Oleh: Prof. dr. Taruna Ikrar, M.Pharm., MD., Ph.D.; Profesor dan Dekan, School of Biomedical Sciences, National Health University, California, Amerika Serikat
Dalam bulan Ramadhan, perintah menjalankan ibadah Puasa merupakan tuntunan Rukun Islam. Namun lebih dari itu, umat Islam juga diwajibkan membayarkan zakat dan berbagai kewajiban lainnya. Salah satu kewajiban tersebut, adalah membayar zakat fitrah serta berbagai infak dan sedekah lainnya.
Secara Syariah, Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjanjikan akan memberikan berbagai reward atau balasan yang berlipat ganda bagi orang yang dermawan, yang senantiasa menginfakkan harta bendanya di jalan yang benar. Demikian pula, mereka akan mendapatkan balasan berlimpah, berupa ketenangan, kabahagiaan, kedamaian, serta penghargaan amat besar, bukan hanya dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala, tetapi juga dari masyarakat sekitarnya.
Berdasarkan hal tersebut, telah banyak dibahas keutamaan zakat, infak dan sedekah dalam konteks syariah atau hukum agama, dalam konteks keagamaan. Namun masih sangat jarang ditemukan pembahasan penyaluran dan pemberian zakat, infak atau kedermawanan dengan pendekatan ilmu kesehatan, apalagi secara khusus hubungannya dengan kesehatan otak.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Berdasarkan hal tersebut, artikel ini mencoba mengantarkan para pembaca untuk melihat hubungan antara Keinginan, aksi, dan aplikasi kedermawanan dengan hubungannya terhadap rasa kebahagiaan dan kesehatan otak dalam perspektif neurosains.
Neurostruktur Otak
Perasaan bahagia yang muncul sewaktu kita memberi, ternyata berhubungan dengan peningkatan hormone Oxytocin yang terletak pada bagian belakang atau posterior kelenjar pituitary di otak. Kondisi ini mirip sewaktu seseorang mendengarkan lagu kesenangan. Oxytocin juga ternyata memengaruhi setiap aspek kehidupan sosial dan ekonomi khususnya yang berhubungan dengan perasaan kedermawanan, sehingga Oxytocin diberi nama “essence of empathy”, oleh para neurosaintis.
Dalam konteks lain, peneliti dari Universitas California, Moll dkk. (2006), memantau Aktivasi otak sewaktu seseorang mendermakan hartanya berupa pemberian hadiah uang dan sumbangan. Dan menemukan perbedaan yang bermakna dalam aktivitas saraf pada penyumbang, berupa peningkatan aktivitas area otak di mesolimbik, termasuk pada striatum dorsal dan ventral serta area tegmental ventral di otak. Peningkatan aktivitas tersebut dimaknai sebagai suatu kondisi mental dan merasa lebih dihargai serta terjadi peningkatan empati.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Dalam penemuan ini, para dermawan atau donatur memaknai sumbangannya sebagai suatu investasi yang tidak pernah merugi, tetapi sebuah investasi jangka panjang dan investasi sosial yang memberikan hasil senanitasa menguntungkan. Dalam kesempatan wawancara, para dermawan tersebut merasakan suatu aktivitas bahagia secara pribadi hingga aspek sosialnya.
Keutamaan Fungsi Otak Kedermawanan
Selanjutnya, dari hasil penelitian tersebut dan berbagai literatur, dijelaskan bahwa semua perasaan kita merupakan hasil reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh. Reaksi kimia tersebut bertanggungjawab untuk mengatur atau mengontrol semua aspek emosi kita, baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif.
Perasaan positif seperti cinta dan kebahagiaan ditentukan oleh konsentrasi dan regulasi hormone atau neurotransmitter berikut. Misalnya endorphin merupakan hormon yang mampu penghilang rasa sakit dan merubahnya menjadi rasa gembira.
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
Di alam otak memiliki reseptor endorphin yang mengirimkan pesan ke otak serta memacu pelepasan endorphin. Selain itu, juga serotonin di otak bertanggungjawab terhadap hormon utama kebahagiaan, karena mengatur suasana hati, mencegah depresi dan membuat perasaan bahagia dan ramah.
Ternyata pikiran bahagia yang muncul, dikarenakan otak menghasilkan serotonin saat mendermakan sesuatu yang dianggap bermakna bagi orang lain, kondisi ini seperti pada saat kita mengingat kenangan indah atau memikirkan hal-hal yang membuat kita senang dan bahagia.
Terakhir, juga ditemukan bahwa Dopamine adalah hormon kenikmatan yang dilepaskan saat kita berusaha menuju suatu tujuan misalnya tujuan jangka panjang termasuk untuk suatu yang diyakini misalnya tentang hari akhirat. Dopamine memotivasi untuk bekerja keras sehingga kita bisa mencapai kepuasan mencapai tujuan itu. Ini juga membuat kita waspada secara mental dan membantu kita dalam fokus dan meningkatkan daya ingat.
Demikian pula ternyata orang yang dermawan memiliki kadar Oxytocin atau hormon cinta, dan dilepaskan dalam jumlah besar pada saat seseorang mendermakan barang berharganya, sehingga memacu rasa puas dalam batinnya sebagai orang yang bermakna bagi sekelilingnya.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Manfaat Terhadap Kesehatan Otak
Berdasarkan penelitian neurosains ditemukan beberapa manfaat yang diyakini oleh para donatur atau dermawan atas usahanya untuk menyumbankan atau mendonorkan hartanya, dengan perasaan manfaat berupa: 1. pengalaman menyenangkan; 2. memunculkan perasaan dibutuhkan oleh orang lain; 3. pengurangan pembayaran pajak; 4. merasakan hidup lebih bermakna; 5. memunculkan kemurahan hati untuk memberi; 6. motivator hidup; 7. memperbaiki pengelolaan keuangan; dan 9. penghargaan dari masyarakat sekitar.
Terlepas dari motif tersebut, ternyata hasil penelitian yang dilakukan oleh Moll dkk. pada tahun 2006 di Universitas California, ditemukan selain manfaat psikososial tersebut, juga ditemukan fakta adanya perubahan atau peningkatan jumlah konsentrasi hormon dan neurotransmitter di otak, khususnya Oxytocin, Serotonin, Epinephrine, serta Dopamine dan Endorphin.
Peningkatan jumlah itu memunculkan perubahaan perasaan bahagia dan tenang. Tentu saja dengan peningkatan neurotransmitters dan hormon ini akan berdampak positif bagi kesehatan dan kemampuan fungsi otak. (R01/P1)
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
*Prof. dr. Taruna Ikrar, M.Pharm., MD., Ph.D. lahir di Makassar, 15 April 1969, adalah dokter dan seorang ilmuwan berkebangsaan Indonesia dalam bidang farmasi, jantung, dan syaraf. Kini ia juga menjabat sebagai spesialis di departemen anatomi dan neurobiologi Universitas California di Irvine Amerika Serikat.
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin