Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

MENGAPA DAGING HALAL BERKUALITAS TINGGI?

Rana Setiawan - Sabtu, 7 Februari 2015 - 17:33 WIB

Sabtu, 7 Februari 2015 - 17:33 WIB

949 Views

Lady Yulia. (Foto: Kemenag)
Lady Yulia. (Foto: Kemenag)

Lady Yulia. (Foto: Kemenag)

Oleh: Lady Yulia (Pelaksana Subdit Halal Diturais dan Binsyar, Mahasiswa Magister Universitas Andalas, Padang)

Permintaan daging halal dalam satu dekade terakhir mengalami peningkatan cukup tajam. Jepang sejak tahun 2010 semakin gencar memproduksi daging halal. Permintaan pasar produk halal Jepang, menjadi penyebab semakin ditingkatkannya produksi daging halal.

Pasar produk halal di Amerika Serikat juga semakin berkembang, karena pesatnya pertumbuhan penduduk Muslim di Amerika Serikat dan penduduk Amerika Serikat non Muslim juga memiliki ketertarikan terhadap produk halal. Faktor keamanan dan higenis yang menjadi alasan mereka memilih mengonsumsi produk halal.

Begitu juga Singapura, Malaysia, Australia dan negara lainnya. Di Inggris, penduduk Muslim 4% dari total penduduk, sedangkan ketersediaan produk daging halal mencapai 15% dari seluruh daging yang dijual.

Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah

Ketertarikan masyarakat non-Muslim mengkonsumsi daging berlabel halal didorong oleh faktor kualitas daging yang dinilai kaya rasa, lebih lembut, lebih aman dan lebih higienis. Banyak perusahaan lokal telah berhasil mengambil keuntungan dari aturan Islam dalam akuisisi pasar Islam dan penciptaan pasar Muslim yang menciptakan gaya hidup Muslim pada masyarakat Eropa (Ameur: 2011).

Alasan kualitas menjadi pertimbangan konsumen, memilih daging halal untuk dikonsumsi. Bagaimana hewan ternak (halal) yang disembelih secara Islam dapat menghasilkan daging yang kaya rasa, lebih lembut, lebih aman, dan lebih higienis? Berikut ulasan singkatnya.

Daging halal dihasilkan dari penyembelihan hewan halal secara Islam. Dalam hal ini, daging halal menjadi hal yang sangat penting bagi setiap Muslim, karena tidak hanya berpengaruh baik terhadap kesehatan tetapi juga mempengaruhi pembentukan perilaku.

Penyembelihan merupakan salah satu metoda untuk mematikan hewan dengan melakukan pemotongan pada leher dengan tujuan mengonsumsi dagingnya. Hewan halal dimaksud adalah jenis hewan yang dibolehkan umat Muslim untuk mengonsumsinya. Penyembelihan secara Islam diartikan sebagai penyembelihan sesuai syariat Islam, yaitu; penyembelihan yang diawali dengan membaca Basmallah yang  dilakukan dengan menggunakan pisau tajam, dengan memotong tiga saluran pada leher, yaitu: saluran makan, saluran napas serta dua saluran pembuluh darah, yaitu arteri karotis dan vena jugularis. Penyembelihan akan mengalirkan darah hewan keluar tubuh secara cepat.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-21] Tentang Istiqamah

Darah yang masih bersarang di dalam tubuh hewan akan bisa menjadi tempat perkembangbiakan kuman, bakteri dan toksin. Mikroorganisme yang berkembang akan dapat menyebabkan berbagai penyakit. Sedangkan ketika darah hewan telah keluar secara sempurna dari tubuh hewan sembelihan, akan dihasilkan daging yang lebih segar dan tahan lama.

Namun, mengenai paradigma penyembelihan secara Islam, sebagian pendapat kalangan mengkhawatirkan akan menyakiti hewan dengan cara tersebut dan dengan melakukan pemingsanan atau menembak hewan terlebih dahulu dianggap yang lebih baik. Karena dianggap lebih mengedepankan kasih sayang kepada hewan sembelihan. Tetapi dari hasil penelitian Prof. Schultz dan Dr. Hazim dari Universitas Hanover (Jerman) menepis hal itu.

Dua peneliti ini, melalui eksperimennya menggunakan Electroencephalogram (EEG–alat yang mencatat aktivitas listrik otak) dan Electrocardiogram (EKG–alat yang mencatat gelombang listrik yang dihasilkan oleh detak jantung): Tiga detik pertama saat dilakukan penyembelihan secara Islam; yang tercatat pada EEG–tidak menunjukkan perubahan dari grafik sebelum disembelih, yang mengindikasikan bahwa hewan tersebut tidak merasa sakit selama atau beberapa saat setelah disembelih. Selama tiga detik berikutnya, EEG mencatat kondisi tidur nyenyak atau tidak sadar.

Hal ini disebabkan darah yang memancar keluar dari tubuh dalam jumlah besar. Setelah fase-fase selama enam detik tersebut, EEG mencatat level nol, menunjukkan binatang tidak lagi merasakan sakit sama sekali. Saat pesan menuju otak (EEG) turun ke level nol, jantung masih berdebar dan tubuh masih kejang-kejang keras sebagai tindakan refleks sumsum tulang belakang, untuk mendorong darah keluar maksimal dari tubuh.

Baca Juga: Hijrah Hati dan Diri: Panduan Syariah untuk Transformasi Spiritual dan Pribadi

Sebaliknya, hasil pengamatan terhadap metode dengan pemingsanan atau penembakan hewan terlebih dahulu justru akan menyebabkan memar pada otot dan otak yang mengindikasikan rasa sakit yang parah, akibatnya jantung kehilangan kemampuan untuk menarik darah dari seluruh organ tubuh serta tidak mampu lagi memompanya keluar maksimal dari tubuh, darah itu pun membeku di dalam urat/pembuluh darah dalam daging. Ini menjadi media sangat baik bagi tumbuh kembangnya bakteri dan mikroorganisme lain yang dapat merusak kualitas daging.

Dalam daging hewan terdapat glikogen yang merupakan karbohidrat sumber energi. Setelah hewan disembelih, glikogen dalam daging diubah menjadi asam laktat. Ini menjadikan pH daging lebih rendah, dan kondisi ini akan menahan serangan bakteri pembusuk,sehingga dengan demikian daging tidak cepat busuk.

Di samping itu dengan menurunnya pH maka warna daging menjadi lebih cerah,sehingga kualitas daging lebih baik.  Dengan ini mengindikasikan bahwa penyembelihan secara Islam bersifat manusiawi dan menghasilkan daging berkualitas tinggi. Mari jadikan halal sebagai gaya hidup! (R05/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Aksi Peduli Palestina: Cara Efektif dan Nyata Membantu Sesama yang Membutuhkan

 

Rekomendasi untuk Anda