Beirut, MINA – Menteri Dalam Negeri Lebanon Raya Al-Hassan pada Senin (25/11) mengatakan bahwa tentara dan polisi tetap menjadi satu-satunya “penjamin stabilitas negara” yang sedang dilanda krisis politik dan demonstrasi yang berkelanjutan.
Komentar Al-Hassan muncul setelah pasukan keamanan mendapat gelombang kecaman baru oleh sejumlah pihak, karena mereka dinilai bersikap lunak kepada kelompok Hizbullah dan Gerakan AMAL yang pada Ahad malam menyerang pemrotes dan perkemahannnya.
Para pemrotes menilai, pasukan keamanan justru bersikap keras terhadap mereka dan membiarkan gerombolan penyerang dari Hizbullah dan Gerakan AMAL pergi.
“Para preman melemparkan batu dan menghina pasukan keamanan, tetapi mereka tidak menghadapinya,” kata Elie, pemrotes wanita berusia 24 tahun yang berada di antara para pengunjuk rasa yang diserang pada Ahad malam, demikian Nahar Net melaporkan.
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
“Mereka tidak menangkapnya seperti cara menangkap kita,” tambahnya.
Sementara itu, Salim Mourad, seorang demonstran berusia 31 tahun, menunjukkan kepada wartawan media Perancis kerah bajunya yang robek. Mourad mengatakan, polisi anti huru hara menyeretnya dengan menarik kemejanya.
“Kami tidak menginginkan kekerasan,” katanya.
Militer mengatakan, mereka menangkap sembilan orang di utara Beirut saat fajar setelah mereka mencoba memblokir jalan dengan menggunakan bensin yang terbakar dan memecahkan kaca. (T/RI-1/P1)
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama