trump pada Selasa (4/2) di Gedung Putih.
Baca Juga: Netanyahu Tiba di AS untuk Bertemu dengan Trump
Pertemuan tersebut dijadwalkan untuk membahas apakah gencatan senjata sementara yang disepakati bulan lalu akan menjadi gencatan senjata permanen atau tidak.
Kesepakatan antara Israel dan Hamas dicapai bulan lalu setelah lebih dari 15 bulan perang genosida rezim pendudukan tersebut di jalur tersebut, yang merenggut nyawa hampir 47.500 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak.
Rezim Israel dipaksa menerima gencatan senjata setelah gagal mewujudkan salah satu tujuan masa perangnya, termasuk membebaskan sandera, “melenyapkan” perlawanan Gaza, dan menyebabkan pemindahan paksa seluruh penduduk Gaza ke negara tetangga Mesir.
Kesepakatan tersebut terdiri dari tiga tahap, dengan tahap pertama yang saat ini sedang berlangsung, dijadwalkan berlangsung selama 42 hari.
Baca Juga: Trump Berlakukan Tarif Dagang Tinggi kepada Kanada, Meksiko dan Tiongkok
Netanyahu berulang kali mengatakan, perang tersebut ditujukan untuk menghancurkan Hamas di Gaza, dan mengembalikan semua sandera Israel yang ditahan oleh para pejuang perlawanan selama Operasi Banjir al-Aqsa pada Oktober 2023.
“Tetapi lebih jelas dari sebelumnya bahwa tujuan-tujuan tersebut hampir pasti tidak sesuai. Tidak lama setelah pertempuran berakhir, memulai proses yang pada akhirnya akan mengembalikan 33 sandera, orang-orang bersenjata Hamas muncul untuk menegaskan kembali kendali atas wilayah pesisir, memamerkan senjata mereka dan mengorganisir unjuk rasa massa,” kata Financial Times.
Menurut artikel tersebut, “kemenangan total” yang sering dijanjikan Netanyahu adalah “chimera.”
Pekan depan, mediator internasional, termasuk AS, Qatar, dan Mesir, akan memulai pembicaraan mengenai rincian tahap selanjutnya dari kesepakatan tersebut. []
Baca Juga: Sistem Kesehatan Gaza Diperkirakan Butuh 12 Tahun untuk Pulih
Mi’raj News Agency (MINA)