Terpilihnya salah satu Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof.Dr.H. Muhadjir Effendy,MA menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada reshuffle Kabinet Kerja Jilid II pada 27 Juli 2016 lalu dinilai mampu meningkatkan upaya membangun peradaban pendidikan Indonesia.
Tentu saja, amanah yang baru diemban mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang kelahiran Madiun, 29 Juli 1956 (usia 60 tahun) ini merupakan sebuah amanah yang begitu besar.
“Pak Muhadjir memiliki pengalaman, kapasitas, dan kapabilitas, yang dapat memberikan kontribusi yang positif dan besar bagi pembangunan pendidikan nasional,” ujar rekannya Bendahara Umum PP Muhammadiyah, Prof. Suyatno.
Suyatno yang juga Rektor Uhamka Jakarta menuturkan, diharapkan Menteri Muhadjir mampu memberikan terobosan-terobosan baru untuk kepentingan pendidikan Indonesia. Sebab, menurutnya, pendidikan Indonesia memang memerlukan pembenahan.
Baca Juga: Pak Jazuli dan Kisah Ember Petanda Waktu Shalat
Menurut Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Mendikbud Muhadjir Effendy adalah sosok yang selama ini menggeluti dunia pendidikan yang cukup intens, sehingga “Insya Allah dapat menunaikan tugas berat tersebut dengan baik,” ungkap Haedar.
Tugas mencerdaskan kehidupan bangsa selama ini melekat dengan denyut nadi pergerakan Muhammadiyah di mana Muhadjir menjadi bagian di dalamnya (sebagai Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Yang membidangi Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan), lanjutnya.
Haidar menambahkan, tugas Mendikbud antara lain memajukan dunia pendidikan sebagai strategi kebudayaan membangun peradaban Indonesia berkemajuan.
Sementara itu, Menteri Sekretaris Negara Pratikno mengatakan, Muhadjir yang menggantikan Anies Baswedan diharapkan dapat membawa pembaharuan bagi pendidikan maupun kebudayaan di Indonesia.
Baca Juga: Jalaluddin Rumi, Penyair Cinta Ilahi yang Menggetarkan Dunia
Pemikiran Muhajir tentang Pendidikan
Prof Muhadjir Effendy doktor lulusan Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Airlangga, Surabaya, menjadi Mendikbud masa bakti 2014-2019, dikenal sebagai pakar pendidikan di Indonesia.
Suami dari Suryan Widati dan ayah tiga anak itu mengawali karirnya sebagai dosen bahkan hingga rektor di Universitas Muhammadiyah Malang. Di Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Muhadjir fokus pada kerjanya di bidang pendidikan dasar dan menengah yang biasa dikenal Majelis Dikdasmen. Selain itu, ia pun diberi tugas untuk meningkatkan kinerja Majelis Pendidikan Tinggi dan Penelitian dan Pengembangan.
Dalam dunia pendidikan, pemikiran-pemikiran Muhadjir sering dicurahkan pada acara-acara formal maupun informal.
Baca Juga: Al-Razi, Bapak Kedokteran Islam yang Mencerdaskan Dunia
Menurut pemikiran Muhadjir, pendidikan di Indonesia kini memang mengalami kemajuan secara perlahan dari waktu ke waktu. Namun, menurutnya, tidak bisa dipungkiri masih banyak masalah yang menimpa pendidikan di Nusantara ini, ujarnya sepeti disebutkan laman resmi Muhammadiyah.
Muhadjir menyebutkan, kasus di Indonesia, permasalahan terjadi dimulai dari lemahnya kontrol pemerintah pusat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang ada. Kondisi ini pun dikarenakan imbas dari diberlakukannya otonomi penuh di sektor pendidikan.
“Apalagi, jika Indonesia ingin memberlakukan standar nasional pendidikan, kontrol dari pusat mutlak diperlukan,” ujarnya.
Namun menurutnya, ia tetap mengapresiasi kinerja Anies Baswedan yang mampu meningkatkan pendidikan terutama dalam infrastruktur.
Baca Juga: Abdullah bin Mubarak, Ulama Dermawan yang Kaya
“Pendidikan itu ibarat tanaman. Bukan tanaman yang tergolong yang bisa dipanen dalam hitungan bulan,” imbuhnya.
Beberapa pemikirannya antara lain fokus pada pendidikan dasar (SD dan SMP) sebagai pondasi pendidikan anak untuk mempersiapkan dirinya menjadi individu yang dewasa, mempersiapkan jenjang SMK dan SMA untuk memasuki dunia kerja dan atau studi lebih lanjut, serta pendidikan tinggi dan riset teknologi.
Langkah Awal
Baru beberapa hari dilantik menjadi Mendikbud, Prof Muhadjir Effendy memberikan penghargaan kepada orang tua Musa fafidz cilik asal Bangka Belitung.
Baca Juga: Behram Abduweli, Pemain Muslim Uighur yang Jebol Gawang Indonesia
Musa merupakan bocah delapan tahun yang telah menghafalkan Al-Quran dan telah mengharumkan bangsa Indonesia di kancah internasional di bidang hafalan Al-Quran.
Dalam piagam yang diberikan di Jakarta, Sabtu (30/7/2016), tertulis bahwa penghargaan diberikan setinggi-tingginya kepada kedua orang tua Musa, La Ode Abu Hanafi dan Yulianti. Keduanya disebut sebagai “Orang Tua Hebat” dalam pendidikan keluarga tahun 2016.
