Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menangkap Ayat-ayat Kauniyah dalam Kegiatan Camping

Redaksi Editor : Rudi Hendrik - Jumat, 13 September 2024 - 09:42 WIB

Jumat, 13 September 2024 - 09:42 WIB

100 Views

kegiatan camping di alam terbuka (foto: Fb)

Oleh Irwan Amrullah, staf Majelis Ta’lim wa Tadrib Jama’ah Muslimin

Camping bukan sekadar kegiatan rekreasi saja, tetapi bisa menjadi sebuah perjalanan spiritual yang mendalam, terutama bagi mereka yang ingin mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Kegiatan camping adalah aktivitas rekreasi di luar ruangan (outdoor), menggunakan tenda sebagai rumah sementara. Kegiatan ini umumnya dilakukan untuk beristirahat atau refreshing melepas penat dan stres dari kegiatan sehari-hari dan ramainya hiruk-pikuk kesibukan kerja.

Camping bisa juga dirancang sebagai kegiatan untuk mentadaburi keindahan alam sembari merenungi kekuasaan Allah yang tercermin dalam ciptaan-Nya di jagad raya.

Baca Juga: Pembebasan Baitul Maqdis: Perspektif Geopolitik dan Spiritual Islam

Mendaki gunung dan bermalam di alam terbuka akan membawa kita kembali kepada kesederhanaan hidup. Kita disuguhi pemandangan langit biru, hamparan hutan hijau, dan gemericik sungai yang jernih. Semua ini bukan hanya suguhan yang memanjakan mata, tetapi juga sebagai sarana merenungkan kebesaran Sang Pencipta.

Alam sebagai Tanda Kekuasaan Allah

Dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala berulang kali mengingatkan manusia untuk melihat dan memikirkan ciptaan-Nya. Allah ﷻ berfirman:

اِنَّ فِىۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِ وَاخۡتِلَافِ الَّيۡلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الۡاَلۡبَابِ (ال عمران [٣]: ١٩٠)

Baca Juga: Amalan Yang Baik bagi Orang Beriman

”Sesunggunhnya dalam penciptaan langit dan bumi, serta pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang berakal.” (QS. Ali Imran [3] 190).

Ayat ini seolah-olah mengajak manusia sebagai makhluk yang berakal untuk merenungkan dan mengambil pelajaran dari ciptaan-Nya. Ayat ini juga seakan mengajak manusia keluar dari rutinitas harian yang penat dan penuh dengan kesibukan, untuk menatap luasnya alam semesta yang penuh hikmah.

Keindahan alam di tempat camping bukan hanya menjadi latar belakang dari kegiatan camping belaka, tetapi juga menjadi sarana menyaksikan ayat-ayat kauniyah yang menyapa. Saat mata kita menyaksikan sinar matahari terbit di balik gunung atau mendengar nyanyian burung di pagi hari, kita diingatkan betapa sempurnanya desain kehidupan yang telah diatur oleh Yang Maha Kuasa.

Camping sebagai Media Tadabur Alam

Baca Juga: Inilah Tanda Orang Baik, Inspirasi dari Kisah Nabi Musa Belajar kepada Khidir

Kegiatan camping bukan sekadar tidur di tenda dan menikmati pemandangan. Kegiatan ini bisa dirancang dengan pendekatan spiritual, yakni para peserta diajak untuk merenungi setiap hal yang mereka temui.

Mulai dari proses mendirikan tenda, hingga menyiapkan makanan dengan peralatan sederhana, setiap langkah adalah bentuk latihan kesederhanaan yang membawa pengunjung lebih dekat kepada makna hidup yang hakiki.

Berada di alam bebas juga membuka mata kita akan keterbatasan manusia. Di puncak gunung, tanpa sinyal telepon atau internet. Manusia diingatkan akan kebergantungan mereka kepada Allah Ta’ala.

Tidak ada daya dan upaya yang kita miliki tanpa izin dan kehendak-Nya. Momen-momen seperti itulah yang bisa menjadi momen untuk introspeksi secara mendalam, yang kemudian bisa berlanjut pada peningkatan kesadaran spiritual mereka setelah kembali ke kehidupan sehari-hari.

Baca Juga: Saatnya Wanita Generasi “Z” Beraksi

Refleksi Spiritual di Tengah Keindahan Alam

Salah satu momen paling berkesan saat melakukan kegiatan camping adalah ketika malam tiba. Hawa dingin merayap perlahan menembus jaket tebal yang dipakai. Langit yang gelap tanpa polusi cahaya menampakkan ribuan bintang yang berkilauan.

Dalam suasana ini, peserta camping biasanya duduk mengelilingi api unggun, sembari menghangatkan tubuh, mereka saling berbagi cerita. Ini adalah saat yang sempurna untuk merenungkan kekuasaan Allah Ta’ala yang tak terbatas.

Seperti yang dijelaskan dalam surah Al-Mulk, Allah Ta’ala berfirman:

Baca Juga: Thufanul Aqsa, Perjuangan Menuju Kebebasan

ٱلَّذِى خَلَقَ سَبْعَ سَمَٰوَٰتٍ طِبَاقًا ۖ مَّا تَرَىٰ فِى خَلْقِ ٱلرَّحْمَٰنِ مِن تَفَٰوُتٍ ۖ فَٱرْجِعِ ٱلْبَصَرَ هَلْ تَرَىٰ مِن فُطُورٍ (الملك [٦٧]: ٣)

“Yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Tidak akan kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka lihatlah sekalu lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat? (QS Al Mulk [67]: 3)

Saat menatap langit malam di tempat kegiatan camping, setiap bintang dan galaksi yang terpampang jelas di hadapan kita adalah bukti nyata kesempurnaan ciptaan Allah Ta’ala. Tidak ada cacat atau ketidakseimbangan, semuanya teratur dalam harmoni yang tak akan mampu terlukiskan.

Pelajaran Hidup dari Hubungan dengan Alam

Baca Juga: Enam Tips Hadapi Musim Penghujan

Camping di alam bebas, atau alam terbuka mengajarkan kita untuk hidup lebih selaras dengan alam. Aktivitas ini mengingatkan bahwa manusia bukan penguasa alam, tetapi bagian dari sistem yang lebih besar.

Dalam Islam, konsep khalifah fil ardhi (wakil di bumi) mengharuskan manusia untuk menjaga keseimbangan dan keharmonisan terhadap ciptaan Allah Ta’ala, termasuk alam.

Kegiatan camping sering kali melibatkan praktik-praktik yang ramah lingkungan, seperti tidak meninggalkan sampah di lokasi, memanfaatkan sumber daya alam secara bijak, dan menjaga keasrian flora dan fauna di sekitarnya.

Doa dan Zikir di Alam Terbuka

Baca Juga: Sampah Menumpuk, Salah Siapa?

Selain menjelajahi keindahan alam, berwisata camping juga mengajak kita menunaikan shalat di alam terbuka. Momen-momen seperti Shalat Subuh saat hawa dingin menusuk tulang, embun masih menutupi dedaunan atau dzikir di bawah langit malam yang penuh bintang memberikan kesan spiritual yang mendalam.

Tidak sedikit seseorang yang mampu merasakan kedekatan dengan Allah Ta’ala yang lebih intens saat mereka beribadah di tengah keheningan alam, di alam terbuka, beratapkan bintang-bintang di langit, beralaskan hamparan tanah.

Doa yang dipanjatkan di alam terbuka sering kali terasa lebih khusyuk. Tidak ada kebisingan dan gangguan dari hiruk-pikuk dunia modern, hanya ada ketenangan, keheningan dan kedamaian yang membawa hati lebih fokus kepada Sang Pencipta.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: BPS: Pengangguran Terbanyak Lulusan SMK

Rekomendasi untuk Anda

MINA Millenia