Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Memberi Nasihat kepada Kebenaran

Bahron Ansori - Sabtu, 19 November 2016 - 02:51 WIB

Sabtu, 19 November 2016 - 02:51 WIB

1111 Views

Oleh Bahron Ansori, jurnalis MINA

Seorang hamba, tidak cukup hidup hanya dengan berilmu dan beramal shaleh serta memperbaiki dirinya sendiri saja. Tetapi, seharusnya ia juga berupaya untuk memperbaiki orang lain, agar dirinya menjadi mukmin sejati. Menshalehkan diri itu wajib. Tapi, menshaleh-kan diri orang lain juga menjadi hal yang tak kalah pentingnya. Apa artinya jika ada seorang shaleh yang berada di sebuah lingkungan tidak shaleh namun ia tak mampu atau tak peduli untuk menshalehkan orang lain yang ada di depan matanya?

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Tidaklah beriman salah seorang kalian sampai ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Mencintai saudara, atau manusia lain dan berusaha menyeru mereka kepada kebaikan adalah bentuk kesempurnaan iman. Karena dia berusaha mengajak orang lain agar selamat dari azab Allah Ta’ala. Dia sadar betul betapa ia tak ingin masuk surga sendiri sementara orang-orang yang ada di sekitarnya masuk ke dalam neraka.

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Saking pentingnya memberi nasihat dan menyeru manusia kepada kebenaran ini, sampai-sampai Rasulullah Shallallahu ‘Alaih Wasallam bersabda, “Sesungguhnya jika manusia melihat kemungkaran dan ia tidak merubahnya hampir-hampir Allah meratakan azab dari sisinya kepada mereka.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi disahihkan Al Albani rahimahullahu).

Sekali lagi, jangan merasa menjadi orang baik dulu bila kita belum mampu mengajak orang lain di sekitar kita untuk menjadi baik seperti halnya diri kita. Menjalankan ketaatan adalah sebuah kewajiban. Tapi menyeru dan mengarahkan orang lain untuk menjalankan ketaatan yang sama seperti yang kita lakukan juga tak kalah penting.

Bila kita merasa bahagia karena bisa mentaati Allah Ta’ala dengan menjalankan perintah-Nya, meninggalkan larangan-Nya serta menghidupkan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, maka sebaliknya pandanglah orang-orang di sekitar kita, jangan-jangan mereka masih asyik dengan aneka macam kemaksiatan yang dilakukan.

Menangislah, sebab jangan-jangan karena ketidakpeduliaan kita pada mereka justeru bisa membawa kita ke neraka kelak. Karena kita tak pernah berusaha mengajak dan menyampaikan kepada mereka mana yang hak (benar) dan mana yang bathil (buruk) dalam menjalani kehidupan dunia ini. Menangislah dan jangan merasa puas, sebab Allah Ta’ala kelak akan menuntut kita ketika karena tak mau perduli dengan orang-orang di sekitar yang gemar melakukan dosa.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Para ulama Islam sepakat bahwa mengajak berbuat baik dan mencegah berbuat kejahatan atau “al-Amr bi al-makruf wa al-nahyi ‘an al-mungkar” adalah keharusan setiap Muslim. Perbedaannya hanya terletak pada pelaksanaanya. Berikut ini uraian amar makruf nahi mungkar menurut al-Qur’an dan hadis nabi.

Pertama, Qur’an surah Ali Imran ayat 104 dan ayat 110

وَلْتكُنِ مِنْكُمْ اُمَّةُ يَدْعُوْنَ اِلَى الخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِهُوْنَ.

“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itu lah orang-orang yang beruntung.” (Qs. Ali Imran :104).

Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?

Ayat di atas menjadi dalil wajibnya seorang Muslim menyampaikan kebenaran (kebaikan) dan mencegah terjadinya kemungkaran. Ini artinya, seorang Muslim dilarang langsung memvonis saudaranya atau pihak lain dengan keburukan sebelum ia menyampaikan dakwah tentang kebenaran dari Allah Ta’ala dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Karena umat Islam ini adalah umat terbaik, maka yang harus didahulukan untuk disampaikan adalah kebaikan dalam situasi dan kondisi bagaimana pun. Nasehati orang yang telah berbuat salah, lalu serahkan kepada Allah Ta’ala yang akan menentukan. Sebagai umat terbaik, maka lakukanlah yang terbaik kepada siapa pun dan di mana pun.

Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Kamu umat Islam adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang pasik.” (Qs. Ali Imran : 110)

Dalam ayat 104 di atas, Allah menganjurkan kepada orang-orang islam, hendaklah di antara mereka ada orang-orang yang aktif  berdakwah di jalan Allah, yaitu memberikan penjelasan-penjelasan tentang ajaran-ajaran agama yang harus dilaksanakan dan diberikan penerangan tentang larangan-larangan Allah entah itu lewat ceramah-ceramah, sekolah, kampus atau media massa. Tumbuhnya amar makruf nahi mungkar di kalangan umat Islam akan menjamin kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat.

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

Sedangkan ayat 110, Allah menegaskan bahwa umat Islam memang diciptakan untuk menjadi umat teladan bagi umat-umat yang lain karena membawa misi dakwah, yaitu mengajak kepada perbuatan-perbuatan yang baik dan benar, serta mencegah segala perbuatan yang keji dan mungkar.

Kedua, hadis tentang perintah melakukan amal ma’ruf nahi mugkar. Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Siapa saja yang mengajak kepada kepada kebenaran, maka ia memperoleh pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya tanpa dikurangi sedikitpun. Dan siapa saja yang mengajak kepada kesesatan, maka ia mendapat dosa seperti dosa orang yang mengerjakan tanpa dikurangi sedikitpun.” (HR. Muslim).

Hadis di atas memberi beberapa gambaran kepada kita. Pertama, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memberi pilihan kepada umatnya untuk menjadi penyeru kepada kebenaran atau justeru menyeru kepada keburukan. Kedua, jangan pernah merasa rugi jika menyeru kepada kebaikan/kebenaran. Sebab Allah pasti akan membalas seruan kebaikan itu sama nilainya dengan orang yang diseru jika ia mengikuti seruan kebenaran tersebut.

Sebaliknya, jangan sekali-kali menjadi penyeru kepada keburukan (kesesatan) sebab dosanya sama seperti orang yang melakukan kesesatan itu tanpa dikurangi sedikitpun. Karena itu, pesan utama dari hadis di atas adalah agar setiap Muslim menjadi penyeru-penyeru kepada kebenaran bukan sebaliknya menjadi penyeru kepada keburukan. Wallahua’lam.(R02/P2)

Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

 

Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Tausiyah
Tausiyah
Ramadhan
Breaking News