Langkah awal berikutnya adalah rncana Prof Muhadjir menjadi kalangan guru yang harus benar-benar cakap, kompeten dan profesional dalam melaksanakan tugas mendidiknya.
“Pemerintah berkewajiban mengembangkan iklim kerja pendidik yang benar-benar kondusif dan inspiratif agar guru berkembang dan maju,” ujar Muhadjir seperti disebut pada Cafe Pendidikan.
Baca Juga: Suyitno, Semua yang Terjadi adalah Kehendak Allah
Ia menambahkan, selama ini guru diperlakukan sama saja dengan pegawai lain seperti pegawai administrasi pada umumnya. Lebih buruk lagi iklim kerja yang hanya mendisiplinkan guru dengan menakut-nakuti dengan sanksi-sanksi seperti pencabutan tunjangan pendidik, hambatan kenaikan pangkat dsb.
Namun, tentu diakuinya, seperti disebutkan Sahabat Guru, bahwa ia sebagai Mendikbud yang baru, dalam sambutan perdana usai serah terima jabatan dari Anies Baswedan menyampaikan akan melanjutkan program-program terdahulu. Muhadjir mengatakan program-program Mendikbud sebelumnya telah memiliki dasar kuat, sehingga pihaknya tinggal melanjutkan.
Dia juga mengatakan, tidak ada perubahan struktur dalam Kemdikbud. Menurut dia, melanjutkan program dari Mendikbud sebelumnya adalah prioritas utama.
“Tidak ada perubahan struktur. Saya belum lihat perlu atau tidaknya dibenahi. Kalau memang tidak perlu, tapi malah dibenahi ya jadi perkara. Saya fokus melanjutkan program saja apa yang sudah dirintis sebelumnya oleh Pak Anies,” ujarnya.
Baca Juga: Transformasi Mardi Tato, Perjalanan dari Dunia Kelam Menuju Ridha Ilahi
Dia juga menuturkan belum merencanakan program-program baru. Ia mengaku, langkah awal adalah berkonsultasi dengan Anies Baswedan terkait program-program yang selama ini telah dilakukan. “Karena tidak bisa kita ahistoris, atau tiba-tiba melakukan sesuatu serba baru. Program tidak bisa dipenggal-penggal. Ganti menteri bukan berarti ganti program,” tuturnya.
Sebelumnya, Anies Baswedan menyampaikan, jika ada beberapa komponen utama yang perlu ditindaklanjuti. Mulai dari akses, program Indonesia Pintar (PIP) dan sekolah garis depan, karena pemerintah memiliki Nawacita untuk hadir di daerah pinggiran sebagai sekolah garis depan (SGD) dan guru garis depan (GGD).
Tentu kitas semua khususnya kalangan guru dan dunia pendidikan berharap progress Kemdikbud selanjutnya akan lebih maju dan bermakna lagi.
Aktivitas dan Karya Prof Muhadjir
Baca Juga: Dato’ Rusly Abdullah, Perjalanan Seorang Chef Menjadi Inspirator Jutawan
Guru besar yang pernah mengikuti Short Course di National Defence University, Washington DC, USA, serta Management for Higher Education, Victoria University, British Columbia, Canada, ini memiliki beberapa aktivitas di bidang pendidikan dan lainnya.
Di antaranya: Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, tahun (2000-2016), Redaktur surat kabar kampus Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang, KOMUNIKASI, tahun (1982-2000), Ketua Dewan Pembina Pengurus Pusat Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Islam Swasta (BKS-PTIS), (2015-2019), Ketua Perhimpunan Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (PKB-PII) Jawa Timur, (2012-2016), Anggota Dewan Pakar Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Jawa Timur, (2010-2015), Anggota Dewan Pembina Maarif Institute for Culture and Humanity, (2010-sekarang).
Semasa mudanya, Muhadjir Effendy pernah aktif sebagai Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Malang, (1979-1980), Ketua Bidang Pendidikan KNPI Kodya Malang, (1978-1983) dan Ketua Pelajar Islam Indonesia (PII) Daerah Malang, (1977-1978).
Adapun karya publikasinya berupa buku antara lain: Pedagogi Kemanusiaan (2004), Bunga Rampai Pendidikan (1992), Dunia Perguruan Tinggi dan Kemahasiswaan (1989).
Baca Juga: Hambali bin Husin, Kisah Keteguhan Iman dan Kesabaran dalam Taat
Adapun publikasi jurnal dan artikel ilmiah seperti: Evaluasi Kebijakan Subsidi Pemerintah untuk Sektor Pendidikan Tinggi (1991-1996), Puasa dan Kerja Cepat (Jawa Pos, 29 Juli 2014), PT Bukan Pengejar Akreditasi (Jawa Pos, 18 Oktober 2013), Islam Itu adalah Disiplin (Radar Malang, 7 Agustus 2012), Profesi dan Profesionalisasi Guru (Republika, 2 Pebruari, 2011), Melestarikan Tradisi Tadarus (Kompas, 30 Oktober 2005), dll.
Ia juga beberapa kali mengikuti event seminar dan konferensi internasional, seperti ke: Mesir, Tunisia, Australia, Spanyol, Inggris, Belanda, Washington, Italia, Kuala Lumpur, dan lainnya.
Selamat bertugas, semoga Allah senantiasa membimbing dan meridhai Prof dalam menjalankan amanahnya di bidang pendidikan dan kebudayaan di Indonesia. (P4/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Dari Cleaning Service Menjadi Sensei, Kisah Suroso yang Menginspirasi