Karimun, Kepulauan Riau, 24 Muharram 1436/17 November 2014 (MINA) – Menteri Agama (Menag) RI, Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, setelah melakukan upaya menghapus buta huruf Al-Quran dengan tahsin dan tahfidz Al-Quran, maka saatnya pula melakukan gerakan memahami dan mengamalkan Al-Quran.
“Sudah saatnya kita membutuhkan gerakan memahami dan mengamalkan isi Al-Quran,” katanya saat meresmikan pembangunan gedung Pusat Tahfidzul Al-Quran di Pulau Nyiur, Kecamatan Moro, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau, Sabtu (15/11).
Menurut Menag, hal tersebut dapat maksimal ditempuh melalui pendidikan tafaqquh fiddin, ada pendidikan diniyah baik yang diselenggarakan pesantren maupun di luar pesantren, di madrasah, di sekolah maupun di perguruan tinggi.
Menag mengajak semua pihak untuk sama-sama menyuburkan pendidikan diniyah ini semata-mata untuk menangkal pemahaman Islam yang distortif, Islam yang mengalami distorsi, yang esklusif maupun yang cenderung liberal.
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina
“Tentu saja bukan perkara mudah memahami dan mengamalkan isi Al-Quran, kita membutuhkan lembaga pendidikan yang concern untuk mendalami Al-Quran baik pada aspek ulumul Al-Quran maupun tafsirnya,” kata Menag seperti dipublikasikan di laman resmi Kemenag yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Senin.
Dikatakan, kita mengenal ajaran yang tawassut yang tawazzun yang rahmatal lilalamin agar Indonesia dapat terbebas dari ancaman paham-paham yang takfiri, Islam yang transnasional, paham-paham yang sangat dengam mudah mengkafir-kafirkan sesama muslim yang hanya berbeda pada hal yang tidak prinsip. Paham-paham Islam yang mengancam keutuhan Islam itu sendiri bahkan mengancam kesatuan persatuan.
Pada kesempatan acara peletakan batu pertama pembangunan gedung Tahfidz Al-Quran-Quran Center itu, Menag juga menyampaikan, berdirinya Pusat Tahfidzul Quran merupakan salah satu bentuk ikhtiar untuk menjaga Al-Quran dan melestarikan nilai-nilainya sebagaimana Allah Swt tegaskan akan menjamin keaslian Al-Quran.
“Ini seperti terlintas dalam sejarah penulisan dan pengumpulan dan standarisasi Al-Quran, dan kesemuanya untuk memberi kepastian originalitas Al-Quran, baik huruf, kata, kalimat maupun makna dan seluruh isi kandungannya,” terangnya.
Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat
Pada acara yang dihadiri oleh Gubernur Kepri, Muhamad Sani, Sesditjen Bimas Islam, Muhammadiyah Amin, Pembina Quran Center Batam Said Aqil Almunawar, Bupati Karimun Nurdin Basirun dan Kakanwil Kemenag Kepri Marwin Jamal, Menag menyampaikan, bahwa sebagaimana dijelaskan dalam kitab Pesantren Nusantara, keberadaan pesantren tahfidz sebenarnya sudah dikenal lebih awal di negara kita.
Namun, akhir-akhir ini pesantren tahfidz semakin populer dengan berdirinya rumah tahfidz di mana–mana, di mana banyak pihak yang memberi perhatian atas pentingnya menghafal Al-Quran, bukan hanya semata-mata kecintaan terhadap Al-Quran tetapi juga termotivasi untuk menjaga Al-Quran dalam dirinya sendiri sebagai penjagaan pada hati pikiran dan sikapnya.
Dituturkan Menag, para penghafal Al-Quran pada hakekatnya adalah mereka yang cakrawala pemikirannya terbuka luas, mereka akan memahami makna Iqra secara konfrehensif secara menyeluruh karena mampu membaca terhadap segala sesuatu dengan perspektif nama Tuhan yang telah menciptakannya.
Mereka (penghafal Al-Quran), lanjut Menag, akan membaca meneliti, menulis dan mendesiminasi hasil kerja ilmiahnya secara terus menerus untuk membangun peradaban umat, bahkan para ilmuwan menemukan nilai-nilai kemanusiaan yang berlaku secara universal yang dikenalkan oleh Al-Quran. Dengan demikian, menghafal Al-Quran pada hakekatnya berarti perjuangan untuk melestarikan kehidupan manusia dengan berbagai sistem nilai yang melingkupinya.
Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain
“Marilah kita syiarkan hafalan Al-Quran. Inilah bacaan yang tidak ada perbedaan di antara kita, dari sinilah kita satukan hati dan tekad kita untuk mewujudkan ukhuwah Islamiyah mempererat silaturahim sesama muslim sehingga kita bisa hidup bersama dalam satu rumah besar bernama Indonesia,” ajak Menag.
“Bukankan Ukhuwah Islamiyah merupakan modal persatuan yang sangat mahal harganya? Marilah kita bersatu, bergerak bersama, berdedikasi dalam mewujudkan Indonesia masa depan yang lebih jaya,” pungkas Menag. (T/R11/R03)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain