SHALAT merupakan tiang agama dalam Islam, dan pelaksanaannya di awal waktu mencerminkan kualitas keimanan seseorang. Dalam surah An-Nisa ayat 103, Allah Ta’ala menegaskan, “Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” Ayat ini menjadi dasar bahwa waktu pelaksanaan shalat bukan sekadar formalitas, melainkan bagian dari ketundukan terhadap perintah Ilahi.
Fenomena keterlambatan shalat atau mengabaikan waktu shalat di kalangan generasi muda sangat memprihatinkan. Gaya hidup serba cepat, dominasi gawai, serta lemahnya pengawasan orang tua menyebabkan shalat sering tertunda bahkan dilupakan. Padahal, awal waktu shalat menunjukkan keseriusan dan kedisiplinan dalam menjalankan perintah Allah.
Dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa amal yang pertama kali dihisab di hari kiamat adalah shalat. Apabila shalat seseorang baik, maka baik pula seluruh amalnya. Ini menandakan urgensi shalat yang tidak bisa dipandang sebelah mata, apalagi jika dilakukan tanpa memperhatikan waktunya.
Mencetak generasi yang konsisten shalat di awal waktu bukan hanya tanggung jawab guru agama atau ustaz, melainkan tanggung jawab kolektif: keluarga, lembaga pendidikan, dan masyarakat. Pendidikan dini menjadi titik awal membentuk kebiasaan baik ini. Anak-anak perlu dikenalkan dengan pentingnya shalat tepat waktu sejak usia dini melalui keteladanan orang tua.
Baca Juga: Meluruskan Kembali Makna “Berjama’ah”
Ilmu psikologi perkembangan menjelaskan bahwa perilaku anak-anak terbentuk dari pengulangan dan contoh konkret. Oleh karena itu, jika orang tua mengerjakan shalat tepat waktu dan mengajak anak-anak mereka, maka besar kemungkinan perilaku itu akan menjadi kebiasaan hingga dewasa. Teladan lebih kuat dari sekadar nasihat.
Sekolah juga memegang peranan penting. Sekolah-sekolah Islam harus menjadikan shalat tepat waktu sebagai budaya, bukan hanya rutinitas. Dengan menyusun jadwal belajar yang menghormati waktu shalat, serta mendorong shalat berjamaah, lingkungan sekolah akan membentuk atmosfer spiritual yang mendorong siswa menghargai waktu shalat.
Peran teknologi juga bisa dioptimalkan. Aplikasi pengingat shalat, video edukatif, dan konten dakwah di media sosial bisa menjadi sarana menyentuh hati anak muda. Namun, tentu saja konten harus dikemas dengan kreatif dan relevan dengan dunia mereka agar lebih efektif.
Dari sisi sosiologi, generasi yang disiplin dalam shalat pada waktunya akan tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab, tertib, dan sadar akan waktu. Nilai-nilai ini akan membawa dampak luas dalam masyarakat, dari cara mereka bekerja, berinteraksi, hingga mengambil keputusan. Shalat awal waktu menjadi benih bagi peradaban yang tertata dan berkah.
Baca Juga: Mensyukuri Rezki dari Allah dengan Berqurban
Dalam pandangan fikih, keutamaan shalat di awal waktu telah dijelaskan para ulama. Imam Nawawi dalam Syarah Muslim menjelaskan bahwa shalat di awal waktu adalah yang paling utama, kecuali dalam kondisi tertentu seperti cuaca panas, atau ada maslahat lain. Hal ini menunjukkan bahwa prinsip kedisiplinan waktu dalam shalat adalah bagian dari sunnah muakkadah.
Selain aspek spiritual dan sosial, shalat tepat waktu juga memberi manfaat psikologis. Orang yang menjaga shalat di awal waktu terbiasa mengatur waktu dan beristirahat secara teratur, yang pada akhirnya berdampak positif pada kesehatan mental. Shalat juga menjadi momen rehat dari kesibukan dunia yang padat dan penuh tekanan.
Generasi yang terbiasa shalat tepat waktu akan tumbuh dengan kesadaran bahwa hidup ini memiliki poros yang tak tergantikan: Allah Ta’ala. Kesadaran ini akan membentuk orientasi hidup mereka, dari sekadar mengejar dunia menuju pencapaian ridha Ilahi. Shalat awal waktu menjadi kompas spiritual dalam menjalani kehidupan.
Kebiasaan shalat tepat waktu juga melatih jiwa untuk tidak menunda-nunda pekerjaan. Dalam dunia pendidikan dan profesional, sikap ini sangat dibutuhkan. Orang yang terbiasa tepat waktu dalam shalat, biasanya juga tepat waktu dalam tugas dan tanggung jawab lainnya.
Baca Juga: Mengapa Koruptor Diibaratkan Tikus? Ini Jawabannya
Untuk mencetak generasi seperti ini, peran komunitas juga tidak boleh diabaikan. Masjid sebagai pusat peradaban Islam harus dihidupkan kembali sebagai ruang pembinaan generasi muda. Kegiatan remaja masjid, pengajian, dan mentoring bisa menjadi sarana untuk menguatkan semangat shalat tepat waktu.
Kesimpulannya, mencetak generasi shalat awal waktu adalah investasi jangka panjang bagi kejayaan umat. Ia bukan hanya menghasilkan individu saleh, tetapi juga masyarakat yang teratur, bertanggung jawab, dan penuh berkah. Dengan komitmen bersama dari keluarga, sekolah, masyarakat, dan media, cita-cita ini bisa tercapai.
Mari kita mulai dari diri sendiri, dari rumah masing-masing, dan dari langkah kecil: jangan tunda shalat. Karena dari kedisiplinan itulah, akan lahir generasi kuat, generasi rabbani, yang menjadi penyejuk dunia dan penegak agama Allah.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Menjadi Pemimpin Adil, Jalan Mulia Menuju Ridha Allah