Ramadhan, bulan suci umat Islam, selalu menjadi momen spesial bagi komunitas Muslim di seluruh dunia, termasuk di Amerika Serikat (AS). Namun, belakangan ini, Ramadhan di Amerika tidak hanya menjadi perayaan spiritual bagi umat Muslim, tetapi juga menjadi momentum bagi industri makanan halal untuk semakin menancapkan pengaruhnya dalam pasar kuliner AS.
Fenomena “mendadak halal” yang terjadi di berbagai restoran di Amerika selama Ramadhan menjadi bukti nyata bahwa makanan halal tidak lagi hanya dinikmati oleh komunitas Muslim, tetapi telah menjadi bagian dari arus utama (mainstream) budaya kuliner Amerika.
Pada awal tahun 2000-an, makanan halal di Amerika Serikat masih identik dengan restoran kecil milik keluarga yang menyajikan masakan khas Timur Tengah atau Asia Selatan untuk memenuhi kebutuhan komunitas imigran Muslim. Namun, dua dekade terakhir telah menyaksikan transformasi besar-besaran.
Menurut Shahed Amanullah, pendiri sebuah situs web yang membuat daftar badan usaha halal secara urun daya (crowd-sources), Zabihah.com, sebagaimana dilansir dari SHAREAMERICA, Sabtu (8/3), jumlah restoran halal telah melonjak dari sekitar 200 pada tahun 2000 menjadi hampir 13.000 pada tahun 2025. Jenis makanannya pun cukup beragam, termasuk makanan khas India, Timur Tengah, Meksiko, dan Indonesia.
Baca Juga: Malam ke-29 Ramadhan, 100.000 Jamaah Shalat Tarawih di Masjidil Aqsa
Pertumbuhan ini tidak hanya mencerminkan peningkatan populasi Muslim di AS, tetapi juga menunjukkan bahwa makanan halal semakin diterima oleh masyarakat luas.
Yvonne Maffei, penulis buku My Halal Kitchen, menyebutkan bahwa makanan halal telah mengalami evolusi serupa dengan masakan Meksiko pada abad ke-20.
“Dulu, makanan halal hanya dibicarakan di kalangan Muslim. Sekarang, hummus, falafel, dan syawarma sudah menjadi bagian dari kosakata kuliner orang Amerika,” ujarnya.
Bahkan, banyak restoran yang tidak secara eksklusif melayani Muslim mulai mengadopsi sertifikasi halal untuk menarik pelanggan dari berbagai latar belakang.
Ramadhan Momentum “Mendadak Halal”
Ramadhan menjadi momen di mana fenomena “mendadak halal” semakin terlihat jelas. Banyak restoran non-Muslim yang biasanya tidak menyajikan makanan halal tiba-tiba menawarkan menu khusus Ramadhan yang bersertifikat halal.
Tren ini tidak hanya terjadi di restoran kecil, tetapi juga di rantai makanan cepat saji besar seperti Dave’s Hot Chicken dan Elevation Burger.
Elevation Burger memilih pemasok daging halal berdasarkan standarnya untuk mutu dan mereka terkejut dengan banyaknya pelanggan Muslim yang datang setelah restoran tersebut terdaftar pada situs web Amanullah. Para pemilik “berkomitmen untuk hal tersebut. Mereka mengakuinya secara resmi, dan menempelkan stiker halal di jendelanya,” lanjut Amanullah.
Baca Juga: Khutbah Idul Fitri: Mengokohkan Ukhuwah, Meneguhkan Dukungan untuk Pembebasan Al-Aqsa
Sementara restoran halal Dave’s Hot Chicken dinobatkan oleh lembaga riset pasar sebagai restoran dengan pertumbuhan tercepat di AS pada 2022.
Contoh menarik datang dari La Tingeria, sebuah restoran Meksiko di Falls Church, Virginia. Pemiliknya, David Andres Peña, awalnya dibuka sebagai tempat makan Meksiko tradisional dan hanya mencoba menyajikan menu halal pada akhir pekan. Namun, setelah melihat lonjakan permintaan, terutama selama Ramadhan, Peña memutuskan untuk sepenuhnya beralih ke model halal.
“Menjadi halal sungguh membedakan kami dari banyak kompetitor. Kami membuka pintu bagi komunitas Muslim yang sebelumnya tidak memiliki banyak pilihan. Tidak ada tempat makan Meksiko lain yang inklusif terhadap komunitas Muslim. Mereka masih menjual daging babi dan menyajikan alkohol, dan kami sungguh membuat gebrakan dengan beralih ke menu halal dan membuka pintu bagi suatu kelompok sosial yang berbeda,” jelasnya.
Sementara menurut informasi dari VOA Indonesia, lebih dari 15.000 bisnis atau restoran menjual makanan halal di Amerika Serikat. Beberapa di antaranya adalah restoran milik diaspora Indonesia di California dan New York, yang mengundang warga muslim dari berbagai negara. Beragam makanan seperti nasi bungkus dan gorengan pun jadi favorit pelanggan.
