Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meluruskan Kembali Makna “Berjama’ah”

Redaksi Editor : Widi Kusnadi - 31 menit yang lalu

31 menit yang lalu

9 Views

Ust Deni Rahman (foto: pribadi)

Oleh Deni Rahman, Kaprodi KPI STAI Al-Fatah Bogor, Mahasiswa Doktoral Ilmu Dakwah Universitas Islam Asy-Syafiiyah Jakarta

Dalam ajaran Islam, istilah berjamaah memiliki makna luhur. Ia bukan sekadar kebersamaan, tetapi simbol persatuan dalam kebaikan, sinergi dalam ibadah, dan kekuatan moral umat.

Secara etimologis, berjamaah berasal dari kata jamaah yang berarti kumpulan orang yang bersatu dalam satu tujuan, ditambah awalan ber- yang menunjukkan aktivitas bersama.

Dalam konteks Islam, berjamaah mencerminkan perintah Allah dan sunnah Rasulullah ﷺ, baik dalam ibadah seperti salat berjamaah, maupun dalam kehidupan sosial seperti dakwah, tolong-menolong dalam kebajikan, dan membangun masyarakat.

Baca Juga: Mensyukuri Rezki dari Allah dengan Berqurban

Namun, seiring waktu, makna luhur ini mulai mengalami pergeseran. Istilah berjamaah kerap digunakan secara negatif dalam wacana publik, seperti dalam frasa “korupsi berjamaah”, “kejahatan berjamaah”, atau “penyelewengan berjamaah”.

Penyematan istilah berjamaah pada tindak kejahatan bukan hanya penyimpangan linguistik, melainkan juga berpotensi mengaburkan pemahaman umat tentang nilai-nilai Islam yang sebenarnya menjunjung tinggi ukhuwah dan persatuan dalam kebaikan.

Distorsi semantik semacam ini bukan tanpa dampak. Ketika umat terbiasa mendengar istilah berjamaah dalam konteks kejahatan, perlahan-lahan akan tumbuh persepsi bahwa kebersamaan tidak selalu bermakna positif.

Bahkan lebih jauh, bisa muncul pembenaran kolektif atas perbuatan menyimpang. Dalam konteks ini, kekeliruan penggunaan bahasa bisa menormalisasi perilaku tercela.

Baca Juga: Mengapa Koruptor Diibaratkan Tikus? Ini Jawabannya

Jamaah dalam ajaran Islam selalu berorientasi pada kebajikan. Ketika istilah ini mulai dikaitkan dengan kejahatan kolektif, umat dapat kehilangan pemahaman bahwa berjamaah adalah wadah kesatuan umat Islam dalam mengamalkan syariat menegakan agama dan membangun masyarakat yang harmonis.

Kekeliruan penggunaan istilah dapat menormalisasi kejahatan dan perilaku negatif. Ketika korupsi atau kejahatan disebut sebagai “berjamaah”, masyarakat bisa melihatnya sebagai sesuatu yang wajar karena dilakukan secara kolektif. Lambat laun fenomena ini akan mengikis sensitivitas moral umat terhadap perilaku menyimpang.

Fenomena ini bertentangan dengan prinsip Islam sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam Surah Al-Maidah ayat 2: “Dan janganlah kamu tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan…” Ayat ini menegaskan bahwa kebersamaan hanya dibenarkan jika dilandasi niat dan perbuatan yang baik.

Kebiasaan memaknai berjamaah sebagai aktivitas kolektif tanpa memerhatikan konteks nilai bisa berdampak serius pada moral publik. Dalam kehidupan sosial, batas antara kebaikan dan keburukan menjadi kabur.

Baca Juga: Menjadi Pemimpin Adil, Jalan Mulia Menuju Ridha Allah

Ketika kejahatan dilakukan secara bersama-sama, rasa tanggung jawab individu cenderung melemah. Pelaku bisa merasa ringan bersalah karena tidak melakukannya sendirian. Ini juga menjadi tantangan besar dalam penegakan hukum.

Dalam konteks pendidikan dan dakwah, penyalahgunaan istilah berjamaah dapat menyesatkan generasi muda. Mereka bisa menganggap bahwa semua bentuk kebersamaan memiliki legitimasi moral, padahal Islam dengan tegas membatasi bahwa berjamaah harus dalam kebaikan, amar ma’ruf nahi munkar, dan ketaatan kepada Allah.

Media massa, sebagai instrumen pembentuk opini publik, memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga akurasi bahasa. Penggunaan istilah seperti “korupsi berjamaah” semestinya dikaji ulang dan diganti dengan padanan yang lebih tepat, misalnya “korupsi sistemik”, “kejahatan kolektif”, atau “tindak pidana terorganisasi”. Dengan demikian, istilah berjamaah tidak kehilangan kesakralannya dalam konteks Islam.

Selain media, para ulama, akademisi, dan pendidik juga memiliki peran penting. Mereka harus aktif menjelaskan kembali kepada masyarakat tentang hakikat berjamaah dalam Islam, baik melalui mimbar khutbah, diskusi ilmiah, maupun pendidikan formal. Pemurnian makna ini tidak cukup dilakukan sekali-sekali, tetapi harus menjadi gerakan literasi bahasa dan agama secara berkelanjutan.

Baca Juga: Perpecahan Umat, Akibat Langsung dari Tidak Berjama’ah

Oleh karena itu, makna berjamaah harus dikembalikan kepada pemahaman yang benar. Jamaah yang benar adalah jamaah yang menegakkan keadilan, membangun kesatuan yang bermakna, dan membawa manfaat bagi masyarakat.

Umat Islam sudah saatnya kembali kepada makna berjamaah yang sesungguhnya yakni kebersamaan dalam ketaatan kepada Allah . Istilah berjamaah harus kembali menjadi simbol persatuan umat dalam ibadah dan kemaslahatan, bukan alat untuk membenarkan perilaku menyimpang.

Sebagaimana firman Allah dalam Surah Ali Imran ayat 103: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah seraya berjamaah, dan janganlah kamu bercerai berai…” Ayat ini menunjukkan pentingnya persatuan yang hakiki di bawah tuntunan agama, bukan sekadar kebersamaan fisik tanpa arah moral.

Meluruskan makna berjamaah bukan hanya soal mengoreksi penggunaan istilah, tetapi bagaimana membangun kembali kesadaran bahwa berjamaah adalah syariat yang diperintahkan Allah  dan Rasul-Nya kepada umat Islam untuk hidup bersatu di bawah seorang Imaam (pimpinan), yang kemudian diamalkan oleh para sahabat, Khulafaur Rasyidin Al Mahdiyyin.

Baca Juga: Zionisme, Virus Jahat dalam Tubuh Kemanusiaan

Berjamaah adalah kekuatan utama umat Islam. Bila digunakan dan dipahami dengan benar, ia menjadi fondasi kebangkitan spiritual, sosial, dan peradaban. Tetapi bila disalahgunakan, ia bisa berubah menjadi legitimasi bagi perilaku menyimpang yang menghancurkan nilai-nilai keadaban umat.

Wallahu a’lam bish showwab []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Jihad Kita Satu, Musuh Kita Sama: Zionis dan Sekutunya!

Rekomendasi untuk Anda

Kolom