Baca Juga: Khutbah Idul Fitri: Kembali pada Fitrah Kesucian
Di salah satu sudut kota Manhattan di New York berdirilah Warkop NYC yang adalah sebuah warung kopi ala Indonesia. Berdiri sejak 3 Maret 2022, Warkop NYC mengambil konsep seperti warung-warung kopi yang tersebar di Indonesia dengan berbagai khas makanannya.
Beragam gorengan, seperti bakwan, tahu, dan tempe, juga roti dan pisang bakar ala Indonesia tersedia untuk mengobati kerinduan pelanggan Indonesia akan jajanan tanah air.
Bahan baku makanan yang digunakan di Warkop NYC pun halal sesuai dengan hukum islam. Menurut Omar, segala sesuatu yang memiliki logo halal di kota New York kini banyak dicari baik oleh komunitas muslim, juga komunitas dari berbagai agama lain.
Di bulan Ramadhan Warkop NYC dan Toko Rame tetap buka dan melayani para pelanggan. Namun, untuk memberikan waktu bagi karyawan yang ingin melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan, seperti Tarawih, Toko Rame hanya menerima pesanan untuk dibawa pulang dan tidak melayani pelanggan yang ingin makan di dalam restoran.
Baca Juga: Khutbah Idul Fitri: Dengan Spirit Ramadhan, Kita Wujudkan Syariat Al-Jama’ah
Faktor Pendorong Pertumbuhan Makanan Halal
Ada beberapa faktor yang mendorong pesatnya pertumbuhan makanan halal di AS, terutama selama Ramadhan. Pertama, populasi Muslim AS terus bertambah. Menurut Pew Research Center, jumlah Muslim di AS diperkirakan akan meningkat dari 0,9% pada 2010 menjadi 2,1% pada 2050. Di beberapa wilayah metropolitan, persentase ini bahkan mencapai 5-10%. Peningkatan ini menciptakan pasar yang signifikan bagi restoran halal.
Kedua, biaya produksi makanan halal semakin terjangkau. Shahed Amanullah, pendiri situs Zabihah.com yang memuat berbagai bisnis dan restoran halal di seluruh dunia mendaftar lebih dari 15 ribu restoran halal di Amerika Serikat itu, mencatat bahwa produksi daging halal di negara bagian seperti Kansas telah menurunkan harga bahan baku, membuatnya lebih mudah bagi restoran untuk beralih ke bahan halal tanpa harus menaikkan harga menu secara signifikan.
Adanya mengecilnya selisih biaya bagi restoran untuk membeli produk (bahan mentah) halal, selisih harga antara daging halal dan daging lainnya, juga telah mempermudah restoran untuk memilih yang halal.
Baca Juga: Komunitas Muslim Indonesia di Jepang Berbagi Kasih di Bulan Ramadhan
Amanullah menyoroti meningkatnya produksi daging halal di negara-negara bagian wilayah Barat Tengah seperti Kansas sebagai faktor besar dalam penurunan biaya.
Ketiga, integrasi komunitas Muslim dalam masyarakat Amerika semakin kuat. Makanan halal tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang eksklusif atau asing. Sebaliknya, halal telah menjadi simbol kualitas dan etika dalam produksi makanan.
“Halal bukanlah kata yang buruk di Amerika. Orang-orang menyantap The Halal Guys tanpa mempertanyakan asal-usulnya,” tegas Amanullah.
Dampak Sosial dan Ekonomi
Baca Juga: Kemenag Rukyatul Hilal Sabtu, 29 Maret: Bukan Sekedar Melihat, Tapi Soal Pembuktian
Pertumbuhan makanan halal tidak hanya berdampak pada industri kuliner, tetapi juga pada integrasi sosial komunitas Muslim di AS. Dengan semakin banyaknya restoran yang menyajikan makanan halal, umat Muslim merasa lebih diterima dan diakomodasi dalam masyarakat Amerika.
Selain itu, fenomena ini juga membuka peluang ekonomi bagi pengusaha Muslim dan non-Muslim yang ingin memanfaatkan pasar yang terus berkembang ini.
Ramadhan, sebagai bulan yang penuh berkah, menjadi momen di mana nilai-nilai inklusivitas dan keragaman dalam masyarakat Amerika diuji dan dirayakan.
Fenomena “mendadak halal” selama Ramadhan bukan sekadar strategi bisnis, tetapi juga refleksi dari semakin terbukanya masyarakat Amerika terhadap keberagaman budaya dan agama.
Baca Juga: Muhammadiyah Tetapkan 1 Syawal 1446 Senin, 31 Maret
Fenomena “mendadak halal” di Amerika Serikat, khususnya saat Ramadhan adalah bukti nyata dari transformasi besar yang sedang terjadi dalam pasar kuliner AS. Makanan halal, yang dulu hanya dinikmati oleh segelintir komunitas Muslim, kini telah menjadi bagian dari arus utama budaya kuliner Amerika.
Ramadhan tidak hanya menjadi momen spiritual bagi umat Muslim, tetapi juga menjadi momentum bagi industri makanan halal untuk semakin berkembang dan diterima oleh masyarakat luas. Dalam konteks yang lebih besar, ini adalah cerita tentang inklusivitas, integrasi, dan kekuatan keragaman dalam membentuk masa depan Amerika.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Memburu Datangnya Lailatul Qadar